Love And Pain, Me And Her - Bab 454 Veni

Perkataan Veni ini membuat Sutan perlahan-lahan mengeluarkan air matanya. Sambil menatap Sutan, dalam hatiku masih tersisa sedikit harapan. Aku tahu, asalkan Sutan mau mengubah pikirannya. Dia pasti akan bisa memikirkan cara untuk menyelamatkan hubungan ini. Karena cinta Veni kepada Sutan sangat dalam hingga ke tulaang sumsum.

Sutan akhirnya menaikkan kepalanya. Dia menghela nafas dengan dalam. Kemudian dia menatap Veni dan dengan ringan berkata "Veni, ini semua adalah kesalahanku. Kamu lupakan aku saja. Dalam sepanjang hidupku aku akan terus bersalah kepadamu, Jika aku masih hidup di kehidupan berikutnya, bahkan jika aku Sutan menjadi anjing pun, aku akan menjagamu sepanjang hidupku."

Perkataan Sutan ini langsung membuatku putus asa. Sepertinya dia sudah memutuskan untuk berpisah dengan Veni.

Ketika perkataan Sutan ini diucapkan, Robi langsung menjawab "Sutan, tidak usah mengucapkan omong kosong seperti itu. Tidak perlu di kehidupan selanjutnya, sekarang kamu pun sudah menjadi seekor anjing, anjing dari Wulandari itu!!"

Seluruh tubuh Robi gemetar. Dia berkata sambil berjalan ke arah Sutan.

Ketika dia baru melangkah dua langkah, Veni langsung menggenggam tangan Robi. Sambil menatap Robi, Veni berkata dengan nada suara yang memohon "Robi, hal ini tidak ada hubungannya denganmu. Bisakah kamu tidak usah ikut campur?" Ini adalah masalahku dan Sutan. Aku juga ingin berpisah darinya, aku sudah tidak mencintainya, kamu tahu kan? Bisakah kamu tidak membuat keributan lagi?"

Robi terdiam. Air mata sudah mulai berlinang di sudut matanya, dia gemetar beberapa saat seakan ingin mengucapkan sesuatu namun dia akhirnya menahan dirinya.

Raisa yang berdiri di sisi lain Veni menyeka air matanya. Sambil melihat Sutan langsung berkata " Sutan, kamu bisa berpisah dengan Veni, karena sebenarnya aku sudah sejak awal berharap kalian berpisah. Karena jika kalian bersama hanya membawa siksaan bagi Veni. Kamu liat Veni yang sekarang sudah berubah seperti ini? Veni yang pada masa kuliah dipenuhi senyuman dan kehangatan, saat ini justru berubah menjadi seorang yang lemah dan depresi. Semua ini karena dirimu, tahu kan!"

Setelah Raisa selesai mengatakannya, dia dengan dingin menatap Sutan. Dan Sutan hanya menatap singkat ke arah Veni dan kemudian menganggukkan kepala.

Wajah Veni masih terpancar senyuman. Seakan senyuman yang ada di wajahnya sudah tergurat di sana, sejak awal hingga akhir tidak pernah meninggalkan wajahnya. Namun kami semua tahu, semakin Veni seperti ini menunjukkan bahwa luka di hatinya semakin dalam.

Mata Isyana sudah bengkak karena menangis. Selesai Raisa mengatakan ini, dia menatap Sutan dan dengan dingin berkata "Sutan, kita saling mengenal dari Ugie. Dulu aku merasa, bahwa kita adalah teman. Namun sejak hari ini, aku Isyana tidak mempunyai teman sepertimu. Dan ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepadamu, aku tidak tahu apa yang bisa menarikmu ke arah wanita paruh baya bernama Wulandari ini? Dari wajahnya, umurnya atau karena dia mempunyai anak yang bukan milikmu?"

Aku melihat Isyana yang dipenuhi amarah. Ini adalah pertama kali aku menemukan bahwa perkataan Isyana ini sangat melukai.

Pertanyaan interogasi dari Isyana ini membuat wajah Sutan menjadi lebih tidak enak. Namun dia tidak mengatakan apapun.

Dan Isyana masih terus berkata "Sutan, aku menduga karena uang kan? Benar kan? Seorang pria karena uang dapat mengkhianati perasaannya dan moral dirinya, apakah kamu masih laki-laki?"

Sutan masih tidak berbicara. Isyana seakan masih belum puas, ketika dia masih mau melanjutkan ucapannya, Veni mengalihkan pandangannya dan meraih lengan Isyana sambil tersenyum berkata "Isyana, bisakah kamu tidak usah berbicara lagi? Walaupun aku sudah berpisah dengan Sutan, namun aku juga tidak ingin kalian berbicara seperti ini,"

Sambil berkata, Veni kembali tersenyum. Hanya saja senyumannya kali ini adalah senyuman pahit yang membuat hati orang lain sakit.

Isyana menatap Veni dengan kasihan. Dia menggelengkan kepala dengan tanpa daya dan tidak berkata apapun lagi.

Kediaman Isyana ini membuat seluruh workshop ini memasuki sebuah suasana yang canggung. Aku ingin mengucapkan sesuatu, namun tidak tahu harus bagaimana mengucapkannya.

Aku mengambil sebatang rokok, ketika baru ingin menyalakannya. Tiba-tiba terdengar suara klakson dari luar pintu. Selain Sutan, semua orang melihat ke arah luar jendela. Sebuah mobil ferrari berwarna perak sedang berhenti di pintu masuk luar workshop.

Kami semua mengetahui mobil ini adalah milik Wulandari. Hanya saja kami semua tidak ada yang menyangka, Wulandari ternyata terus berada di tempat sedekat ini. Dia datang kesini bersama dengan Sutan.

Sutan jelas sudah mengetahuinya, bunyi klakson ini adalah Wulandari yang ingin mengingatkannya untuk lebih cepat.

Kemudian Sutan mengeluarkan tas di tangannya dan dari dalam mengeluarkan selembar kartu bank. Dia melihat singkat dan menghela nafas dengan berat, sambil menatap Veni berkata "Veni, Maaf! Aku tahu, aku berhutang kepadamu yang tidak akan bisa dikembalikan seumur hidupku. Namun aku masih ingin berbuat sesuatu untukmu, di dalam kartu ini ada empat ratus juta. Passwordnya kamu sudah tahu. Kamu gunakan saja."

Sutan mengatakan ini dan menyerahkan kartu ini kepada Veni.

Ketika Sutan mengulurkan tangannya, Robi tiba-tiba melangkah kedepan, dia menatap Sutan dan berteriak. "Sutan, jangan kamu anggap semua orang di dunia ini sepertimu. Bisa mengkhianati apapun hanya demi uang!"

Sutan menatap singkat Robi dan tidak berkata apapun. Namun tangannya masih mengambang di udara,

Hal yang tidak kami bayangkan adalah, Veni mendorong Robi dan menerima kartu bank dari Sutan. Tindakan Veni ini di luar dugaan semua orang. Semua orang menatap Veni dengan tidak mengerti.

Dan Veni menatap kartu ini, wajahnya masih tersenyum. Kemudian dia menatap Sutan, menganggukan kepala dan berkata "Sutan, aku sudah tahu, aku akan menerima uang ini. Hatimu akan menjadi lebih tenang. Baiklah aku akan terima. Kamu sudah bisa pergi."

Hatiku kembali tertusuk. Veni bodoh ini, hingga saat ini dia masih memikirkan Sutan. Dia tahu sejak saat ini, Sutan tidak akan pernah kekurangan uang lagi. Sehingga jika dia menerima uang ini hanya untuk membuat hati Sutan menjadi lebih tenang.

Sutan kembali menatap Veni. kemudian dia membalikan badan dalam diam. Ketika dia bersiap untuk pergi, Robi tiba-tiba berkata dengan berteriak "Sutan, berhenti!"

Sutan terkejut, namun dia pun terdiam. Dengan bingung dia membalikkan kepala dan menatap Robi.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu