Love And Pain, Me And Her - Bab 110 Siapa Yang Menang

Pembawa acara di atas panggung melanjutkan menggerakkan suasana hati semua orang, setelah berbasa-basi, terakhir mengatakan,”Sekarang mari kita undang Tuan Don Juan, untuk memilih teman yang mendapatkan hadiah utama”

Don Juan berjalan ke tempat mengundi. Bola berisi nomor undian mulai berputar.

Semua orang menahan napas, dengan teliti menatap bola nomor undian itu. Mereka seperti sedang mencari nomor sendiri. Berharap pemenang kali ini adalah diri sendiri.

Aku sama dengan mereka, dengan serius melihat ke panggung. Isyana tiba-tiba melihatku dan berkata, “Ugie, temani aku jalan-jalan keluar”

Aku tidak tahu kenapa Isyana bisa tiba-tiba mengungkit permintaan ini. Aku menoleh melihat dia, berbisik, “Sebentar lagi acara akan selesai, tonton sebentar lagi saja”

Isyana tersenyum pahit melihatku, dia memiringkan kepalanya berkata, “Kamu yakin ingin menonton sampai habis?”

Aku tersenyum mengangguk.

Don Juan di atas panggung melihat bola kaca, dia tiba-tiba berkata, “Berhenti!”

Isyana melirik ke panggung, sekali lagi bertanya padaku, “Bagaimana jika nanti kamu melihat kejadian yang tidak kamu inginkan?”

Aku tertegun, melihat Isyana. Tapi aku sepertinya mengerti maksud dia. Aku tersenyum sebentar, menggeleng dan berkata, “Tenang saja, tidak akan”

Mengikuti suara Don Juan, pembawa acara segera menekan tombol pemutar. Dan Don Juan menolehkan kepalanya ke arah lain, tidak melihat ke bola kaca. Tangannya terus meraba di dalam bola kaca, mengambil satu, lalu melepaskan. Setelah melepaskan, mengambil lagi. Membuat minat semua pengunjung menjadi tinggi.

Tiba-tiba, Don Juan mengambil semua bola bernomor. Sayangnya dia memegang dengan sangat erat. Kami tidak bisa melihat. Dia pelan-pelan mengeluarkan bola bernomor, meletakkan didepan, lalu menghadap ke kerumunan orang di bawah panggung, mengumumkan dengan suara besar, “Hari ini pemenang terakhir yang memenangkan hadiah utama adalah nomor 68, selamat kepada teman ini”

Kerumunan orang langsung mengeluarkan nada kecewa. Walaupun mereka kecewa, tapi juga melihat ke segala arah. Ingin tahu siapa orang yang begitu beruntung, mendapatkan hadiah utama ini.

Tapi melihat kesana kemari, tidak melihat orang naik ke atas panggung. Kerumunan orang sedikit curiga, dan ada orang yang masih tidak percaya. Menunduk melihat nomor di pergelangan tangan sendiri, ingin memastikan sekali lagi, apakah mereka salah lihat.

Don Juan melanjutkan berbicara di atas panggung, “Mohon untuk teman yang mendapatkan hadiah ini lebih cepat. Apakah hadiah ini tidak cocok dengan seleramu, kamu berencana untuk melepaskan hadiah ini?”

Siapa pun tahu, Don Juan sedang bercanda. Terdengar suara diskusi di kerumunan.

Kalin melihat ke Presdir Mirani, dengan suara rendah berkata, “ Presdir Mirani, bukankah kamu bernomor 68?”

Isyana tersenyum tidak berdaya, dia melirikku sebentar. Dan aku melihat ke Kalin, berkata,”Mungkin itu kamu”

Kalin memajukan bibir, dia menaikkan pergelangan tangannya, menunduk melihat nomor kartu, bersamaan berkata,”Aku nomor 30”

Kalin tiba-tiba berhenti, dia tidak menyelesaikan kata-katanya. Tapi matanya melotot, ekspresi wajahnya seperti tidak percaya. Lalu, dia menutup mulutnya. Tenang sebentar, baru dengan ganas mengangkat tangannya, “Aku nomor 68”

Sambil berkata, Kalin menerobos kerumunan. Dengan cepat berjalan ke arah panggung.

Dan Don Juan yang di atas panggung, ekspresi wajahnya mulai dari curiga, sampai terkejut, akhirnya menjadi marah. Ekspresi dia seperti ini, hari ini muncul untuk kedua kalinya. Tapi begitu banyak orang di tempat, dia tidak mungkin menunjukkannya. Dia memaksakan diri untuk tersenyum, mengeluarkan ekspresi seorang gentleman, di atas panggung memberi selamat pada Kalin.

Isyana menunduk melihat nomor dia, lalu, memandang ke atas panggung. Dia tersenyum, tapi senyumnya penuh makna. Pembawa acara di atas panggung mulai mewawancari Kalin, bertanya bagaimana perasaan dia. Kalin juga pernah melihat dunia luar, lidahnya sangat pintar, menjawab satu per satu.

Isyana tiba-tiba menoleh melihatku, dia berkata dengan penuh arti, “Ugie, kamu sangat baik pada Kalin. Hadiah sebesar ini, bisa memberikan padanya”

Aku tertawa, melihat Isyana, dengan gampang berkata,”Hadiah besar kamu tidak mau, aku juga tidak. Lebih baik diberikan ke Kalin, lagipula dia adalah orang PT. Nogo Internasional. Anggap saja memberikan barang kepada orang sendiri”

Isyana tertawa, dia berpikir sebentar, tiba-tiba berkata lagi, “Yang aku pikirkan sekarang bukan hadiah besarnya. Tapi yang paling ingin aku tahu, bagaimana Kalin akan berterima kasih padamu? Dia begitu mencintai uang, lalu kamu memberikan hadiah besar padanya. Apakah dia akan menggunakan tubuhnya membalasmu?”

Kata-kata Isyana sangat jelas menunjukkan, dia sedang cemburu. Tapi semakin dia merasa cemburu aku semakin senang. Setidaknya bisa membuktikan, dia sudah mulai peduli padaku.

Sebenarnya hari ini bersama dengan Isyana di acara perjamuan ini, saat mendengar akan ada pengundian hadiah. Aku sudah bisa menebak, hadiah utama pasti milik Isyana. Ini sangat jelas, situasi yang sengaja dibuat oleh Don Juan.

Yang tidak sama dengan tebakanku adalah, aku tidak menyangka Isyana juga bisa menebak ini. Jadi, tadi saat pengundian. Dia tiba-tiba mengajakku keluar jalan-jalan. Aku benar-benar tidak menyangka ini.

Saat aku dan Isyana masuk, Isyana memberikan nomor kartunya padaku. Dia tidak memakai di pergelangan tangan. Saat itu aku berpikir, kalau nanti saat pengundian hadiah. Aku akan mengambil nomor Isyana dan naik ke atas. Aku tebak disaat itu, Don Juan pasti akan menjadi gila.

Tapi saat aku melihat Kalin, tiba-tiba aku berubah pikiran. Aku putuskan untuk memberikan hadiah besar ini pada Kalin. Jadi, aku melihat nomor Kalin, dan menukar kedua nomor itu. Kalin sama sekali tidak peduli, sebenarnya sebelum acara pengundian hadiah, siapapun tidak akan peduli pada kedua angka di kepingan emas itu.

Aku bukannya tidak menyukai uang! Tapi seorang pria mencintai uang, cara mendapatkannya harus benar. Kalau aku benar-benar mengambil hadiah besar Don Juan, takutnya Isyana akan memandang rendah aku. Lebih baik hadiah besar itu diberikan kepada Kalin, sekalian mengganggu Don Juan sebentar.

Wajah Kalin diatas panggung bersinar terang. Hadiah utama yang tidak terduga ini benar-benar membuat dia senang. Tapi dia juga tidak bodoh, dari atas panggung dia melihat ke arahku. Pandangan itu dalam, penuh makna.

Sinar mata Kalin, tentu saja tidak bisa terlewat dari mata Isyana. Isyana tiba-tiba berkata,”Ugie, keributan sudah selesai. Kita juga sudah harus pergikan?”

“Tidak menunggu sebentar, menyapa Don Juan dulu?”

Isyana menggeleng, “Tidak perlu lagi”

Aku tertawa. Diam-diam mengikuti di belakang Isyana, kami berdua pergi diam-diam.

Saat sampai didepan pintu, aku sengaja berbalik. Melihat Don Juan di atas panggung, menatap ke arah pintu dengan pandangan tajam. Dan aku mengangguk ke arahnya, sedikit tersenyum, berbalik lalu pergi.

Aku tidak memiliki hak dan kekuasaan, tidak ada mobil mewah, tidak bisa tinggal dirumah mewah. Tapi aku juga bisa membuat keinginannya tidak berhasil.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu