Love And Pain, Me And Her - Bab 199 Ternyata Adalah Armin

Akhirnya bisa berbicara tentang topik itu. Aku bertanya lagi kepada Jane, apa yang dia temukan? Jane tidak langsung menjawab, ia mengeluarkan ponselnya, mengklik album foto, dan menyerahkannya kepadaku, "Ugie, lihat foto-foto ini. Ini adalah screenshot dari kamera rekan kerjaku, aku meminta orang IT kami untuk memeriksanya, kamu pasti mengenal orang ini.”

Aku mengambil ponselnya. Melihat foto di atas, totalnya ada lima enam foto, biarpun gambarnya sedikit kabur. Tapi aku masih bisa mengenali dua orang dalam foto tersebut. Salah satunya adalah Riski Rahman. Satunya lagi membuatku sangat terkejut. Kenapa aku tidak mengira, muncul di stasiun TV dan berjalan berdampingan dengan Riski Rahman, ternyata adalah Armin.

Dalam foto-foto ini, ada yang dua orang di lobi utama, ada yang di koridor. Yang terakhir yaitu dua orang berada di pintu kantor Riski Rahman.

Sambil melihat, Jane sambil menjelaskan dari samping, "Periode waktu pemantauan ini muncul sehari setelah kamu meninjau iklan. Aku sudah menyelidiki orang ini, dia bernama Armin. Dia adalah kolegamu. Dia dan Riski Rahman tampaknya sangat akrab, coba kamu perhatikan waktu pada gambar tersebut. Armin memasuki kantor Riski Rahman pada jam sembilan lewat tiga puluh lima menit pagi hari. Ketika ia keluar, waktu menunjukkan pukul sepuluh lebih empat puluh tujuh menit. Dia berada di kantor Riski Rahman selama lebih dari satu jam. Selama satu jam ini, mereka pasti sudah mendiskusikan sesuatu. Kalau tidak, pastinya tidak akan selama itu."

Begitu menyebutkan pekerjaan, Jane segera menunjukkan sisi profesionalnya. Dia berbicara secara terbuka dan menganalisis dengan cermat.

Aku mendengarkan perkataan Jane dan tidak mengatakan apa-apa. Hanya diam melihat gambar-gambar yang ada di ponsel. Tapi kepalaku seakan berputar dengan cepat. Armin adalah marketing di Nogo, dia dan Riski Rahman tidak punya masalah bisnis. Dengan dirinya yang muncul di kantor Riski Rahman, jelas merupakan masalah.

Meskipun dengan foto-foto ini saja tidak dapat secara langsung menghadapi Armin. Karena dia dapat menggunakan alasan lain untuk menutupi kontaknya dengan Riski Rahman. Tetapi sekarang aku dapat menyimpulkan bahwa Armin pasti ikut serta dalam masalah ini.

Jane melanjutkan, "Aku telah menyelidiki. Armin ini hanya seorang marketing biasa di perusahaan kalian. Jadi aku dapat menyimpulkan bahwa meskipun ia terlibat dalam masalah ini, tapi dia hanya berpartisipasi dalam hal kecil saja. Orang yang benar-benar ada di balik layar pastinya bukan dia."

Aku mengangguk, kesimpulan Jane pada dasarnya sama dengan yang kupikirkan. Jane melanjutkan, "Ugie, aku pikir yang harus kamu lakukan sekarang adalah menggunakan fasilitas perusahaanmu dan menyelidiki Armin, biasanya dia berhubungan dengan soapa, terutama tingkat menengah ke atas di perusahaanmu."

Jane mengatakan apa yang sedang kupikirkan. Aku menyalakan sebatang rokok, mengerutkan kening, dan berpikir dengan tenang.

Armin di bagian marketing, bocah ini memiliki hubungan yang baik dengan semua orang, hanya kepadaku saja tidak. Jika mengatakan hubungannya dengan para petinggi, selain Kalin, aku tidak melihat dia dekat dengan siapapun lagi. Apakah hal ini ada hubungannya dengan Kalin? Begitu pemikiran ini keluar, aku langsung menyangkalnya. Jika benar berhubungan dengan Kalin, dia juga tidak mungkin membantuku selama ini.

Aku juga memikirkan Presdir Nasir, yakni Nasrudin Nasir. Karena hari itu, dialah yang menyuruhku pergi ke stasiun TV. Tapi selama aku di perusahaan, aku belum pernah melihat Armin berhubungan dengan Presdir Nasir. Sebenarnya siapa yang menyuruhnya? Sesaat, otakku terasa kacau balau, benar-benar tidak bisa memikirkan jawabannya sama sekali.

Melihatku diam. Jane juga tidak menggangguku. Dia minum bir dengan tenang dan sesekali menatapku.

Butuh beberapa saat sebelum akhirnya aku menatap Jane dan berkata, "Jane, terima kasih! Aku akan menyelidiki masalah ini ketika aku kembali"

Sudut bibir Jane terangkat, ia menunjukkan senyum yang hangat. Dia menatapku dan berkata, "Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku, lagipula kamu berjanji akan membantuku juga. Kita sama-sama tidak berhutang satu sama lain. Sekarang kamu pergi selidikilah dari dalam, aku di sini juga akan terus menyelidikinya. Jika menemukan sesuatu, kita bisa saling bertukar informasi. Aku rasa, sebentar lagi masalah ini akan segera terungkap."

Dengan bantuan Jane, reporter investigasi terbaik, penyelidikan masalah ini pasti bisa lebih lancar.

Tetapi aku masih memiliki pertanyaan yang belum terjawab, aku bertanya lagi kepada Jane, "Jane, kamu begitu perhatian terhadap urusan Nogo, apakah ini benar-benar hanya untuk laporan?"

Bukannya aku meragukan sesuatu, hanya saja aku merasa sedikit aneh, sekarang banyak berita hangat di masyarakat, tapi Jane tidak mengikutinya, malahan tertarik pada urusan Nogo. Itu sebabnya aku bertanya padanya.

Jane sedikit tersenyum, dia memiringkan kepalanya dan menatapku, “Jika bukan untuk laporan, bisa buat apalagi? Buat dirimu?"

Begitu dia selesai berbicara, Jane terkikik. Senyumnya sangat indah, sepasang lesung pipi yang dalam membuatnya lebih menawan.

Ketika keluar dari bar, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Aku khawatir bahaya jika dia pulang sendirian, jadi aku mengantarnya pulang.

Meskipun aku tidak mengerti situasi keluarganya. Tetapi aku tahu bahwa kondisi di keluarganya pasti sangat baik. Komunitas tempat dia tinggal adalah salah satu komunitas paling mewah di kota kami. Iklan untuk properti ini dibuat oleh perusahaanku sebelumnya. Pada saat itu, harga yang diberikan kepada karyawan internal kami, enam puluh juta per meter persegi.

Tiba di pintu, Jane memandang ke alun-alun komunitas yang terang benderang. Dia berbalik dan tersenyum padaku, lalu berkata, "Ugie, terima kasih! Aku sudah sampai, mau duduk dulu?"

Jane hanya berbasa-basi. Aku segera menggelengkan kepalaku, "Sudahlah, sudah larut malam. Lain kali saja.”

Setelah mengatakan itu, aku bersiap akan pergi. Jane tiba-tiba meneriakkan namaku, “Ugie."

Suara Jane tidak nyaring, dapat dilihat, bahwa dia sedikit ragu.

“Ada apa?"

Aku memandangnya dengan rasa ingin tahu.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”

Aku mengangguk, "Katakan saja.”

Jane menatapku. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya ia bertanya kepadaku, "Apakah Raisa benar-benar selingkuh?"

Aku terkejut. Ketika Raisa dan selingkuh, dua kata ini disatukan, hatiku seperti ada sesuatu yang hilang. Ini adalah rasa sakit yang paling menyakitkan dalam hidupku. Tapi Jane tampaknya sangat tertarik dengan hal ini.

Aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepala. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan ini. Bahkan jika aku putus dengan Raisa, aku tidak ingin ada orang yang berpikiran negatif tentangnya. Tidak peduli apa yang telah dilakukan Raisa terhadapku, dalam hatiku, dia pernah menjadi orang terdekat dalam hidupku.

Sebenarnya aku juga penasaran. Ketika terakhir kali aku bertemu dengan Jane, dia pernah bertanya padaku tentang Raisa. Tapi aku tidak memberitahunya. Tapi sekarang, ternyata dia mengetahui masalah Raisa selingkuh.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu