Love And Pain, Me And Her - Bab 190 Nirami, Mirani

Tetapi aku merasa sedikit aneh. Aku bertanya kepada Sutan, "Kalau begitu kamu seharusnya berbicara dengan pihak perusahaan makanan itu, bukan ke pihak mal kan?"

Sutan tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya. "Kontrak perusahaan itu sudah kadaluwarsa, tetapi dalam kondisi yang sama, mereka tetap prioritas untuk memperbarui kontraknya. Jadi jika ingin memasuki Nirami , masih harus disetujui oleh pihak mal. Dan aku juga ingin untuk menandatangani perjanjian eksklusif dengan mal. Dengan begini akan memastikan volume penjualan produk kami."

Aku mengangguk, sebenarnya sangat sederhana, tetapi aku tidak mengerti, apa yang bisa aku lakukan untuknya?

Sutan melihat aku yang hanya diam, dia lanjut bicaranya, “Ugie, apakah kamu tahu Store Nirami ada dibawah grup siapa?”

Walaupun aku sering pergi ke Nirami , tetapi aku tidak tahu Nirami ada dibawah grup siapa.

Aku menggelengkan kepala, Sutan menatapku, tersenyum kecil, dan mendorongku berkata, "Baca dua kata Nirami secara terbalik."

“ Nirami , Mirani!”

Aku bergumam, dan segera kusadari. Ini hanyalah permainan karakter homofonik, tetapi aku masih terkejut! Aku tidak menyangka bahwa Store Nirami juga merupakan industri dibawah grup Djarum . Ketua grup Djarum adalah ayah Isyana, Djarum Mirani.

Akhirnya aku mengerti mengapa Sutan meminta bantuanku untuk masalah ini!

Sutan menatapku dan berbisik, "Ugie, aku ingin kamu berbicara dengan Presdir Mirani. Selama dia membuka mulutnya, ini pasti akan berhasil"

Aku memandang Sutan dengan senyum pahit, untuk sementara waktu, aku tidak tahu bagaimana menjawabnya.

Menolaknya, aku tidak tega. Tapi untuk masalah ini, aku tidak bisa membantunya sama sekali. Setelah memikirkannya, aku memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya, "Sutan! Kamu tidak tahu banyak tentang hubungan antara Isyana dan ayahnya, pada kenyataannya, mereka tidak saling berhubungan sama sekali sekarang. Coba kamu pikir, jika dia mau menerima bantuan ayahnya, PT. Nogo tidak mungkin berada dalam kesulitan sekarang. Pesanan dari Grup Djarum sudah cukup untuk membuat PT. Nogo terlepas dari kesulitan."

Aku menjelaskannya kepada Sutan. Tapi dia sepertinya sudah tahu tentang hubungan Isyana dengan ayahnya. Dia sama sekali tidak terkejut ketika aku mengatakan itu. Dia sepertinya tidak menyerah, menatapku, dan berkata, "Ugie, bahkan jika Isyana memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya, tetapi dia hanya perlu menyebutkannya kepada orang yang bertanggung jawab atas mal, aku pikir pihak mal pasti akan menghormati dia, dia tidak perlu melakukan hal lain. Dia hanya perlu mengatakannya."

Aku menatap Sutan, dan hatiku terasa sakit. Ini adalah perbedaan di antara orang-orang. Isyana dapat menyelesaikan banyak hal dengan kata-kata, tetapi bagi kami berdua, tidak mungkin. Tetapi aku tahu bahwa Isyana tidak akan bisa mengatakan kalimat ini.

Melihat aku yang hanya diam, Sutan menghela nafas sedikit. Dia memandang ke kejauhan dan bergumam, "Ugie, kamu mungkin tidak tahu betapa pentingnya ini untukku. Presdir kami sangat mementingkan hal ini. Jika ini berhasil, posisiku di perusahaan juga akan berubah. Bahkan aku bisa naik menjadi direktur.”

Sutan adalah orang yang sangat kuat. Ketika kami berada di perguruan tinggi, dia mengalami lebih banyak kesulitan, tetapi tidak akan meminjam uang dariku dan Robi. Tetapi hari ini, dia sampai mengambil inisiatif untuk memberi tahuku hal-hal ini. Aku tahu bahwa dia pasti telah membuat tekad besar.

Sayangnya, masalah ini, aku benar-benar tidak bisa membantunya.

Aku menatap Sutan dan berkata dengan nada meminta maaf, "Sutan! Aku sangat menyesal, aku benar-benar tidak bisa memberi tahu Isyana tentang masalah ini"

Isyana mengatakan kepadaku berkali-kali kalau dia tidak ingin memiliki hubungan lagi dengan ayahnya. Dia bahkan tidak menjawab telepon ayahnya. Bagaimana aku bisa meminta bantuannya? Terlebih lagi, ada orang lain di antara mereka, yaitu istri ayahnya saat ini.

Sutan mendengar aku berbicara seperti itu, wajahnya yang tadinya terlihat kesepian, ditambah dengan rasa kecewa. Wajahnya menunjukkan ekspresi keputus-asaan, tetapi dia berkata dengan senyum yang kuat, “Tidak apa-apa! Aku akan memikirkan cara lain. Ayo, kembali dan minum bir lagi!”

Melihat wajah Sutan yang tersenyum tegar, aku merasa semakin bersalah. Tiba-tiba orang lain muncul di benakku, dan aku segera berkata kepada Sutan, "Sutan, haruskah aku meminta seseorang untuk membantumu?"

Ada secercah harapan di mata Sutan, dan dia bertanya, "Kamu akan minta bantuan siapa?"

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum, "Aku akan bertanya dulu, jika bisa, aku akan menghubungimu."

Sutan menganggukkan kepalanya.

Kembali ke bar, Robi masih berada di atas panggung menangis dan melolong. Isyana dan Veni tersenyum dan berbicara tentang sesuatu. Raisa duduk dengan Rehan. Mereka berbisik dengan kepala tertunduk.

Melihat aku memasuki pintu, tiba-tiba Isyana menghampiriku. Begitu dia datang, dia tersenyum dan berkata, "Ugie, sepertinya aku mabuk. Tolong antar aku pulang."

Wajah Isyana sudah merah. Cara berjalannya juga tidak seperti biasanya. Aku tersenyum dan mengangguk, "Baiklah, pamit kepada mereka dulu, kami pergi."

Ketika Robi mendengar bahwa kami akan pergi, dia tidak setuju sama sekali. Tapi Lulu yang ada disebelahnya mencubitnya, lalu dia hanya mengangguk dan berkata, "Baiklah, cepat pergi ke dunia kalian berdua. Sutan, ayo terus minum!"

Kami pamit juga kepada Raisa dah Rehan. Lalu aku dan Isyana berjalan kearah pintu bar. Saat sampai di depan pintu, terdengar Robi yang berteriak di belakang, dia menirukan suara Jeng Kelin, berbicara dengan suara serak, “Ugie, semangat! Cepat berikan kami keponakan!”

Aku meliriknya kebelakang. Lalu memandang Isyana dengan canggung. Isyana sedikit tersenyum dan sama sekali tidak peduli.

Setelah keluar dari bar dan menghirup udara segar, Isyana terlihat lebih baik. Kamu berdua berjalan dengan perlahan, aku bertanya kepadanya, “Isyana, aku akan menghubungi supir untuk datang menjemputmu atau ingin memanggil taksi?”

Isyana tersenyum, dia menoleh ke arahku, mungkin karena alkohol, Isyana yang sedikit mabuk menunjukkan pesona yang langka saat ini. Dia menggelengkan kepalanya sedikit dan berkata, "Lupakan saja, mobilnya tinggalkan saja di sini dan suruh supir untuk datang. Temani aku berjalan-jalan sebentar.”

Kami berdua berjalan perlahan di sepanjang jalan. Khawatir Isyana kedinginan, aku memakaikan mantelku padanya. Isyana mengenakan setelan jas. Tiba-tiba, dia mencium pakaiannya dan bergumam, "Bau asap!"

Setelah berbicara, dia tertawa.

“Ugie, apa yang tadi kamu bicarakan dengan Sutan?”

Ketika Isyana menanyakan tentang hal ini, tiba-tiba aku merasa ragu. Haruskah aku memanfaatkan kesempatan ini untuk memberitahu Isyana tentang Sutan yang ingin memasuki Store Nirami ?

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu