Love And Pain, Me And Her - Bab 305 Porter

Pada mengatakan, salju musim dingin yang tepat waktu mengindikasikan bahwa tahun yang akan datang akan menjadi tahun panen yang baik. Pada hari pembukaan, langit turun salju, tetapi cuaca tidak dingin. Aku memandangi kota yang putih di luar jendela dan berpikir, mungkin ini merupakan pertanda yang baik.

Deren sangat rajin. Ketika aku sampai di perusahaan, dia telah tiba duluan. Dan dia telah membersihkan sekali lagi. Teh, gula, buah juga sudah diletakkan di setiap meja. Setelah aku datang, justru tidak perlu melakukan apa pun.

Semua yang kami butuhkan dalam acara pembukaan diserahkan ke perusahaan tata acara. Sebenarnya, acara pembukaan kami tidak rumit, bahkan acara pemotongan pita saja dihilangkan.

Setelah mengobrol sebentar dengan Deren , aku melihat Robi, Veni, Raisa dan Sutan membuka pintu dan masuk. Mereka berempat sepakat datang bersamaan. Begitu memasuki pintu, aku langsung mendengar Robi berteriak kepadaku dengan usil, "Ugie! Hari ini adalah acara yang sangat membahagiakan, apakah kamu tidak memberikan amplop merah kepadaku?".

Robi yang usil ini, tidak pernah mau rugi. Jelas hari ini aku yang membuka usaha, tetapi dia sebaliknya meminta amplop merah denganku.

Aku mengabaikannya, dan mempersilakan mereka masuk. Sebelum aku berbicara, Sutan tiba-tiba melihat Deren yang berada di belakangku. Dia tertegun sejenak, dan Deren dengan sopan menyapa Sutan,

"Halo, Pak Sutan!"

Sutan kemudian tertawa dan menatap Deren , berkata, " Deren , aku tidak menyangka kamu akan datang bekerja dengan Ugie."

Setelah mengatakan, Sutan menatapku lagi dan berkata dengan bercanda, "Ugie, kamu begini sedikit tidak masuk akal. Deren baru mengundurkan diri denganku, aku mengira dia pergi ke perusahaan mana, tidak menyangka ditarik olehmu."

Aku dan Sutan sudah mengenal bertahun-tahun, aku sudah terbiasa dengan kata-kata dan sikapnya. Meskipun dia sedang bercanda, tetapi aku bisa merasakan bahwa ekspresinya sedikit tidak wajar. Aku juga merasa sedikit aneh, dia adalah mantan atasan Deren , ketika dia melihat Deren , mengapa terlihat sedikit tidak wajar?.

Deren dan Sutan saling menyapa, kemudian mengobrol beberapa kata dengan Veni. Karena sebelumnya dia merupakan asisten Sutan, sehingga dia juga sangat akrab dengan Veni. Meskipun keduanya belum menikah, tetapi dia juga memanggil Veni dengan sebutan kakak ipar.

Sutan pergi selama lebih dari dua puluh hari. Dapat dilihat bahwa kali ini dia kembali ke rumahnya untuk merawat ayahnya cukup melelahkan. Dapat melihat dengan jelas dia lebih kurus dari sebelumnya.

Kami basa-basi beberapa kata, aku bertanya kepada Sutan, "Sutan, kamu sekarang sudah kembali, dan paman juga sudah keluar dari rumah sakit. Lalu kapan kamu akan pergi mendaftar pernikahan dengan Veni?".

Aku bertanya dengan santai. Karena jika bukan hari itu keluarganya tiba-tiba dirawat di rumah sakit, dia akan mendaftar pernikahan dengan Veni pada keesokan hari berikutnya. Tetapi ketika aku selesai mengatakan, ekspresi Veni menjadi sedikit gelisah. Sebelum Sutan berbicara, tiba-tiba Veni menunjuk ke arah bar dan bertanya,

"Ugie, sayang sekali jika anggur-anggur merah itu hanya ditampilkan dan tidak diminum. Nanti menyuruh Robi meracik anggur merah untuk kita semua."

Setelah mengatakan, Veni tersenyum.

Tidak satu pun dari kita yang bodoh. Semua orang mengetahui bahwa Veni sengaja mengalihkan topik itu. Dia tidak ingin membahas tentang pernikahan. Aku menatap mereka berdua dengan aneh, tetapi mereka tidak berbicara, dan aku juga tidak bisa memaksa lagi.

Raisa dan aku saling melirik. Aku mengira dia mengetahui sesuatu, tetapi dari ekspresi bingung Raisa, dia kemungkinan juga tidak mengetahui apa-apa.

Kami basa-basi lagi. Tamu-tamu sudah datang satu demi satu. Kalin dan Amori tiba satu demi satu. Begitu Kalin muncul, Robi menatap Kalin, dan menghelakan nafas, "Ugie, apakah PT.Nogo sekarang sudah menjadi peternakan sapi perah?".

Suara Robi sangat keras, Kalin mendengarkan dengan jelas. Aku buru-buru menoleh menatap Robi. Lelaki ini selalu mengatakan apa pun sesuka hati, tanpa mempertimbangkan apa pun.

Sebenarnya, tidak bisa menyalahkan Robi. Di musim dingin ini, Kalin mengenakan sangat terbuka. Sweater kasmir model V, putih dan bundar, setengah terbuka. Di luar adalah jaket Versace, kancing pakaian terbuka. Tampaknya dia ingin menunjukkan kepada semua orang tubuhnya yang sempurna.

Aku memperkenalkan mereka satu sama lain. Raisa dan Amori sudah akrab, kami pernah bekerja bersama selama sebulan di Gunung Moon . Keduanya mengobrol beberapa kata, dan Raisa bertanya langsung kepada Amori, "Amori, mengapa tidak melihat Presdir Mirani dan Lulu?".

Sebenarnya, pertanyaan Raisa merupakan isi hatiku. Sudah hampir jam sembilan. Tetapi belum melihat bayangan Isyana dan Lulu. Amori memegang kacamatanya, dia menggelengkan kepalanya,

"Aku juga tidak tahu, mungkin masih sibuk. Kurasa sebentar lagi akan datang."

Setelah Amori selesai mengatakan. Langsung melihat Elisna yang mengenakan gaun keren, mendorong pintu dan masuk. Elisna sangat akrab dengan orang-orang yang berada di sini, begitu dia memasuki pintu, dia langsung mengobrol dengan semua orang.

Tiba-tiba aku menemukan sesuatu yang sangat menarik. Begitu Elisna muncul, pandangan Amori mulai mengikuti Elisna. Ke mana pun Elisna pergi, pandangan Amori terus melihat ke arah sana. Diperkirakan setelah syutingan iklan terakhir kali, Amori tergoda oleh Elisna. Tetapi orang ini sangat bersikeras, aku sudah bertanya dua kali dengannya, dia tidak mengakuinya. Dia mengatakan hanya kagum terhadap Elisna.

Semua orang mengobrol dengan gembira. Tiba-tiba, Deren memanggil aku di depan pintu dan berkata, "Presdir Ugie, ada tamu datang".

Setelah aku mendengarnya, aku langsung bergegas menuju pintu. Dan Robi sengaja mengejekku di belakang dan berkata, "Sekarang pangkatan sebuah perusahaan terlalu mudah. Perusahaan hanya dua orang, seorang presdir, dan seorang wakil presdir. Tampaknya toko bunga aku juga harus ditingkatkan. Besok, kalian panggil aku Presdir Robi".

Aku tidak punya waktu untuk berbicara dengan Robi, aku bergegas menuju ke depan pintu.

Begitu aku membuka pintu, langsung melihat Bong Casa turun dari mobil dengan asisten dan sopirnya. Asisten dan sopirnya juga mengeluarkan dua keranjang bunga besar dari bagasi mobil.

Aku bergegas dan berjabatan tangan dengan Bong Casa. Setelah mengucapkan beberapa kata, Bong Casa mengeluarkan sebuah amplop merah besar dan menyerahkannya kepadaku, berkata, "Ugie, ini adalah sedikit dariku. Jangan merasa terlalu sedikit".

Aku juga tidak menolaknya. Setelah menerima amplop merah tersebut, aku bisa merasakan dengan jelas ketebalan amplop tersebut.

Kemudian, Bong Casa berbalik dan menunjuk ke dua keranjang bunga tersebut. Dia tersenyum dan bertanya, "Ugie, apakah kamu melihat dua keranjang bunga ini? Seseorang memintaku mengirim untukmu, tebak siapakah orang itu?".

Keranjang bunga tersebut terdapat tulisan. Sayangnya terlalu jauh sehingga aku tidak dapat melihat dengan jelas. Bong Casa menyuruhku menebak, aku juga tidak tahu mengapa aku menyebut, "Rehan Bastar, Pak Bastar?".

Begitu aku mengatakan kata tersebut, Bong Casa tertegun. Dia menatap aku dan bertanya, "Apakah hubungan kamu dan Pak Bastar sudah membaik? Bagaimana kamu bisa menebaknya?".

Sejujurnya, aku tidak tahu mengapa aku akan menebak dia. Kemungkinan itu hanyalah sebuah perasaan. Melihat Bong Casa tidak berbicara, aku bertanya kepadanya, "Apakah aku salah menebak, bukan Rehan ya?".

Bong Casa tertawa. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja bukan. Coba kamu pikirkan siapa yang bisa menyuruhku untuk menjadi tukang porter."

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu