Love And Pain, Me And Her - Bab 205 Segelas Anggur Merah

Saat keluar dari Store Nirami, aku berencana untuk langsung kembali ke perusahaan. Namun Wulandari malah tersenyum padaku dan berkata, “Asisten Ugie, kali ini benar-benar telah merepotkan mu. Aku tebak kamu pasti belum makan siang, kebetulan aku dan Sutan juga belum makan. Ayok, makan lah bersama kami.”

Wulandari sangat murah hati. Namun aku benar-benar tidak ingin pergi, namun Sutan terus menerus meminta maaf padaku, aku hanya bisa menyetujuinya.

Saat naik mobil, Sutan berbisik di sampingku, “Ugie, tadi aku sedikit terdesak, jangan anggap serius.”

Aku menatapnya, dan tersenyum, “Apa aku masih belum cukup mengerti sifatmu?”

Kami berdua saling tersenyum, dan tidak mengatakan apapun lagi.

Wulandari memilih restoran makanan laut yang cukup terkenal di kota. Aku sering lewat di sini, tetapi tidak pernah masuk. Aku tidak tahu apa yang membuat makanan disini sangat baik, tapi aku tahu kelebihan dari restoran ini, hanya satu kata, mahal!

Ditambah supir, kami hanya empat orang. Tapi Wulandari meminta pelayan untuk menyajikan delapan hidangan. Setiap hidangan di sini adalah hidangan terbaik restoran ini, lobster, abalon, teripang, kerapu. Satu pun tidak kurang.

Saat hidangan disajikan, Wulandari menyuruh pelayan untuk membuka dua botol anggur merah. Dia dengan inisiatifnya sendiri menuangkan segelas anggur merah padaku, kemudian menuangkan segelas untuknya. Setelah itu, dia berdiri kemudian menatapku dan berkata, “Asisten Ugie, masalah ini benar-benar berterima kasih padamu. Tanpa bantuanmu, produk Indoma food tidak mungkin masuk ke Store Nirami. Mari bersulang untukmu, namun setelah ini aku harus kembali ke perusahaan terlebih dahulu. Lagipula besok pagi harus menandatangani kontrak. Aku akan membiarkan Sutan menemanimu minum. Kalian harus bersenang-senang.”

Dengan itu, Wulandari meneguk habis anggur merahnya. Aku juga ikut meneguk habis.

Begitu Wulandari meletakkan gelas kosongnya, dia menatapku sambil tersenyum dan berkata, “Asisten Ugie, aku tidak akan mengucapkan terima kasih berlebihan. Masalah Indoma food akan aku ingat, aku akan berterima kasih lagi lain hari.”

Kata Wulandari, aku hanya menganggapnya sebagai bentuk kesopanannya, tidak menganggapnya serius.

Setelah dia mengatakan itu, Wulandari menoleh untuk melihat Sutan. Berbeda dengan ekspresi dinginnya yang tadi, kali ini ekspresinya terlihat lembut, dia dengan pelan berkata, “Sutan, hari ini kamu temani Asisten Ugie minum! Sore ini tidak perlu kembali ke perusahaan lagi.”

Sutan merasa tersanjung. Dia berdiri dengan cepat dan menganggukan kepalanya pada Wulandari.

Wulandari dan supirnya baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba dia kembali menoleh ke belakang untuk menatap Sutan dan berkata, “Oh benar, akhir pekan ini antar Beibei ke Shanghai untuk mengikuti kompetisi piano, jangan sampai lupa.”

Sutan mengangguk lagi. Sampai mereka berdua keluar, Sutan berjalan dengan hati-hati ke pintu. Setelah memastikan bahwa mereka sudah pergi jauh, dia baru menutup pintu. Dia menghela nafas panjang, lalu kembali ke tempat duduk semula.

Tapi aku masih sedikit bingung, dengan penasaran aku bertanya, “Sutan, siapa Beibei ?”

Sutan tersenyum pahit, dia mengangkat segelas anggur merah dan meneguknya hingga habis. Setelah dia meletakkan gelas kosongnya, dia menatapku dengan tatapan tak berdaya dan mengatakan, “ Beibei adalah pangeran perusahaan kami! Putra dari Direktur Wu, dia yang menjawab teleponmu kemarin.”

Aku merasa aneh, dan bertanya lagi, “Sutan, tidak mungkin? Kamu bekerja dengan normal, bagaimana bisa membantunya merawat anak juga? Kompetisi piano juga harus kamu yang bawa?”

Sutan menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia menjepit sayur dari piring dan menjelaskan kepadaku dengan wajah masam, "Apakah kamu pikir aku bersedia melakukan pekerjaan ini? Orang-orang yang berada di bawah atap, mau tidak mau harus menundukkan kepala. Namun setelah dipikir-pikir cukup menarik juga, si kecil ini pergi ke perusahaan kami beberapa kali. Dia tidak memperhatikan rekan-rekan kerja lain, dia hanya mau ikut denganku. Kemarin Direktur Wu harus menghadiri rapat, si kecil ini merengek dirumah, bahkan pengasuhnya pun tidak bisa membujuknya untuk tenang. Tidak ada cara lain, Direktur Wu mengirimku. Kebetulan saat itu Kamu meneleponku.”

Aku mengerti, pantas saja yang mengangkat teleponku semalam adalah anak laki-laki.

Tapi hatiku masih sedikit ragu, jadi aku menanyakan, “Sutan, bukankah Direktur Wu kalian single?”

Sutan langsung menggelengkan kepalanya, “Aku benar tidak tau mengenai masalah ini! Kamu juga tau bahwa perusahaan baru saja mengalami merger dan akuisisi, Direktur Wu juga baru datang. Aku benar tidak mengerti mengenai masalahnya.”

Aku meneguk anggur merahku, menatap Sutan dan mengingatkannya, “Sutan, aku beri tau! Jangan buat gosip di kantor, kalau bukan karena kasihan kepada Veni, jangan bilang aku kasar terhadap mu.”

Mendengar aku berkata seperti itu, Sutan langsung melototiku, dan berkata dengan jijik, “Huh! Kamu kira aku itu kamu? Begitu mulai kerja, kamu sudah langsung mengejar Presiden perusahaanmu sendiri. Sekarang aku sedang tidak memikirkan yang lain, hanya ingin mendapatkan promosi dan kenaikan gaji. Ah! Sekarang ini, benar-benar bukan kehidupan untuk manusia.”

Dengan itu, Sutan mengangkat gelasnya dan bersulang denganku, dia dengan sedikit segan mengatakan, “Ugie, hari ini aku sedikit terdesak. Jangan dimasukan ke dalam hati. Masalah ini aku benar-benar berterima kasih padamu.”

Aku hanya tersenyum, tidak mengatakan apapun. Kami berdua menghabiskan anggur merah yang ada di dalam gelas.

Kami makan sembari mengobrol. Tiba-tiba, ponselku berdering. Aku mengeluarkan ponselku, ternyata panggilan dari Isyana. Saat aku mengangkat telepon, Isyana dengan gembira bertanya, “Ugie, kamu sedang sibuk apa?”

Sutan makan sambil mengangkat kepalanya dan melihatku.

Aku tertawa sebentar, dan segera menjawab, “Sedang makan di luar, kamu? Sudah makan belum?”

Begitu dia mendengar bahwa aku sedang berada di luar, Isyana segera berkata, “Ugie, sekarang adalah jam kerja. Kamu masih berada diluar?”

Suara Isyana tidak marah sama sekali, bahkan terdengar jelas, dia sangat senang. Sebelum aku menjawab, dia bertanya lagi, “Tidak mungkin Raisa dan beberapa temannya lagi kan?”

Terakhir kali Isyana mengirimiku pesan saat dia berada di Beijing, aku sedang makan di rumah Sutan, pada saat itu ada Raisa. Tetapi hari ini dia tidak ada, hatiku sangat lega, aku segera mengatakan padanya, “Tidak, hanya aku dan Sutan!”

Isyana tersenyum, dan dia segera mengatakan, “Aku akan memberitahumu kabar baik dulu! Hari ini aku bertemu Direktur CB bagian Cina, dia sangat puas dengan proposal kita. Rapat proposal akan secara resmi diadakan besok pagi. Seharusnya tidak akan ada masalah besar.”

Isyana sedang bagagia, aku juga ikut bahagia dengannya. Kami berdua mengobrol sedikit, dia baru mengatakan padaku untuk tidak minum terlalu banyak dan pulang lebih awal untuk berisirahat.

Aku menutup telepon dan mengobrol sedikit dengan Sutan. Karena keesokan hari harus menandatangani kontrak, dia tidak berani minum lebih banyak lagi. Setelah puas makan dan minum, dia memanggil pelayan untuk membungkuskan sisa makanan, sembari melihat makanan laut yang tersisa di meja dia mengatakan dengan sedikit rasa penyesalan, “Masih tersisa banyak, sangat disayangkan kalau tidak dibungkus, jangankan makan, bahkan orang tuaku pun belum pernah melihat makanan seperti ini seumur hidup mereka.”

Melihat ekspresi Sutan, entah kenapa, hatiku juga merasa sedikit pilu.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu