Love And Pain, Me And Her - Bab 575 Surat Wasiat Secara Lisan

Ruang tamu kembali sunyi. Isyana dan Bibi Salim tidak berbicara, mereka diam-diam menunggu pengacara datang. Karena Isyana dan Bibi Salim memang tidak tahu tentang surat wasiat. Sekarang pengacara hukum tiba-tiba menelepon, hal ini membuat Isyana dan Bibi Salim merasa sedikit tidak nyaman.

Sekitar satu jam kemudian. Bel pintu tiba-tiba berbunyi, Isyana bergegas membuka pintu. Begitu pintu dibuka, langsung terlihat sekelompok orang berpakaian gelap berdiri di depan pintu. Di antara orang-orang ini, ada beberapa orang yang aku kenal. Ada Tyas, Asisten Han, paman Isyana, Sinarmas dan ayah Eddy, Djoko. Aku tidak kenal dengan yang lain, tetapi bisa dilihat bahwa orang-orang ini juga merupakan para eksekutif perusahaan.

Isyana awalnya terlihat marah, tetapi saat melihat orang-orang ini, Isyana segera memulihkan suasana hatinya. Isyana dengan sopan membiarkan semua orang masuk ke dalam dan semuanya duduk. Di sini, aku paling akrab dengan Djoko. Aku sebenarnya ingin menyapanya, tetapi dirinya sama sekali tidak melihatku. Ini sedikit mengejutkanku.

Dan sangat jelas, Bibi Salim tidak menyangka bahwa Tyas akan datang. Bibi Salim sebenarnya ingin menghindarinya, tetapi bagaimanapun juga, semua orang datang ke sini karena surat wasiat Djarum. Bibi Salim juga tidak melihat Tyas dan duduk dalam posisi semula menelan air liurnya.

Setelah beberapa salam sederhana. Aku melihat seorang pria paruh baya berjas dan sepatu kulit serta kacamata berdiri. Dia memandang Tyas, lalu ke Isyana dan Bibi Salim. Dia berdehem dan langsung berkata "Semuanya, alasan mengapa semua orang diundang ke sini hari ini karena ingin mengurusi surat wasiat CEO Mirani semasa hidupnya. Semua orang juga sudah tahu bahwa wasiat CEO Mirani berkaitan dengan masa depan Grup Djarum. Jadi, hari ini, semua eksekutif senior sengaja diundang kemari agar semua orang memahami hal ini. "

Begitu pengacara itu berbicara, semua orang langsung diam. Aku diam-diam menatap Tyas dan melihatnya duduk di sofa dengan ekspresi sedih. Asisten Han, yang duduk tidak jauh darinya juga menatap Tyas. Tapi Tyas tidak menatapnya.

Lalu mendengar pengacara melanjutkan perkataannya "Sesuai dengan pesan CEO Mirani sebelum kematiannya. Dia memberikan Vila Sungai Moon atas namanya sendiri dan tiga bangunan komersial di kawasan bisnis kepada putrinya, Isyana."

Kata-kata pengacara itu membuatku tercengang. Properti ini sebelumnya telah digadaikan ke bank oleh Isyana, tapi sudah ditebus oleh Djarum. Aku melirik ke arah Isyana, Isyana masih terdiam dan mendengarkan dengan tenang.

Pengacara itu tanpa ekspresi dan melanjutkan "Selain itu, CEO Mirani memutuskan untuk menyumbangkan 37% saham Grup Djarum yang dimilikinya kepada istrinya, Tyas. Selain itu, CEO Mirani juga menominasikan Tyas sebagai CEO baru Grup Djarum. "

Pengacara belum selesai berbicara, Bibi Salim tiba-tiba menyela. Bibi Salim tampak sedikit gelisah. Melihat pengacara itu, Bibi Salim bertanya dengan suara keras "Pengacara Pras, kamu telah mengatakan begitu banyak. Tapi aku bahkan belum melihat surat wasiat Tuan Mirani. Yang ingin aku tanyakan padamu adalah di mana surat wasiat Tuan Mirani?"

Memang benar, perkataan Pengacara Pras hanyalah perkataannya sendiri dan tidak ada surat wasiat tertulis sama sekali.

Nada bicara Bibi Salim sedikit panik. Pengacara Pras memandang Bibi Salim dan tersenyum minta maaf. Kemudian berkata "Ibu Salim, turut berdukacita. Aku sekarang akan memberitahumu awal mula surat wasiat ini. CEO Mirani tidak meninggalkan surat wasiat tertulis. Surat wasiatnya dibuat olehnya secara lisan sebelum kematiannya. "

Pengacara Pras belum selesai berbicara, Bibi Salim segera menyela dan berkata "Bagaimana surat wasiat yang dibuat secara lisan bisa memiliki efek hukum? Jika berdasarkan perkataanmu, bukankah aku juga bisa mengatakan bahwa Tuan Mirani juga memberitahuku sebelumnya, bahwa semua harta kekayaannya akan diberikan kepada Isyana? "

Aku tahu mengapa Bibi Salim begitu panik. Karena hal ini menyangkut takdir Grup Djarum dan takdir Isyana di masa depan. Itu sebabnya Bibi Salim sangat cemas, tidak bisa menahan diri untuk berdebat dengan pengacara itu.

Begitu Bibi Salim selesai berbicara, Pengacara Pras tersenyum canggung. Tetapi langsung berkata "Ibu Salim, menurut paragraf kelima Pasal 18 Hukum Warisan Republik Rakyat, pewaris dapat membuat surat wasiat secara lisan jika hidupnya dalam masa kritis. Surat wasiat secara lisan harus memiliki lebih dari dua orang saksi. Ini sesuai dengan hukum. Oleh karena itu, surat wasiat CEO Mirani dilindungi undang-undang. "

Sebagai urusan hukum perusahaan, yang bisa Pengacara Pras lakukan adalah menjelaskan fakta yang sesuai dengan ketentuan hukum. Pengacara Pras tidak mendukung Tyas dengan sengaja. Begitu selesai berbicara, Bibi Salim segera berkata "Kalau begitu tolong Pengacara Pras beritahu aku, siapa dua orang yang hadir di saat Tuan Mirani meninggalkan wasiat secara lisan. Jangan bilang padaku bahwa Direktur Mikra juga ada di sana pada saat itu? Seberapa besar kita bisa percaya dengan perkataannya? "

Di saat getir seperti ini, Bibi Salim sudah tidak peduli lagi begitu banyak. Bibi Salim mengarahkan jarinya ke Tyas. Aku pun melirik ke arah Tyas, di hari-hari biasa wanita ini selalu tampil arogan, hari ini, ternyata justru memasang ekspresi sedih. Tyas mengabaikan perkataan Bibi Salim dan bahkan sama sekali tidak menatap Bibi Salim.

Begitu Bibi Salim selesai berbicara, Pengacara Pras menoleh ke belakang. Kami semua tahu bahwa dirinya sedang mencari dua orang saksi dalam surat wasiat secara lisan. Sebelum Pengacara Pras berbicara, terlihat ada dua pria tiba-tiba berdiri. Salah satunya adalah Asisten Han dan satunya lagi aku baru bertemu dengannya dua kali. Dia adalah supir Djarum, tapi aku tidak begitu mengenalnya.

Begitu keduanya berdiri, wajah Bibi Salim dan Isyana langsung berekspresi terkejut. Dan raut wajah Asisten Han masih terlihat dingin, kemudian perlahan berkata "Bibi Salim"

Begitu Asisten Han berbicara, Bibi Salim langsung menyela dan berkata "Jangan panggil aku Bibi Salim, aku tidak akrab denganmu. Karena kamu adalah saksi pada saat itu, kamu tinggal menceritakan kisahnya saja sudah cukup."

Aku sudah tahu sejak lama bahwa Bibi Salim selalu merasa tidak puas dengan Asisten Han ini. Di depan banyak orang, Bibi Salim bahkan tidak menghargai dirinya. Tetapi yang membuat aku kagum adalah di raut wajah Asisten Han sama sekali tidak terlihat canggung. Asisten Han memandang Bibi Salim, mengubah nama panggilannya dan berkata lagi "Kalau begitu aku akan memanggilmu Ibu Salim. Pada hari kejadian, tak lama setelah Tuan Ugie pergi, CEO Mirani sedang dalam suasana hati yang buruk dan aku menyarankan dirinya untuk minum obat. CEO Mirani bahkan marah padaku. Tapi tak lama kemudian, aku menyadari bahwa ada yang salah dengan tubuhnya. Aku mengambil tindakan pertolongan pertama dan meminta sopir untuk menelepon 120. Saat itu, CEO Mirani masih sadar. Sebelum 120 tiba, dia memberitahu aku dan juga pengemudi tentang isi surat wasiat tadi. Dia meminta kami berdua untuk memberitahu Pengacara Pras, jika terjadi sesuatu pada dirinya, maka biarkan Pengacara Pras yang menangani pemakaman sesuai dengan surat wasiatnya. "

Setelah Asisten Han selesai berbicara, Asisten Han melihat ke arahku dengan sengaja.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu