Love And Pain, Me And Her - Bab 46 Pertengkaran Antara Ibu Dan Anak

Begitu makanan dihidangkan, bibi Salim makan lebih dulu. Aku tersenyum pahit memandang bibi Salim, dan malu mengambil sumpit. Terlebih saudaranya sebentar lagi akan datang.

bibi Salim yang melihat aku tak kunjung mengambil sumpit, dia memandangku, dan berkata dengan acuh tak acuh, “Ugie! bibi Salim beritahu kamu, kamu jangan menganggap serius gadis ini. Gadis ini nakal karena dimanja. Semakin kamu melindunginya, semakin dia merasa dirinya penting.”

Aku menggerak-gerakkan sumpitku. Diriku merasa ini sangat lucu, malam ini aku akan meninggalkan kota ini, tapi bibi Salim malah mengatur kencan buta.

Sekarang pergi sudah tidak mungkin, hanya bisa menunggu.

Aku dan bibi Salim mengobrol sebentar. Selang tak lama, hp-nya berdering. Melihat nomor ini, bibi Salim tersenyum memandangku, dan berkata dengan bangga, “Lihat, sudah ada yang telepon kan? Sudah aku bilang, dia berani tidak datang”

bibi Salim menjawab telepon dengan sombong. Tidak tahu orang di ujung telepon mengatakan apa, bibi Salim meletakkan telepon berkata kepadaku, “Ugie kamu makan dulu, aku pergi ke depan menjemputnya. Dia baru memarkirkan mobil”

Aku mengangguk tersenyum, duduk di kursi menunggu bibi Salim. Pada saat yang sama hatiku penasaran, seperti apa gadis yang tidak memiliki kelebihan seperti yang dikatakan bibi Salim ?

Tak lama, bibi Salim masuk bersama dengan seorang gadis muda. Sinar matahari hari ini sangat menyilaukan, wanita ini memakai kacamata hitam. Dia mengikuti bibi Salim dari belakang, tapi dia tidak melihat ke atas. Terus bermain hp sambil berjalan.

Meskipun dia tidak menengadah, tapi ketika aku pertama kali melihatnya, seluruh bulu kudukku merinding. Ada perasaan terkejut, gelisah, dan mendesah semuanya tercampur menjadi satu. Aku bahkan curiga apakah aku salah melihat, atau semua yang ada di depan mataku ini tidak nyata.

Aku percaya pada takdir. Kalau tidak, di dunia yang luas ini, mengapa ada orang saling bertemu, saling mengenal dan saling mencintai. Dan ada orang saling melewatkan.

Tapi yang aku tidak percaya adalah, kemungkinan kecil seperti ini, terjadi pada diriku.

Alasan mengapa aku menghela nafas adalah karena gadis yang masuk bersama bibi Salim yang dikatakan tidak berguna, ternyata adalah Isyana Mirani.

Aku tersenyum pahit! Isyana ternyata adalah saudara bibi Salim, pasangan kencan butaku!

Dunia ini sungguh menakjubkan!

Ketika Isyana dan bibi Salim berjalan masuk. bibi Salim berbalik menegur Isyana berkata, “Sudah, jangan bermain hp lagi, sini, aku perkenalkan kamu”

Dan Isyana masih tidak mengangkat kepalanya, dia terus menundukkan kepala bermain hp. Bahkan tidak melepaskan kacamata hitam. Tampak jelas, dia tidak memandang serius kencan buta kali ini.

“Pria ganteng ini bernama Ugie, hari itu kalau tidak ada dia, aku..”

bibi Salim belum selesai berbicara. Tiba-tiba Isyana menengadah. Aku tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi dibalik kacamatanya. Tapi aku bisa merasakan, dia juga terkejut.

Selanjutnya, Isyana melepaskan kacamata hitamnya. Dia tertegun menatapku. Pertama-tama terkejut, selanjutnya marah, lalu berubah menjadi dingin. Isyana pasti tidak menyangka, kita berdua akan bertemu pada kesempatan seperti ini.

Dan aku yang berdiri di sana dengan canggung, untuk sesaat tidak tahu harus bagaimana menghadapi Isyana.

bibi Salim menatapku, lalu menatap Isyana, dia bertanya dengan aneh, “Isyana, kalian saling kenal?”

Isyana segera menggelengkan kepala, dia berkata dengan dingin, “Bagaimana mungkin aku mengenalnya? Teman yang aku kenal, tidak ada yang prcundang, pengecut!”

Isyana ternyata masih marah, karena surat pengunduran diriku.

bibi Salim sengaja menyenggol Isyana, berkata dengan tidak senang, “Pecundang apaan, pengecut apaan, cepat duduk, bicara yang baik”

Isyana duduk dengan enggan. Tapi dia terus menatapku, tatapan yang dingin membuatku merasa seperti duduk di atas jarum.

bibi Salim yang melihat aku dan Isyana tidak berbicara. Dia tersenyum dan berkata kepadaku, “Ugie, ini saudaraku”

bibi Salim yang belum selesai berbicara, sudah diinterupsi Isyana. Dia menatapku, dan berkata dengan jijik, “Ternyata kamu yang menyelamatkan ibuku, kalau begitu aku harus benar-benar berterima kasih kepadamu!”

Bisa dirasakan, Isyana sangat marah. Walaupun mengetahui aku yang menyelamatkan bibi Salim, dia tetap bersikap dingin kepadaku.

Tapi begitu dia selesai berbicara, bibi Salim diam-diam menyentuh tangan Isyana. Pada saat yang sama diam-diam memandang tajam Isyana.

Isyana segera menoleh, menatap mata besarnya yang indah, dan dengan tidak puas berkata kepada bibi Salim, “Kenapa? Mengakui aku sebagai putrimu, membuatmu sangat malu?”

Melihat ibu dan anak ini membuatku tertawa, untuk sesaat aku tidak berani menjawab.

Pertama-tama bibi Salim tersenyum canggung padaku. Lalu berbisik kepada Isyana, “Tentu saja memalukan! Bagaimana kalau Ugie tidak menyukai kesombonganmu, aku memperkenalkan pacar untuknya. Kalau dia tahu kamu putriku, kedepannya pasti malu bertemu denganku”

Ibu dan anak ini mulai berdebat.

Meskipun suara bibi Salim pelan, tapi aku bisa mendengar dengan jelas. Aku tersenyum tanpa daya. Isyana mengendus dingin berkata, “Dia tidak menyukaiku? Aku yang tidak menyukainya, pria apaan melarikan diri dalam pertempuran”

bibi Salim tidak mengerti apa yang dikatakan Isyana. Dia mengira Isyana mengatai aku yang pada malam itu, setelah mengantarnya ke RS, langsung pergi.

bibi Salim tergesa-gesa menjelaskan, “Malam itu ada orang yang mengantarkanku ke RS, membayar deposit. Dan kamu masih..”

Aku tidak ingin bermain misteri ini lagi. Aku memandang bibi Salim, tersenyum pahit berkata kepadanya, “ bibi Salim sebenarnya dari awal aku sudah mengenal Presdir Mirani. Aku dulu karyawan PT. Nogo Internasional, dan baru saja mengundurkan diri”

Kali ini giliran bibi Salim yang terkejut, dia menatapku lebih dulu. Lalu menatap Isyana. Tiba-tiba, dia menghela nafas, perlahan-lahan dia berkata, “Eii! Gawat kalau begitu! Pernah bekerja dengannya, kamu tidak mungkin akan menyukainya. Kencan buta kali ini gagal lagi”

bibi Salim menghela nafas tanpa daya. Melihat dia yang kehilangan, hatiku semakin merasa bibi Salim sangat lucu.

“Bu, apa yang kamu katakan”

Isyana memiliki semacam perasaan hampir gila dibuat oleh bibi Salim. Dia menatap bibi Salim dengan ekspresi tak berdaya di wajahnya. Dan aku diam-diam melirik Isyana, dan kebetulan dia juga sedang melirikku. Kita berdua saling bertatap mata, dia segera memalingkan tatapannya dengan tajam. Tindakan dia, benar-benar ingin menelanku hidup-hidup.

bibi Salim menoleh melihat Isyana, dan berkata dengan tidak puas, “Aku bilang apa? Baik, aku juga tidak takut ditertawakan Ugie, kita bicarakan baik-baik. Kamu katakan kamu memiliki kelebihan apa?”

bibi Salim berkata dan mulai menarik jarinya, meminta Isyana menjawabnya.

“Kamu pemalas, rakus dan emosian! Akhir pekan yang mana kamu tidak tidur sampai siang? Tidak mencuci muka, tidak menggosok gigi, dengan rambut acak-acakan mulai makan. Dan, kamu tidak melakukan pekerjaan rumah sama sekali. Sekarang pindah tinggal di luar, hari apa pengasuh tidak pergi ke sana membantumu bersih-bersih. Malam itu kalau aku tidak mengkhawatirkanmu tidak kunjung pulang, akankah aku pergi tinggal di tempat jelekmu? Akankah aku dijambret?”

Terlihat jelas Isyana masih marah kepadaku. Tapi dia yang dikatakan ibunya seperti ini membuat dirinya malu dan kesal. Lagipula gadis mana yang berharap sisi buruknya di ketahui pria lain.

Tapi aku yang mendengar bibi Salim berkata itu, tidak merasa Isyana memiliki kekurangan, sebaliknya aku merasa sangat imut. Isyana yang seperti ini, memiliki nafas kehidupan. Dibandingkan dengan tampang dia yang terlihat dingin setiap hari, membuat orang tidak bersedia mendekatinya.

Isyana memandang tajam aku, dia menyalahkanku akan masalah ini. Lalu menyela ucapan bibi Salim, “Bu, bisa tidak kamu jangan bicara lagi?”

“Tidak bisa!”

bibi Salim memandang tajam nya dan menjawab dengan tegas.

“Ugie juga bukan orang lain! Lihat dirimu, hidup selama 20-an tahun, dalam sekejap sudah hampir 30 tahun. Bahkan tidak pernah berpacaran. Apa artinya ini? Artinya IQ mu, bukan, EQ mu rendah”

bibi Salim yang mengatakan itu, dia segera memandang tajam aku, dan menjelaskan, “Ugie, aku katakan kepadamu. IQ Isyana rendah, ini lebih mirip denganku, tapi yang lainnya tidak mirip!”

Aku memandangai bibi Salim,bukan tertawa, tapi menahan tawa. Dalam sekejap, ekspresi wajahku menjadi rumit.

“Kalau kamu katakan sekali, aku akan pergi!”

Isyana hampir gila dibuat bibi Salim. Dia bangkit dan bersiap-siap pergi.

Tidak disangka, bibi Salim sama sekali tidak takut. Dia memukul meja, memandang tajam Isyana, dan mengancamnya, “Pergi? Kalau kamu pergi aku keluar dari RS!”

Ini pertama kalinya aku melihat pertengkaran antara ibu dan anak! Terlihat jelas bibi Salim yang menang.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu