Love And Pain, Me And Her - Bab 292 Analisis Logika

Setelah mengambil foto itu, aku melihat ke bawah, seketika aku tertegun.

Foto ini diambil di depan pintu masuk KIMFAR. Salah satunya adalah Armin, sementara yang lain itu diluar dugaanku. Aku tidak pernah membayangkan bahwa pria ini ternyata adalah Rehan. Dapat dilihat dari foto bahwa keduanya tampaknya sedang membahas sesuatu. Ekspresi Rehan seperti tidak sabar berbeda dengan ekspresi Armin yang sedikit gugup.

Melihat foto itu, kemarahan muncul di hatiku. Aku tidak pernah berpikir bahwa Armin akan bergaul dengan Rehan. Meletakkan foto itu di atas meja, aku segera mendongak dan bertanya kepada Jane, "Jane, maksudmu insiden iklan kemarin Rehan merupakan hantu di belakangnya?".

Jane mengambil foto dan sekilas melihat lagi. Dia menganalisis dan berkata, "Foto bersama ini tidak sengaja diambil olehku pada saat aku melewati KIMFAR. Menurut logika, Armin hanyalah bagian penjualan biasa di PT.Nogo. Walaupun jika dia memiliki urusan bisnis dengan KIMFAR, tidak mungkin sampai disambut oleh Rehan selaku Wakil Presdir KIMFAR. Jadi dapat dipastikan bahwa kedua orang ini pasti memiliki beberapa rahasia yang tidak diketahui orang. Dan kebetulan pada saat aku mengambil foto bersama ini adalah waktu ketika Riski diam-diam kembali ke kota. Kombinasi dari kebetulan ini sebenarnya dapat membuktikan bahwa insiden iklan tersebut berkaitan dengan Rehan! ".

Kemampuan analisis logika Jane sangat kuat. Begitu dia selesai berbicara, aku langsung mengangguk. Tetapi aku bertanya kepada Jane lagi, "Jane, meskipun sebelumnya aku dan Rehan pernah berselisih, sehingga dia membenciku, tetapi apakah dia akan melakukan tindakan yang sebesar ini? Lagipula, jika dia melakukannya, hal ini juga akan memberikan kerugian yang besar bagi KIMFAR. Menurutmu, mengapa dia harus melakukan ini?".

Jane tersenyum simpul, dia menatapku dan berkata dengan serius, "Ugie! Menurut kamu di dunia ini hal apa yang paling membuat orang tergila-gila?".

Aku tidak mengerti arti dari Jane, tetapi aku segera menjawab, "Uang, kekuasaan?"

Jane tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, "Tidak! Hal yang paling membuat orang tergila-gila di dunia ini adalah cinta!".

Aku pertama kali mendengar argumen Jane ini, aku mendongak menatapnya. Kemudian mendengarkan dia terus berkata, "Dibandingkan dengan uang dan kekuasaan, cinta lebih cenderung membuat orang menjadi gila. Karena itu, dalam sejarah terdapat Romeo dan Juliet yang mati bersama karena cinta".

Jane secara tidak sengaja mengeluarkan argumen terbaiknya dan mulai memberi contoh kepadaku. Tetapi aku masih bingung, kemudian bertanya lagi, "Bahkan karena cinta, apa hubungannya dengan aku dan Rehan?".

Jane tiba-tiba tertawa, dia menegurku dengan pandangan kosong, kemudian bercanda berkata, "Karena Rehan jatuh cinta padamu".

Aku sama sekali tidak merasa lelucon ini lucu. Aku mengeluarkan sebatang rokok dan nyalakan. Kemudian mendengarkan Jane menjelaskan, "Ugie, kamu ini semuanya bagus, hanya saja kecerdasan emosional kamu terlalu rendah, tidak memahami perasaan pria dan wanita. Alasannya begitu sederhana dan jelas, Rehan menjebakmu karena Raisa."

Aku semakin bingung, aku sudah putus dengan Raisa. Ditambah lagi pada saat ini aku sangat dekat dengan Isyana. Raisa dan Rehan juga sedang berpacaran. Mengapa dia mau menjebakku, apa maksudnya?.

Jane melihat kebingungan aku, dia melanjutkan, "Aku pikir terdapat dua situasi dalam masalah ini. Pertama, meskipun Raisa dan Rehan sudah jadian. Namun, Rehan menemukan bahwa Raisa masih menyukaimu. Jadi dia melakukan ini karena cintanya pada Raisa, sehingga membenci dirimu. Situasi kedua sepenuhnya adalah dugaanku yaitu meskipun Raisa telah putus denganmu, tetapi Rehan masih belum mendapatkannya. Situasinya sama dengan yang pertama, Rehan percaya bahwa alasan mengapa dia tidak bisa mendapatkan Raisa adalah karena kamu, jadi dia memilih untuk melakukan ini padamu".

Kata-kata Jane membuatku tertegun. Aku menatap Jane dengan polos, dan pikiranku muncul adegan terakhir kali aku pergi ke rumah Raisa. Di mejanya, aku melihat foto kami berdua. Apakah benar-benar seperti yang dikatakan Jane bahwa Raisa belum jadian dengan Rehan?.

Tetapi aku memikirkan kembali lagi merasa tidak benar. Beberapa hari yang lalu kami baru kumpul bersama, Raisa juga mengatakan bahwa setelah Veni menikah, dia akan mengundang kami menghadiri pernikahannya. Dia dapat mengatakan hal-hal seperti itu di depan umum berarti dia dan Rehan sudah jadian.

Pada saat ini, aku terus berpikir. Setelah berpikir sebentar, aku tiba-tiba tersenyum. Tiba-tiba aku merasa bahwa apa yang aku pikirkan ini sama sekali tidak berguna. Aku dan Raisa sudah berpisah lama, jika dia tidak ingin aku memahami kehidupannya, mengapa aku masih harus berpegang pada itu?.

Melihat aku tidak berbicara, Jane mengambil foto dan bertanya lagi, "Ugie, apa yang ingin kamu lakukan mengenai masalah ini?".

Aku melihat foto yang berada di tangan Jane. Sejenak kemudian, aku berkata, "Masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja! Berikan fotonya kepadaku, aku harus berbicara dengan Rehan!".

Jane memberikan foto itu kepadaku. Kami berdua mengobrol sebentar sebelum Jane bangkit untuk pergi. Setelah mengatarnya keluar dari pintu, Jane baru saja berjalan ke depan mobil, dia tiba-tiba menoleh dan bertanya kepadaku, "Ugie, apakah kamu masih bermain basket?".

Kata-kata Jane sedikit mengejutkanku. Tetapi aku langsung menggelengkan kepala. Ketika masih kuliah, hobi terbesar aku, Sutan dan Robi adalah bermain bola basket. Tetapi sejak mulai bekerja, sepertinya aku belum pernah menyentuh bola lagi.

Inilah kehidupan, dia bisa menghilangkan hobi seseorang.

Nogo Cafe adalah kafe terkenal di kawasan bisnis. Ini adalah tempat favorit bagi pekerja kerah putih atau perkantoran. Modern, santai, dan elegan. Banyak pekerja kerah putih juga suka membicarakan bisnis di sini. Karena demikian, bisnis kafe ini selalu baik.

Pada sore hari, begitu memasuki kafe, aku memilih tempat yang sederhana untuk duduk. Setelah memesan secangkir kopi, sambil mengaduk dengan pelan aku melihat sebuah meja yang tidak jauh dari sana.

Itu merupakan sepasang pria dan wanita, pria itu sangat ganteng, berbicara sesuatu dengan wanita itu. Wanita itu tertawa sambil mendengarkan, dan pada akhirnya menandatangani namanya di sebuah kontrak.

Setelah wanita itu pergi, pria itu dengan puas memasukkan kontrak ke dalam tasnya. Dia baru saja bangkit dan belum pergi. Aku sudah berjalan menghampirinya, menepuk pundaknya dengan lembut, berkata sambil tersenyum,

"Armin, sudah lama tidak berjumpa. Penjualan masih lancar?".

Armin mengangkat kepalanya, pada pandangan pertama langsung melihat aku. Dia kemudian mencibir, "Yo, Aku kira siapa? Bukankah ini adalah Ugie? Mengapa begitu santai, datang ke sini untuk minum kopi ya?".

Sambil mengejekku Armin membereskan tasnya. Setelah selesai membereskan dan tidak menunggu aku berbicara, dia berkata lagi, "Aku tidak sesantai kamu, aku harus bergegas untuk bertemu pelanggan berikutnya. Sudah sampai disini saja, bertemu lagi nanti."

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu