Love And Pain, Me And Her - Bab 429 Lubuk Hatiku Masih Bergetar

Indoma juga bekerja keras untuk tender ini. Sebuah spanduk digantung di pintu gerbang perusahaan.

Memarkirkan mobil, beberapa dari kami masuk. Seorang staf cantik datang menyambut kami. Kami check-in dulu, lalu di bawa oleh stafnya, kami pergi ke ruang rapat tender di lantai lima.

Begitu tiba di pintu ruang rapat, tiba-tiba mendengar seseorang memanggil namaku dari belakang "Tuan Ugie, tunggu sebentar."

Ketika menoleh, aku melihat Wulandari dengan senyumannya dan berjalan mendekat dengan anggun.

Meskipun Wulandari berusia tiga puluhan. Tapi dia terlihat jauh lebih muda dari usia yang sebenarnya. Ini juga karena dia pandai merias dirinya. Sama seperti hari ini, dia memakai gaun ungu. Gaun itu bentuk lehernya berbentuk "v" ke bawah, dadanya juga kelihatan sedikit yang membuat orang bisa berpikir kemana-mana. Roknya juga sangat pendek, hanya sebatas paha. Kaki panjangnya memakai stoking hitam.

Wulandari menggoyangkan pinggangnya, memakai sepatu hak tinggi. Selangkah demi selangkah, berjalan ke sampingku. Dia menatapku sambil tersenyum dan berkata "Tuan Ugie, rapat tender dimulai pukul setengah sebelas. Masih ada waktu, bagaimana kalau kamu duduk di kantorku dulu?"

Aku tidak mengerti mengapa Wulandari tiba-tiba mengundangku. Aku menoleh dan berkata kepada Amori dan tiga orang lainnya "Kalau begitu kalian pergi ke ruang rapat dulu dan tunggu aku disana. Aku akan pergi ke kantor Nona Wu."

Lalu aku mengikuti Wulandari dan pergi ke kantornya.

Kantor Wulandari didekorasi dengan sangat mewah. Gaya Eropa, warna-warna cerah, trend dan kelihatan sederhana. Tapi juga tidak kehilangan kehangatan yang juga merupakan khas wanita.

Wulandari meminta asistennya untuk menyajikan dua cangkir kopi. Begitu duduk, Wulandari langsung berkata "Tuan Ugie, total ada tujuh perusahaan periklanan yang ikut tender hari ini. Menurutmu, seberapa besar peluang kalian untuk menang?"

Aku tertawa, menggelengkan kepala sedikit dan berkata dengan santai "Tidak ada peluang menang!"

"Oh?"

Wulandari menatapku dengan sedikit terkejut "Mengapa kamu masih datang ikut acara tender jika tidak ada peluang menang?"

Aku tertawa lagi dan berkata dengan segan "Bukankah pentingnya itu adalah berpartisipasi! Aku hanya ingin berpartisipasi dan belajar dari perusahaanmu."

Wulandari menikmati kopinya, dia memiringkan kepalanya dan menatapku. Aku harus mengakui Wulandari sangat cantik. Kecantikannya adalah kecantikan yang menawan. Bentuk wajahnya seperti diukir oleh pengrajin.

Wulandari berkata dengan pelan "Tuan Ugie, tidak peduli dari sudut pandang perusahaan atau preferensi pribadiku. Sebenarnya, aku berharap dapat bekerja sama denganmu."

Kali ini giliran aku terkejut. Aku memandang Wulandari dan ingin tahu dari ekspresinya apakah dia hanya segan denganku atau benar-benar ingin bekerja sama denganku.

Aku tanpa sadar menyentuh sakuku dan ingin merokok. Tetapi ketika berpikir merokok di tempat seperti ini, sepertinya sedikit tidak sopan, jadi aku menarik tanganku kembali.

Wulandari sangat pintar, dia membungkuk dan mengambil asbak di bawah meja. Dia tersenyum dan berkata "Apakah Tuan Ugie kecanduan rokok? Ini salahku lupa menyiapkan rokok untuk Tuan Ugie. Sebenarnya, aku biasanya juga merokok beberapa batang, hanya saja tidak kecanduan."

Aku tersenyum dan menyalakan sebatang rokok. Pada saat yang sama, aku juga sedang mengagumi. Pantas saja Sutan bisa jatuh di bawah rok Wulandari, wanita ini sebenarnya tidak gampang, dia adalah karakter yang hebat dari segala sisi.

Kemudian Wulandari melanjutkan "Alasanku mengatakan ingin bekerja sama dengan Tuan Ugie. Itu karena karakter dan kemampuan Tuan Ugie yang hebat!"

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala, berkata dengan santai "Nona Wu sudah terlalu memuji."

Wulandari mengabaikan kerendahan hatiku. Dia lanjut berkata "Kasus anak perusahaan KIMFAR di Korea dibuat dengan begitu baik! Ini diketahui oleh semua orang di lingkungan ini. Bahkan beberapa teman baikku, mereka semua adalah Ibu rumah tangga. Sekarang mereka juga menjual produk KIMFAR Korea di momen."

Aku tersenyum sedikit. Kami terus mengikuti kasus anak perusahaan KIMFAR di Korea. Ini sudah pasti yang paling klasik yang kubuat. Sekarang sedang diluncurkan dan banyak agen di kota-kota besar di seluruh negara dan juga sedang perlahan-lahan meluncur. Agen-agen ini, juga termasuk salah satu jenis penjualan, telah menjadi teknik baru anak perusahaan Korea.

Wulandari sambil berkata, dia mengedipkan matanya ke arahku. Dia sedikit sengaja, aku pura-pura tidak melihatnya, menundukkan kepala dan menjentikkan rokok, Wulandari berkata lagi "Kemampuanmu sudah jelas terlihat, ditambah lagi kamu dan Sutan adalah teman baik! Jika ini semua digabungkan, jika aku tidak berharap kamu yang memenangkan tender, maka siapa lagi yang kuharapkan untuk memenangkan tender?"

Meskipun kata-kata Wulandari sangat menarik. Tapi lubuk hatiku masih bergetar. Dia sengaja menyebut Sutan di depanku. Sangat jelas bahwa dia sedang memberikan kode kepadaku bahwa dia memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Sutan. Kedua orang ini pasti masih saling memberi kabar.

Aku tersenyum dengan santai, tidak menjawab kata-kata Wulandari. Wulandari tiba-tiba bertanya kepadaku "Oh ya, Ugie, bagaimana kabar Veni sekarang? Aku sudah lama tidak melihatnya."

Aku melihat Wulandari sekilas. Dia sedang menyindir, hanya saja dia tidak menyindirku, tetapi Veni.

Aku tertawa, memandang Wulandari dan berkata "Veni sangat baik. Dua hari yang lalu dia sedikit bermasalah dengan Sutan. Tapi Sutan membujuknya kembali."

Wulandari juga tersenyum, langsung berkata "Baguslah, sudah kembali!"

Aku tidak ingin berbicara dengan Wulandari lagi. Setelah melihat waktu, rapat tender akan segera dimulai. Aku langsung berdiri dan berkata kepada Wulandari "Nona Wu, kamu sibuk dulu, aku sudah harus pergi ke tempat tender untuk melihat."

Wulandari setuju, aku pun pergi.

Ketika keluar dari kantor, aku memikirkannya. Sejak aku mengetahui masalah Sutan dengan Wulandari, Wulandari selalu bersikap baik denganku. Tapi di saat yang sama, aku bisa merasakan dia semakin menekan, sepertinya tidak pernah ingin melepaskan Veni.

Jika di masa lalu, aku pasti akan mencari cara untuk mengobrol dengan Sutan. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak memiliki pemikiran ini. Karena aku tahu apa yang kukatakan, tidak seperti sebelumnya, Sutan sepertinya tidak ingin mendengarnya lagi.

Tempat acara tender adalah ruang rapat kecil Indoma. Setelah aku masuk, langsung melihat beberapa CEO dari berbagai perusahaan periklanan sudah tiba lebih dulu. Karena di lingkungan yang sama dan juga perusahaan periklanan mengadakan acara perkumpulan setiap tahun. Orang-orang ini juga saling kenal, semua saling menyapa dan mengobrol.

Sedangkan aku hanya membuat studio pemasaran, hanya setengah bagian dari lingkungan periklanan. Aku juga mengenali beberapa CEO, tetapi sayangnya, mereka tidak mengenalku.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu