Love And Pain, Me And Her - Bab 510 Urusan Ini, Aku Yang Akan Memutuskannya!

Aku ingin pergi ke dapur untuk membantu memasak. Tapi bagaimana pun aku bicara, Bibi Salim tetap tidak setuju dan tidak mengijinkanku membantu. Dia menyuruhku untuk diam di ruang tamu nonton tv. Lalu, dia pergi sendiri ke dapur dan mulai menyibukkan diri.

Isyana juga sudah selesai ganti baju. Begitu dia tiba di ruang tamu, dia menatapku dengan kesal. Dia masih sedikit malu dan tidak enak dengan keintiman kami berdua tadi.

Dia duduk di sampingku, Isyana membantuku mengupas apel dan bertanya dengan santai, "Ugie, apa tidak ada kabar mengenai Veni?"

Ketika membahas mengenai Veni, aku menghela nafas tak berdaya lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Iya, sejak terakhir kali aku pergi. Dia sampai saat ini tidak ada kabar."

Setelah bicara, Isyana menghela nafas. Hubungannya dengan Veni sekarang sepertinya lebih baik dariku. Isyana menyerahkan apel itu kepadaku, lalu dia juga berkata dengan sedikit tidak puas, "Aku selalu berpikir Sutan adalah orang yang dapat diandalkan. Tapi ketika masalah Veni ini terjadi, aku langsung tidak memiliki kesan yang baik sama sekali tentang Sutan. Sekarang yang paling aku benci adalah dia.”

Aku tidak membalas ucapan Isyana ini. Karena dia membahas Sutan, aku jadi langsung teringat mengenai hubungan dan kerja sama antara Sutan dan Wulandari dengan Tyas. Aku belum memberi tahu Isyana tentang ini. Karena aku khawatir setelah aku mengatakannya, nantinya malah akan membawa lebih banyak emosi negatif kepada Isyana.

Aku hanya mengobrol santai seperti ini dengan Isyana. Tak lama kemudian, aku mendengar Bibi Salim memanggil kami berdua dan berkata, "Isyana, Ugie, kemarilah untuk mulai makannya."

Bibi Salim sangat cepat. Dengan lebih dari satu jam, dia sudah menyiapkan hidangan penuh di meja. Aku tidak minum alkohol karena aku mengemudi. Kami bertiga duduk bersama, makan dan mengobrol dengan santai.

Aku kira Bibi Salim mengundangku datang hari ini, hanya untuk makan malam dan berkumpul bersama di akhir pekan seperti biasanya. Namun setelah makan tidak lama, tiba-tiba Bibi Salim meletakkan sumpitnya. Dia menatap Isyana dan bertanya padanya,

"Isyana, bagaimana hubunganmu dan Ugie sekarang?"

Ucapan Bibi Salim sangat mengejutkan Isyana. Dia memandang Bibi Salim dengan tatapan bingung dan aneh, lalu bertanya, "Apanya yang bagaimana? Bukannya ini sudah terlihat baik-baik saja ya?”

Sebenarnya aku juga agak merasa aneh. Aku tidak mengerti kenapa Bibi Salim tiba-tiba bertanya seperti ini.

Bibi Salim tersenyum tipis, menatap Isyana dan melanjutkan ucapannya, "Gadis bodoh, ibu bertanya kapan kamu dan Ugie akan menikah?"

Begitu Bibi Salim mengatakan ini, aku juga sangat terkejut. Aku suka Isyana dan selalu ingin bersamanya. Sayangnya, walaupun aku dan Isyana sudah sedekat dan seintim ini. Tapi, jika dilihat dari keseriusan, dia bukanlah pacarku. Jadi sulit juga untuk lebih membahas hal serius seperti pernikahan.

Isyana tidak menyangka Bibi Salim akan mengatakan itu. Dia tersenyum genit lalu menoleh menatapku. Lalu berkata kepada Bibi Salim sambil tersenyum, “Bu, aku tidak pernah mengatakan kalau aku ingin menikah dengannya. Kami sekarang hanya berteman biasa, bahkan bukan pacar."

Nada bicara Isyana sedikit terdengar manja. Sedangkan Bibi Salim langsung menatapnya dengan tatapan tak berdaya. Dia berkata dengan tidak senangnya, “Bukan pacar? Lalu kalau bukan pacar, kenapa kalian berdua saling berpelukan dan berciuman?”

Begitu ucapan Bibi Salim ini keluar, wajah Isyana langsung memerah. Dia pun langsung berkata dengan keras ke Bibi Salim, “Bu!!”

Ucapan Bibi Salim ini juga membuatku jadi agak tidak nyaman dan tidak enak. Aku juga tidak berani membalas ucapan ini, hanya menundukkan kepala makan makananku.

Bibi Salim tidak peduli dengan ketidakpuasan dan kekesalan Isyana. Dia menatap Isyana, lalu lanjut berkata, “Pria menikah dan wanita dinikahi. Ini adalah hal yang wajar dan sudah biasa. Aku dulu tidak pernah bertanya dan membahas secara resmi kepada kalian tentang ini. Tapi hari ini, aku ingin bertanya dengan jelas di depan kalian. Sebenarnya, apa yang kalian pikirkan? Tidak mungkin terus-terusan ditunda seperti ini kan?”

Bibi Salim bicara sambil menatapku, tiba-tiba dia langsung bertanya padaku, “Ugie, sebenarnya apa yang kamu pikirkan?”

Nada bicara Bibi Salim sangat serius. Menjadi seserius ini membuatku merasa sedikit tidak nyaman dan tidak terbiasa. Aku menatap Bibi Salim, lalu aku berkata dengan sedikit canggung, "Bibi Salim, aku pasti ingin bersama selamanya dengan Isyana. Tapi sepertinya aku tidak bisa memutuskan apapun mengenai ini. tetap harus mendengarkan apa yang dipikirkan Isyana."

Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku ingin menikahi Isyana, memiliki anak dengannya dan menghabiskan seluruh hidupku bersamanya. Tapi sayangnya Isyana padahal jelas-jelas juga menyukaiku, tapi dia tidak setuju untuk jadi pacarku. Jadi, aku tidak bisa apa-apa sekarang.

Desakan Bibi Salim hari ini merupakan kejutan yang tak terduga bagiku. Aku hanya tidak menyangka sama sekali mengapa Bibi Salim akan begitu seserius ini.

Begitu aku selesai bicara, Isyana melirikku dengan cemberut. Dia berkata dengan manja, "Aku tidak pernah berpikir untuk menikah denganmu"

Nada suara Isyana terdengar setengah bercanda. Aku tidak menganggap ucapannya ini dengan serius. Siapa juga yang tahu tiba-tiba Bibi Salim langsung panik. Dia memelototi Isyana dan berkata dengan kesalnya, “Isyana, tidak ada yang seperti kamu ini ya? Ugie sudah cukup lama mengejarmu. Sifatnya, kemampuannya semuanya baik dan kita juga sudah melihatnya dengan jelas. Kamu menyeret nya seperti ini tanpa ada kepastian, ini sungguh tidak pantas!!”

Nada bicara Bibi Salim begitu serius. Begitu serius sampai membuat Isyana dan aku merasa ini sangat aneh. Tampak tatapan Isyana yang begitu tidak mengerti melihat ke Bibi Salim, dia pun bertanya dengan heran, “Bu, ada apa denganmu hari ini? kenapa aku merasa kalau kondisimu seperti ada yang salah?”

Isyana dulu pernah berkata kepadaku, Bibi Salim bukanlah orang yang suka ikut campur dalam kehidupannya. Bahkan mengenai perkembangan hubunganku dan Isyana, Bibi Salim hampir tidak pernah bertanya. Tapi hari ini, dia tiba-tiba jadi panik dan cemas seperti ini.

Begitu ucapan Isyana ini keluar. Bibi Salim tiba-tiba jadi semakin marah. Dia menatap Isyana dan berkata, “Kenapa aku jadi ada yang salah? Aku yang salah atau kamu yang salah? Intinya, aku mau memberitahumu, hubunganmu dan Ugie cepat segera dipastikan!”

Bibi Salim berkata sambil menoleh menatapku. Masih saja dengan ekspresi serius berkata kepadaku, “Ugie, kamu juga coba tanya orang tuamu. Kapan mereka punya waktu luang datang ke kota ini. Aku akan menemui mereka dan menggunakan kesempatan ini untuk memastikan dan menetapkan urusan ini lebih cepat.”

Aku sepenuhnya tercengang dan membeku dengan bodohnya. Melihat Bibi Salim sambil mengangguk dengan bodohnya. Tapi, begitu melihat Isyana, dia sedang menatap Bibi Salim dengan tatapan tidak mengerti dan tidak masuk akal.

"Bu, urusan kami berdua, biarkan kami sendiri yang menanganinya! Kamu tidak usah mengkhawatirkannya.”

Isyana sedang berdebat dengan logikanya. Aku sangat memahami Isyana. Walaupun dia juga ingin menikah denganku. Tapi dia juga tidak suka Bibi Salim menggunakan cara memaksanya seperti ini.

Yang paling membuatku semakin tidak menyangka adalah, ucapan Isyana ini malah membuat Bibi Salim sepenuhnya jadi marah dan meledak-ledak. Dia pun langsung meletakkan sumpitnya dengan keras di atas meja. "Bruak" suara itu sangat mengejutkanku.

Melihat Isyana, Bibi Salim berdiri dan berkata, "Urusan ini, aku yang memutuskannya! Kamu cukup mendengarkan apa yang sudah aku aturkan saja!”

Kata Bibi Salim. Lalu, dia bangkit dan kembali masuk ke kamar tidurnya. Melihat Bibi Salim yang sangat marah, Isyana dan aku sama-sama tercengang dengan bodohnya.

Isyana menggelengkan kepalanya karena dibuat marah seperti ini, lalu berkata, "Ini bukannya aneh dan tidak masuk akal sama sekali ya?”

Saat dia berkata, dia menatapku dan bertanya, "Ugie, apa jangan-jangan kamu sudah mengatakan sesuatu kepada mamaku?"

Aku menggelengkan kepala dengan cepat dan menjawab dengan senyum masam, "Isyana, aku ingin kamu menikah denganku. Tapi aku tidak pernah berpikir untuk mencari Bibi Salim untuk membantuku."

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu