Love And Pain, Me And Her - Bab 113 Akan Terpisah

Aku mengetuk pintu dan masuk. Aroma di dalam ruang kantor membuat hatiku bergetar. Aroma ini sama dengan aroma tubuh Isyana. Setiap kali aku menciumnya, itu akan membuat perasaanku terasa nyaman.

Aku berjalan ke depan meja kantor, lalu menatap Isyana sambil tersenyum, bertanya padanya, “Isyana, apakah kamu memanggilku?”

Meskipun hubunganku dengan Isyana sudah melangkah lebih jauh. Namun di kantor, aku masih berusaha menjaga jarak dengannya. Agar tidak menimbulkan rumor yang tidak perlu.

Isyana baru saja akan berbicara. Tapi ia segera membalikkan wajahnya dan bersin dua kali berturut-turut.

Aku terkejut dan buru-buru bertanya kepadanya, “Isyana, ada apa denganmu? Apakah kamu masuk angin?”

Isyana membalikkan wajahnya, ia memutar matanya, dan berkata sambil menggerutu, “Menurutmu? Malam hari angin di tepi sungai sangat kencang, kamu malah dengan sengaja kamu membawaku ke tepi sungai. Begitukah kamu mengajakku berkencan? kamu hanya sengaja mencelakaiku.”

Sambil berbicara, Isyana kemudian kembali bersin.

Meskipun Isyana sedang bercanda denganku. Tapi aku menjadi sedikit tidak enak hati. Tampaknya Isyana di masuk angina ketika di sungai, dan ia agak flu. Semua salahku, kemarin pakaian yang ia pakai kurang tebal. Tapi aku hanya fokus menyoatakan perasaan padanya, mengira dengan menyelimutinya dengan jas sudah tidak masalah.

Ketika Isyana melihatku tidak berbicara, ia langsung berkata, “Hanya bercanda. sudah Jauh lebih baik. Aku memanggilmu untuk memberitahumu. Aku akan terbang ke Beijing malam ini. Mungkin perlu beberapa hari untuk kembali.”

Aku terkejut dan bertanya kepadanya, “Pergi ke Beijing untuk dinas kantor?”

Isyana mengangguk, “Hm! Waktu itu bukankah aku sudah memberitahumu? Sekarang ada kontrak yang besar, berhasil atau tidaknya kesepakatan, tergantung kali ini. Jika kontrak ini berhasil, PT.Nogo akan sepenuhnya kembali Berjaya.”

Berbicara tentang pekerjaan, Isyana kembali ke dirinya yang semula. Ia penuh dengan rasa percaya diri.

Aku menganggukkan kepalaku, lalu bertanya lagi, “Kamu hanya pergi sendirian?”

Sebenarnya di dalam hatiku aku benar-benar ingin pergi bersamanya. Aku sejak awal adalah salesman. Jika aku pergi bersamanya, aku bisa menemaninya siang dan malam, dan meningkatkan perasaan di antara kami, ini merupakan sesuatu yang sangat sempurna.

Tetapi jawaban Isyana membuatku sedikit kecewa. ia menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku membawa dua rekan kerja dari bagian penjualan dan Amori dari bagian perencanaan.”

Isyana berkata, lalu tiba-tiba berhenti. Dia sepertinya merasakan apa yang aku rasakan, ia tersenyum, dan menjelaskannya padaku, “Awalnya aku ingin mengajakmu pergi bersama, tetapi setelah kupertimbangkan, belakangan ini beban kerjamu sedang cukup berat. Biarlah kamu beristirahat di rumah, tetapi jangan sampai malas ya, terus berjuang. Ketika aku sudah kembali, kamu sudah harus mendapatkan beberapa pesanan lagi.”

Setelah Isyana selesai berbicara, ia yang terlebih dulu tertawa.

Aku sedikit kecewa, tetapi aku tidak bisa menunjukkannya. Dengan tersenyum pahit aku berkata, “Kapan kamu berangkat, aku akan ke bandara mengantarmu.”

Isyana menggelengkan kepalanya, “Sudah tidak usah, perusahaan sudah mengirimkan mobil, kamu tidak perlu repot bolak balik.”

Aku tidak berdaya, dan hanya mengangguk.

Isyana menatapku dan berkata, “Aku punya hal lain yang ingin kukatakan padamu. Hari ini, Departemen Keuangan akan merilis komisi untuk pesanan KIMFAR, dan mereka akan segera memberitahumu.”

Hal ini Kalin sudah memberitahuku sebelumnya. Totalnya 250.000 dollar, kami bagi dua 50:50. Aku bisa mendapatkan 125.000 dollar, dipikir-pikir aku sedikit gembira. Setelah bekerja sekian lama, untuk pertama kalinya aku mendapatkan komisi sebanyak ini.

Aku tertawa dan berkata, “Kali ini akhirnya aku dapat melunasi hutang. Ketika kamu kembali nanti, mari kita minum anggur terbaik BOSS.”

Aku sedikit malu tentang kejadian hari itu. Ketika uang itu dicairkan, aku harus mentraktirnya dengan benar.

Isyana menggelengkan kepalanya, matanya berkedip seolah ragu-ragu. Setelah beberapa saat, ia berbisik kepadaku dan berkata, “Ugie, aku menyadari kamu benar-benar baik kepada Kalin. Ada promosi juga komisi. Kamu sudah berpikir, bagaimana dia akan membalasmu?”

Ada sedikit kecemburuan dalam ucapan Isyana. Ini bukan yang pertama kalinya. Tapi aku sangat menikmati perasaan ini, setidaknya itu membuktikan bahwa ia peduli padaku.

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. Aku tidak ingin ketika Isyana akan pergi dinas keluar, lalu menghabiskan waktu dengan mebicarakan wanita lain.

Sejak bergabung dengan Nogo. Ini adalah pertama kalinya aku dan Isyana berpisah. Meskipun aku di Villa Gunung, aku hanya pernah bertemu Isyana sekali. Tapi situasinya berbeda, waktu itu kami berada di sebuah kota yang ramai. Jika ingin bertemu, kami bisa melakukannya kapan saja. Dan sekarang, ia pergi ke Beijing. Meskipun itu hanya beberapa hari, namun satu hari tidak bertemu bagaikan tiga dekade tidak bertemu.

Pada sore hari ketika Isyana pergi ke Beijing, aku pergi ke bagian keuangan untuk menandatangani komisi. Komisi 250 juta telah cair, dan aku sangat senang. Aku akhirnya bisa mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan meminjam uang.

Aku bertanya-tanya bagaimana cara memperbaiki makan malamku, kemudian Veni menelpon. Begitu telepon terhubung, langsung terdengar suara Veni yang lembutnya, “Ugie, apakah malam ini ada urusan?”

Veni jarang menelponku. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, dan aku segera bertanya, “Aku tidak ada urusan, ada apa, Veni?”

Veni masih berkata dengan lembut, “Datanglah ke rumahku malam ini. kita sudah lama tidak bertemu. Baru-baru ini, pekerjaan Sutan tidak lancar, kebetulan kalian bisa membantuku membujuknya. Aku juga punya sesuatu yang ingin kukatakan padamu.”

Aku tersenyum. Berkumpul tidaklah terlalu penting, membujuk Sutan adalah yang paling utama. Inilah Veni, Seorang wanita yang selalu memperhatikan Sutan sepanjang waktu. Aku menjawab Veni dan bertanya apakah harus membawa sesuatu, Veni berkata tidak perlu, dia sudah di supermarket, hanya memintaku menjemputnya saja.

Aku menutup telepon, tiba-tiba aku terinagt bahwa Veni mengajakku bertemu, pasti Raisa juga ikut. Meskipun aku sekarang sudah lebih tenang menghadapi Raisa dari sebelumnya. Tapi itu masih terasa canggung. Terutama ketika ia melihatku dan Isyana bersama-sama hari itu, tatapannya terlihat begitu rumit.

Ketika aku memikirkan Raisa, hatiku tiba-tiba terasa kosong. Mungkin yang dikatakan Isyana benar, sebenarya aku sampai sekarang masih belum bisa melepaskan dia sepenuhnya. Kalau tidak, bagaimana aku bisa merasa seperti ini? Apakah itu hanya rasa tidak rela?

Aku berpikir, Robi juga pasti akan pergi malam ini. Sebaiknya aku juga memanggil Lulu untuk ikut, dengan dua orang unik ini, setidaknya bisa membuat suasana menjadi lebih hidup dan tidak begitu kaku.

Setelah berpikir sampai disini, aku mengirim pesan WeChat ke Lulu. Aku tidak memberitahunya akan pergi kemana, aku hanya mengatakan untuk mengajaknya pergi makan malam. Gadis itu tidak banyak bertanya, malah dengan senang hati menyetujuinya.

Setelah pulang kerja, aku dan Lulu naik taksi ke lingkungan rumah Sutan . Ketika sampai di lantai dasar, aku pergi ke supermarket dan membeli beberapa buah dulu. Lulu tahu bahwa kami tidak pergi ke restoran, tetapi ke rumah temanku.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu