Love And Pain, Me And Her - Bab 25 Pembuntutan Di Tepi Pantai

Sebenarnya aku masih penasaran. Sekarang suhu di Hainan jauh lebih tinggi daripada di daratan, yang semula merupakan bagian dari musim liburan. Bagaimana mungkin Bong Casa memilih waktu ini untuk berlibur di Hainan ?

Isyana memesan beberapa hidangan. Dia juga memesan sebotol anggur merah mahal. Makanan lezat, anggur merah, dan wanita cantik. Sungguh membingungkan, aku merasa seperti datang untuk berlibur.

Anggur merah tertuang ke gelas. Isyana tidak memperdulikanku lagi. Dia makan dengan elegan, sambil melihat sekeliling dengan tenang.

Aku merasa agak aneh, tidak tahan tidak bertanya padanya, "Presdir Mirani, apakah kamu tidak membuat janji terlebih dahulu dengan Presdir Bong ?"

Isyana menyesap anggur merah, lalu menatapku dan berbisik, "Aku hanya pernah menjumpai Bong Casa sekali, tapi aku belum bicara sama sekali padanya. Bisa juga dibilang, aku tidak mengenalnya sama sekali.”

Aku terkejut melihat Isyana. Lalu bertanya kepadanya dengan mata terbelalak, "Presdir Mirani, apa kamu? Kita berdua datang jauh-jauh ke Hainan. Bagaimana kita bisa berbicara dengan Presdir Bong jika kamu tidak mengenalnya?"

Isyana tidak peduli dengan apa yang aku katakan, dia terfokus pada makanan lezat di piringnya. Lalu dengan santai mengatakan, "Tidak kenal maka harus cari peluang untuk berkenalan. Kita sekarang tidak punya pilihan lain selain melakukan demikian."

Aku mengerti apa yang dikatakan Isyana. Tetapi tidak terbayang di benakku bahwa wanita di depan ini yang terkadang dingin, terkadang lembut dan elegan ini akan bekerja keras demi sesuatu.

Ketika kami berbicara, pandangan Isyana tertuju ke arah pintu. Aku mengikuti arah pandangannya dan melihat seorang pria berusia tiga puluhan masuk ke dalam. Di sampingnya, ada seorang wanita seusianya.

Pria ini sekali dilihat juga terlihat adalah tipikal orang sukses. Tingginya sedang dan tubuhnya kekar. Mengenakan setelan CK pria kasual.

Dan wanita di sampingnya sangat cantik dan langsing, dengan rok putih panjang. Dia mengenakan kacamata, memberikan sosok kutu buku yang kuat.

Isyana memalingkan wajahnya, dia menatapku dan berbisik, "Ugie, itu adalah Presdir KIMFAR daerah Timur, Bong Casa, Presdir Bong."

Aku mengangguk dan bertanya, "Siapa wanita di sebelahnya?"

"Istrinya"

Isyana menjelaskan, "Bong Casa berbeda dengan pria sukses pada umumnya. Dia setia dan sangat baik kepada istrinya. Aku sudah lama berada dalam lingkaran bisnis, tapi belum pernah mendengar skandal tentang Bong Casa. Istrinya adalah seorang guru, sepertinya batang tenggorokannya tidak begitu baik. Jadi ketika sampai pada masa liburan istrinya, dia juga akan mengambil cuti tahunannya. Untuk membawa istrinya ke suatu tempat dengan udara yang baik agar bisa merawat diri."

Aku baru mengerti, itulah alasan Bong Casa datang ke Hainan untuk liburan di musim panas. Aku pada saat yang sama juga tampaknya mengerti mengapa Isyana membawaku. Aku tersenyum dan bertanya dengan suara rendah, "Presdir Mirani, alasanmu membawaku ke sini. Apakah karena khawatir jika kamu datang sendiri, istri Presdir Bong akan salah paham denganmu dan mengira kamu mau menggoda suaminya?"

Isyana menatapku dan berteriak dengan suara rendah, "Diam!"

Aku tertawa. Ternyata aku digunakan sebagai tameng.

Setelah menunggu Bong Casa dan istrinya makan sebentar. Isyana mengambil serbet dan membersihkan mulutnya dengan anggun. Lalu berbisik padaku lagi, "Ayo, kita pergi kesana."

Aku berdiri dengan tergesa-gesa, mengikuti Isyana ke meja Bong Casa.

Begitu tiba didepannya, Bong Casa menatap kami. Saat dia melihat Isyana, ada kilasan kejutan di wajahnya. Tapi kemudian kembali biasa. Bong Casa sudah berdiri sebelum Isyana berbicara. Dia mengambil inisiatif untuk mengulurkan tangannya dan berkata, "Presdir Mirani, kebetulan sekali? Bisa bertemu denganmu di Hainan.”

Begitu kata-kata Bong Casa keluar, bukan hanya aku yang tertegun, tetapi juga Isyana. Isyana baru saja mengatakan padaku bahwa dia tidak mengenal Bong Casa. Tapi Bong Casa bisa memanggil namanya.

Isyana merespons dengan cepat. Dia berjabat tangan dengan Bong Casa dengan anggun. Kemudian dia memperkenalkanku pada Bong Casa dan berkata, " Presdir Bong, ini adalah rekan kami, Ugie."

Aku juga buru-buru berjabat tangan dengan Bong Casa. Tangannya besar dan kuat. Bong Casa juga memperkenalkan istrinya kepadaku dan Isyana. Setelah bersalam-salaman, Isyana tersenyum dan bertanya pada Bong Casa,

"Presdir Bong, maafkan kelancanganku. Aku memang pernah bertemu denganmu sebelumnya, tetapi seingatku kita tidak pernah saling menyapa. Bagaimana Presdir Bong bisa mengenaliku?"

Bong Casa tertawa dan menatap Isyana sambil berkata, "Seorang wanita cantik seperti Presdir Mirani tidak akan pernah bisa dilupakan oleh seorang pria."

Dia berkata begitu, lalu berbalik untuk melihat istrinya. Istrinya masih tersenyum santai, seolah-olah apa yang terjadi di depannya, tidak ada hubungannya dengannya.

Ketika Isyana hendak berbicara, Bong Casa melanjutkan perkataannya, "Aku hanya bercanda! Meskipun aku hanya pernah bertemu sekali dengan Presdir Mirani. Tapi ayahmu, presdir Mirani, adalah senior yang aku kagumi. Suatu kehormatan untuk dapat mendengarkan instruksi presdir Mirani secara pribadi. Itu sebabnya aku memberikan perhatian khusus kepada Presdir Mirani. Tapi kamu sangat mirip dengan ayahmu, sekarang Presdir Mirani juga seorang pahlawan wanita terkenal di kalangan bisnis daerah Timur kita."

Aku belum pernah mendengar tentang ayah Isyana. Hari ini, mendengar kata Bong Casa, aku baru tahu bahwa ayah Isyana juga adalah pemimpin bisnis di daerah Timur. Tidak heran Isyana yang masih cukup muda sudah bisa menjadi Presdir Nogo.

Terhadap pujian Bong Casa, Isyana hanya tersenyum. Dia berkata dengan sopan, "Adalah suatu kehormatan besar bisa kenal dengan Presdir Bong. Aku tidak akan lagi mengganggu Presdir Bong dan istrinya makan. Kita akan bicara lagi ketika punya waktu."

Selesai menyapa, Isyana langsung membawaku keluar dari restoran.

Aku tahu niat Isyana. Dia tidak ingin langsung membicarakan bisnis begitu mengenal satu sama lain. Itu tampak terlalu terarah. Bisa menyinggung orang tersebut.

Setelah keluar dari restoran, Isyana menemui Manajer Aula. Isyana memberitahukan padanya agar semua biaya Bong Casa beberapa hari ini dibebankan ke akun kami.

Setelah mengatur Manajer Aula, Isyana berkata lagi kepadaku, "Sekarang jam lima! Sebentar lagi, Tuan dan Nyonya Bong pasti akan pergi ke tepi laut. Kamu tunggu di sini, begitu mereka keluar, kamu ikuti mereka. Telepon aku ketika sampai tujuan, aku akan langsung ke sana."

Isyana masih ingin menciptakan peluang. Dengan santai aku bertanya padanya, "Bagaimana denganmu?"

"Tidur!"

Selesai berkata, Isyana meregangkan pinggangnya yang anggun. Dia lalu naik lift ke lantai atas.

Sebenarnya, aku tidak setuju dengan penciptaan kebetulan yang disengaja oleh Isyana. Perlu diketahui, orang seperti Bong Casa, adalah seseorang dengan bakat menonjol, situasi seperti apa yang belum pernah dilihatnya? Trik kecil Isyana sepertinya akan terlihat olehnya. Tapi Isyana adalah pemimpin. Aku hanya bisa mematuhi kata-katanya.

Isyana menebak dengan tepat. Begitu matahari akan terbenam, Bong Casa membawa istrinya keluar dari hotel. Aku buru-buru mengikuti dari belakang. Pada saat yang sama juga mengirim pesan ke Isyana.

Hembusan angin laut, ditemani oleh kilau matahari terbenam yang tertabur di laut biru. Benar-benar memberikan perasaan santai dan bahagia.

Bong Casa dan istrinya berjalan sangat lambat, dan aku tidak bisa mengikuti mereka terlalu dekat. Ketika mereka sampai di tepi laut, pasangan itu mulai berjalan di sepanjang garis pantai. Dan aku hanya bisa mengikuti dari jauh.

Mereka sangat romantis, mereka selfie dan bermain air. Tidak tahu telah berjalan seberapa jauh, Isyana meneleponku. Menanyakan di mana aku sekarang. Aku juga tidak familier dengan tempat ini, aku melihat sekeliling. Lalu memberitahukan lokasinya pada Isyana. Saat aku berbalik, Bong Casa dan istrinya sudah menghilang. Aku bergegas bolak-balik mencari mereka, tetapi sama sekali tidak bisa menemukan mereka.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu