Love And Pain, Me And Her - Bab 609 Dengan Harga Dua Ribu Rupiah

Meskipun Sutan tidak tahu apa yang ingin aku lakukan, tapi serangkaian pertanyaan yang aku ajukan telah membuatnya waspada. Dia memahamiku dan tahu aku tidak akan sembarang mengajukan pertanyaan, pasti ada makna yang dalam. Itu sebabnya dia menyuruhku pergi.

Aku tersenyum, setelah melihat Sutan, aku melirik ke sekeliling. Kemudian, perlahan-lahan berkata "Aku merasa semua orang di sini juga tahu bahwa pemegang saham terbesar grup adalah CEO. Kalau begitu, CEO Djarum Grup sepertinya bukan Direktur Tyas, tapi orang lain."

Begitu kata-kataku diucapkan, terdengar seruan di ruang rapat. Meskipun aku bukan anggota dari Djarum Grup, tapi orang-orang di sini tahu hubunganku bersama Isyana. Mereka juga mengerti aku pasti tidak akan sembarang berkata.

Wajah Tyas langsung berubah. Dia tiba-tiba berdiri dan berteriak padaku "Ugie, aku sudah lama mentolerir padamu. Di sini adalah Djarum Grup, bukan Cantique. Belum giliranmu memberi perintah, mohon segera keluar."

Aku melihat ke arah Tyas, kemudian tersenyum dan berkata perlahan "CEO Mikra, jangan khawatir. Meskipun kamu mengusirku keluar, juga tidak dapat mengubah kenyataan ini."

Suara diskusi di ruang rapat semakin keras. Pak Karman tiba-tiba berkata, "CEO Mikra, Pak Ugie telah berkata seperti ini, biarkan dia menyelesaikannya. Tidak perlu begitu terburu-buru."

Tyas juga menyadari situasinya. Dia menatapku, mengangkat kepalanya dan bertanya dengan tenang, "Baiklah, kalau begitu aku akan memberimu waktu untuk menjelaskannya! Aku sebagai pemegang saham terbesar Djarum Grup, kalau aku tidak menjadi CEO Djarum Grup, emangnya dirimu?"

Tyas berpenampilan agresif. Aku tersenyum lagi, sama seperti Sutan dan Tyas sebelumnya, sebuah senyuman yang penuh sindiran. Aku menatap Tyas dan tetap berkata perlahan "CEO Mikra, kamu benar-benar suka bercanda. Siapapun akan menjadi CEO Djarum Grup, tapi tidak mungkin menjadi giliranku. Sekarang kamu memang sebagai pemegang saham terbesar dalam Djarum Grup, tapi kamu harus tahu hal-hal di dunia selalu berubah. Saat ini, kamu adalah pemegang saham terbesar. Tapi mungkin saja di detik berikutnya, pemegang saham terbesar akan menjadi orang lain?"

Setelah berkata, aku tersenyum dingin. Aku sengaja mengejek Tyas "CEO Mikra, bagaimana menurutmu tentang perkataanku?"

Tyas sepertinya mengerti maksudku. Dia melirik Isyana, lalu mengalihkan pandangannya ke Djoko. Setelah berpikir, dia bertanya pada Djoko dengan tidak berani percaya, "Oh, aku mengerti, apakah Direktur Santoso menjual saham pada Direktur Mirani?"

Djoko duduk tenang di tempatnya, dia tidak menyangkal ataupun mengangguk. Tapi sikap diamnya membuat Tyas sedikit panik. Namun, Tyas segera menyesuaikan dirinya, tersenyum dingin dan berkata lagi "Menurut nilai saham Djarum Grup adalah 6 Triliun, bagian Direktur Santoso dalam grup adalah 13%. Aku ingin tahu dari mana Direktur Mirani mendapatkan dana sekitar 800 milyar untuk membeli saham Direktur Santoso?"

Memikirkan ini, Tyas terlihat lebih percaya diri. Dia mulai mengejek Isyana dan berkata "Oh ya. Aku lupa Direktur Mirani adalah wanita cantik. Apakah Direktur Mirani memutuskan untuk menikahi putranya Direktur Santoso? Menjadi menantu Direktur Santoso, dengan begini bisa mendapatkan saham Direktur Santoso tanpa harus membayar?"

Isyana tidak tahu apa yang terjadi. Ejekan Tyas padanya membuatnya merasa sedikit bingung. Aku meletakkan tanganku di bahu Isyana dengan lembut, mengisyaratkannya jangan bicara.

Begitu Tyas selesai berkata, Djoko tiba-tiba tertawa, dia perlahan-lahan berdiri, menghela nafas dan berkata "Oh Tyas, dulu aku menganggapmu sebagai pendamping Djarum. Tapi sekarang sepertinya aku benar-benar buta. Dalam pandanganmu, semuanya tergantung pada uang dan kekuasaan. Tapi kami berbeda denganmu, kami memiliki cara kami sendiri."

Selesai berkata, Djoko memutar kepala. Eddy segera membuka tas dokumen, mengeluarkan dokumen dari dalam dan menyerahkannya pada Djoko. Djoko mengambil dokumen dan berjalan perlahan ke sisi Isyana. Dia meletakkan dokumen di depan Isyana. Kemudian, berkata pada Tyas dan semuanya "Dokumen ini adalah surat pengalihan ekuitas. Aku akan mentransfer 13% sahamku di Djarum Grup ke Isyana dengan harga dua ribu rupiah. Begitu Isyana menandatangani, dokumen ini akan segera berlaku!"

Kata-kata Djoko menyebabkan keributan di seluruh ruang rapat. Lebih dari delapan ratus miliar saham ditransfer dengan harga dua ribu rupiah. Ini membuat semua orang tercengang. Sepertinya tidak percaya dengan situasi yang terjadi di depannya ini.

Isyana juga tertegun. Dia mengangkat kepala menatap Djoko dan berkata dengan lembut “Paman Santoso.”

Dalam situasi yang tidak jelas, Isyana tidak akan menerima hadiah dari orang lain dengan mudah. Aku khawatir Isyana membuat masalah dalam hal ini, jadi aku menepuk pundaknya dengan lembut dan berbisik "Isyana, jangan bertanya terlalu banyak, tanda tangan!"

Isyana memutar kepala dan menatapku dengan tatapan bingung. Tidak heran kalau Isyana bingung, dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Tapi Isyana sangat percaya padaku, dia mengambil pena dan menandatangani namanya.

Wajah Tyas menjadi pucat. Dia tidak mengerti mengapa Djoko menjual saham yang seharga 800 milyar dengan harga dua ribu rupiah. Tapi tidak peduli bagaimanapun juga, dia bukanlah orang yang tidak tahu apa-apa, sahamnya tetaplah yang tertinggi. Tyas tersenyum dingin. Dia memandang Djoko dan berkata dengan ganas "Djoko, kamu benar-benar hebat! Dulu Djarum begitu mendukungmu. Sekarang dia baru meninggal belum lama dan grupnya juga diperbarui. Saat ini, kamu malah membentuk kelompok kecil, tidakkah kamu merasa bersalah terhadap Djarum?"

Djoko tersenyum dingin, dia tidak melihat ke arah Tyas, tapi menyapu ke sekeliling dan berkata dengan keras “Aku Djoko Santoso, telah bertarung di Djarum Grup selama lebih dari 30 tahun, alasan aku melakukan ini hari ini karena tidak ingin melihat Djarum Grup jatuh ke tangan orang lain dan akhirnya menghancurkan kerja keras yang dilakukan CEO lama dan kita semua. Tyas, kamu bilang aku bersalah. Aku bisa memberitahumu dengan jelas, semua yang aku lakukan hari ini demi Djarum yang baru meninggal!”

Ketika Djoko mengucapkan kata-kata ini, semua orang mendengar dengan serius. Orang-orang yang hadir hari ini, semuanya orang pintar, mereka tahu semua tindakan hari ini terkait erat dengan takdir masa depan mereka.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu