Love And Pain, Me And Her - Bab 201 Langkah Berikutnya

Kalin jelas tidak menyangka bahwa aku akan membahas masalah ini dengannya. Dia dengan wajah bingung menatapku. Benar saja, Kalin tidak begitu tertarik dengan masalah ini. Bahkan saat sesuatu terjadi, Kalin tidak begitu memperdulikan tentang hal itu. Lagipula masalah ini tidak ada hubungan dengan departemen penjualan.

Aku melihat Kalin dan berkata dengan sedikit tersenyum, "stasiun TV menelepon polisi untuk melaporkan kasus suap komersial. Aku dengar baru-baru ini Riski Rahman akan menyerahkan diri."

Kalin tidak menganggapnya serius.Dia tersenyum,dan berkata seolah-olah tidak ada yang terjadi, "Jadi kenapa jika dia menyerahkan diri? Ini sudah tidak ada hubungannya dengan PT. Nogo Internasional."

Yang dikatakan Kalin ini benar. Stasiun televisi telah menyelesaikan kompensasi mereka. Riski Rahman menyerahkan diri atau tidak benar-benar tidak ada hubungan dengan PT. Nogo Internasional lagi. Namun omong ksoongku ini ditujukan untuk Armin. Tujuanku sangat simpel, aku hanya ingin memperingatkan dia. Aku hanya ingin membuat Armin tidak tenang, selama dia melakukan sesuatu, pasti bisa memberikan satu petunjuk dan bisa menangkap orang dibalik semua ini.

Benar saja, kata-kataku membuah wajah Armin berubah. Matanya terbuka lebar, dia terlihat seperti sedang berpikir keras. Dia tampaknya tidak mendengarkan sama sekali dengan apa yang saya katakan pada Kalin setelah itu. Dia hanya berdiam diri dan melamun.

Mendadak, aku menepuk pundak Armin dengan sedikit tenaga. Armin terkejut, dia sedikit bergetar, kemudian tanpa sadar berteriak padaku, "Apa yang akan kamu lakukan?"

Suara Armin sangat keras, Kalin pun terkejut.

"Armin, ada apa denganmu?"

Kalin mengerutkan alsinya, dia dengan kesal bertanya pada Armin.

Armin telah menyadari kesalahannya. Dia tersenyum dengan canggung, dan menjelaskan dengan sedikit gugup, "Aku hanya memikirkan tentang proyek ini, dan terkejut karena asisten Ugie."

Aku tertawa kecil, melihat ke arah Armin, dan menyindirnya, "Maaf, kamu pikirkan dengan pelan."

Dengan itu, aku menyapa Kalin, dan balik ke atas.

Reaksi Armin sangat tidak biasa. Satu hal yang pasti, masalah ini berhubungan dengannya. Tampaknya langkah berikutnya, aku akan mengawasi Armin.

Pagi ini, aku mengurus beberapa tugas perusahaan.Pekerjaan asisten terlihat sangat tinggi, tapi itu sangat rumit.Asisten harus terlibat dalam semua pekerjaan yang melibatkan presiden.

Saat menjelang istirahat siang, aku baru meletakkan dokumen-dokumen yang ada di tangan. Sedikit meregangkan otot pinggang, mengambil sebatang rokok dan bersiap untuk pergi makan siang. Aku menyalakan rokoknya, aku merokok sembari melihat ponsel. Tidak lama, tiba-tiba ponsel berdering. Panggilan dari Isyana Mirani.

Segera setelah aku mengangkatnya, terdengar suara angin yang berhembusan dari ujung lain telepon.Angin di Beijing jauh lebihkuat dibandingkan dengan sini.

"Isyana Mirani, kamu sudah turun dari pesawat?"

Isyana menjawab dengan"hm", suaranya terdengar seperti kehabisan nafas, "kami baru saja meninggalkan bandara. Mobil yang akan menjemput kami terjebak di tengah jalan. Kami sedang menunggu mobil."

Aku mengobrol sedikit dengan Isyana. Isyana tiba-tiba bertanya padaku, "Ugie, apakah terjadi sesuatu pada Sutan?"

Perkataan Isyana membuatku sedikit tercengang. Aku tak mengerti maksudnya. Aku segera bertanya padanya, "Ada apa?Apa yang dia katakan padamu?"

Isyana segera menjawab, "Begitu aku turun dari pesawat, dia meneleponku.Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, kami hanya mengobrol seperti biasa. Tapi entah bagaimana aku merasa dia mencariku karena ada masalah?"

Aku sedikit menghela nafas. Sutan masih saja belum menyerah. Meskipun aku tidak menyetujuinya untuk mencari Iysana, namun dia meneleponnya langsung. Saya tebak pasti dia masih punya beberapa kontradiksi dalam hati, sehingga dia tidak mengatakan dengan jelas masalahnya.

"Bagaimana dia tau nomor ponsel mu?"

Aku bertanya dengan sedikit penasaran.

"Tidak tau, aku kira kamu yang memberikan nomor ponselku padanya."

Aku menggelengkan kepalaku dengan diam, dan tidak menjawab perkataan Isyana.

Setelah menutup telepon, aku ingin menelepon Sutan lagi. Namun setelah dipikir-pikir, dia tidak berdiskusi padaku tentang menelepon Isyana, dan langsung meneleponnya. Pasti dia tidak ingin aku tau mengenai masalah ini. Setelah dipikir-pikir, aku memutuskan untuk tidak menelponnya.

Aku menyimpan ponselku, dan bergegas pergi ke kantin. Keuntungan menjadi pegawai PT. Nogo Internasional benar-benar luar biasa. Ambil makan siang sebagai contoh. Secara umum, perusahaan adalah perintah simbolis suplemen makanan. Tapi PT. Nogo Internasional memiliki restoran sendiri.Dengan sistem layanan mandiri, delapan piring sehari, ditambah dua sup.

Setelah sampai di kantin, aku memilih beberapa jenis lauk. Saya melihat Lulu telah makan sendirian, aku pergi duduk di depannya. Setelah saya duduk, Lulu langsung menjulurkan sumpitnya. Dia mencapit paha ayamku ke piringnya.

Aku menatapnya, dengan kesal mengatakan, “Kembalikan! kamu juga sudah punya.”

Lulu mengangkat paha ayamnya, dan menatapku. Dia tiba-tiba membuka mulut dan langsung menggigit paha ayam itu. Kemudian dia tersenyum jahat padaku dan berkata, “Apakah kamu masih mau?”

Dia tertawa setelah mengatakan itu.

Aku tidak berdaya dan memutar sedikit bola mataku, aku mengangkat supku, baru saja meneguk sekali. Ponselku tiba-tiba berdering. Saat aku mengeluarkan ponselku, Lulu yang berada di sampingku mengatakan dengan suara rendah, “Jika yang meneleponmu adalah wanita. Ketika Presiden kembali, aku akan melaporkannya!”

Wanita ini, sekarang sudah menjadi mata-mata Isyana.

Setelah mengambil ponsel dan melihatnya, saya segera menoleh ke hadapan Lulu. Dia dengan marah berkata, “Seorang wanita! Dan sangat cantik”

Lulu melihat nama Sutan di layar dan tertawa.

Setelah telepon terhubung, Sutan dengan tergesa-gesa mengatakan, “Ugie, cepat turun. Aku berada di lantai bawah perusahaan mu”

Aku terbengong, bagaimana Sutan bisa datang ke perusahaan kami? Aku segara bertanya balik padanya, “Sutan, kamu kenapa datang, ada masalah?”

Sepertinya Sutan sangat terburu-buru. Dia dengan tidak sabar menjawab, “Berhenti berbicara omong kosong, turun ke lantai bawah dan aku akan memberitahu mu, cepat!” dengan itu, Sutan langsung mematikan teleponnya.

Sutan terdengar sangat panik. Aku berdiri dengan tergesa-gesa, kemudian mendorong piringku ke arah Lulu, dengan nada kesal mengatakan, “Bukankah kamu suka makan makananku? Kali ini semua makananku untuk mu”

Dengan itu, aku membalikkan badan dan pergi.

Lulu sibuk berteriak di belakangku, “Ugie, kembali! Menyia-nyiakan makanan akan kena denda”

Ini adalah peraturan perusahaan, untuk mengurangi limbah.

“Kamu makan dengan pelan, aku yakin kamu pasti bisa”

Dengan itu, aku tidak membalikkan kepalaku dan keluar dari kantin.

Setelah aku keluar dari aula, aku melihat Sutan berada di tangga bawah. Dia sembari merokok, sembari berjalan mondar mandir dengan cemas. Melihatnya dengan hati yang berat, aku dengan cepat melangkah turun tangga dan memanggilnya pada waktu yang bersamaan. Dia kemudian menatapku lalu segera melambaikan tangan ke arahku dan berkata, "Cepat, Ugie, cepat kemari."

Aku tidak tahu apa yang membuat dia begitu tergesa-gesa. Tapi aku berjalan cepat kepadanya.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu