Love And Pain, Me And Her - Bab 372 Masalah Penting

Sambil menatap Sutan, aku mendesah pelan dalam hati. Tidak tahu sejak kapan, Sutan mulai memasang topeng palsu di hadapan kami. Direktur Wu adalah atasannya di hadapan orang, Wulandari adalah pasangan tidurnya di belakang. Satu orang berperan ganda, apakah dia tidak lelah?

Tepat ketika aku berpikir, Robi segera berkata “Kamu tidak boleh pergi, angkat saja di hadapan kita! Beritahu dia, kita sedang minum. Urusan kerja bahas besok saja!”

Robi sudah sedikit mabuk, dia sambil berkata sambil menatap Sutan dengan kepala miring.

Sutan meletakkan gelas birnya dan mengangkat telepon, terdengar dia berkata “Direktur Wu, selamat tahun baru, aku Sutan!”

Aku menatap Sutan, dalam hati tersenyum pahit. Tak bisa dipungkiri, Sutan sangat pintar, satu kalimat ‘selamat tahun baru’ itu, sama saja dengan memberitahu Wulandari secara tidak langsung bahwa saat ini dia tidak enak untuk berbicara.

Apa yang dikatakan oleh sebelah sana, aku tidak kedengaran, terdengar Sutan berkata lagi “Kami sedang di studionya Ugie, kamu antarkan dia ke sini saja.”

Berkata sebentar, dia menutup teleponnya. Tidak menunggu Sutan menjelaskan, Robi sudah berkata sambil menunjuknya “Sutan, Direktur Wu kalian itu, apakah dia ingin mengantar anaknya ke sini?”

Sutan tersenyum canggung dan berkata sambil mengangguk “Iya, kata Direktur Wu, Beibei mendengar bahwa aku dan Veni sudah pulang, dia bersikeras ingin bertemu dengan kami. Dia juga tidak mendengar perkataan ibunya, tidak ada pilihan. Dia menanyakan aku di mana, ingin mengantarkan anaknya kemari.”

Robi tersenyum dingin dan berkata dengan remeh “Kamu itu Direktur Marketing apaan, kulihat kamu ini pembantu! Pekerjaan sampahmu itu, lebih baik kamu berhenti saja!”

Eddy yang sedang menggigiti leher bebek mendengarnya, langsung membelalak dan berkata sambil menatap Sutan “Benar kata Kak Robi, kamu undur diri, datang ke Geprek Bule kami, aku memberimu posisi Wakil Presdir. Jauh lebih baik dari Direktur Marketing itu bukan?”

Eddy asal menjanjikan. Lulu memelototinya dan Robi, lalu berkata tidak senang “Cepat makan, makanan juga tidak bisa menutup mulut kalian berdua!”

Telepon Sutan ini juga tidak mengacaukan kesenangan mereka, semua orang lanjut makan dan minum, hanya Veni yang sedang melamun di samping. Aku tahu, Veni sudah mulai berpikir banyak.

Ketika semuanya sedang minum, pintu studio terbuka, terlihat Wulandari yang berpakaian produk mewah berjalan masuk membawa putranya Beibei. Bagaimanapun ini adalah tempat aku, karena alasan sopan santun, aku berdiri dan menyapa dengannya sambil tersenyum.

Beibei sepertinya sudah lebih tinggi, dia bertubuh besar dan lugu, kelihatannya lucu juga. Begitu si kecil ini melihat Sutan, dia mulai berkutat mengelilingi Sutan, sementara Wulandari sudah menyapa kami sambil tersenyum terlebih dahulu. Lalu dia berkata kepada Veni dan Sutan “Kalau begitu kalian lanjut saja, aku pulang dulu!”

Veni tersenyum sopan, sambil mengantarkan Wulandari, sambil berkata sungkan “Direktur Wu, jika Anda bersedia, jangan pergi, ikut kami saja.”

Jika didengar oleh orang biasa, siapapun bisa mendengar bahwa Veni hanya berkata sungkan saja, tetapi tidak disangka, Wulandari bertanya balik kepada Veni “Kalau begitu tidak mengganggu semuanya?”

“Mengganggu apanya, semuanya juga berkumpul demi ramai.”

Sejujrunya, aku tidak menyangka Wulandari akan tinggal. Dia tidak bodoh, tentu saja dia bisa mendengar bahwa Veni hanya berkata sungkan saja tadi, tetapi dia tetap memilih untuk tinggal. Hal ini bisa mencerminkan satu hal, Wulandari sudah siap dari awal, dia datang, sama sekali tidak bermaksud untuk pergi.

Kelihatannya yang Wulandari katakan kepadaku pada hari itu di bawah gedung rumah Sutan, semuanya benar. Dia sama sekali tidak bermaksud untuk melepaskan Sutan, kemunculannya hari ini, tujuannya sangat jelas, yaitu melangkah masuk ke dalam lingkaran kehidupan Sutan. Setelah memahami semuanya tentang Sutan, dia pasti akan memikirkan cara untuk menyingkirkan Veni.

Aku pun tidak tahan untuk mengkhawatirkan Veni. Ketika semuanya sedang minum dan bergurau, aku menyentuh Sutan dengan pelan. Dia paham dengan maksudku dan langsung berdiri, kami berdua pergi ke kamar mandi.

Di samping wastafel, aku dan Sutan sedang merokok. Aku juga tidak memutar lagi, langsung melihat ke arah luar dan berkata kepada Sutan “Sutan, kapan kamu akan membuka semua masalah dengan Wulandari?”

Sutan menghisap rokoknya dengan kencang dan berkata dengan canggung “Ugie, beri aku sedikit waktu, oke?”

Aku mengernyit, sikap Sutan membuatku sangat tidak senang. Maksud perkataannya ini, seolah-olah aku yang memaksanya berpisah dengan Wulandari.

Aku mencibir, menatap Sutan dan bertanya lagi “Tidak masalah memberimu waktu, tetapi siapa yang bisa memberi Veni waktu? Kamu tidak bisa melihat keadaan ini? Tidak lama lagi, Veni pasti akan tahu. Sutan, kuberitahu kamu, gadis baik yang begitu baik seperti Veni, kamu tidak boleh mengecewakannya, terlebih lagi tidak boleh melukainya. Kamu sudah salah untuk sekali, tidak boleh terus salah lagi.”

Sutan menghela napas berat. Dia melemparkan puntung rokok di tangannya ke lantai dan meremasnnya dengan kaki. Lalu dia berkata dengan tekad hati “Semua yang kamu katakan aku pun tahu! Aku lihat saja, beberapa hari ini baru mulai bekerja, perusahaan juga tidak ada masalah apa-apa. Aku cari kesempatan, beberapa hari ini aku akan menjelaskan dengan Wulandari!”

Menatap Sutan, dalam hatiku terasa sedikit lega. Tidak peduli bagaimanapun, dia sudah bertekad untuk melepaskan Wulandari. Maka masa lalu, juga biarkan berlalu sepenuhnya saja, aku juga tidak ingin mengungkitnya lagi ke depannya.

Aku merangkul pundak Sutan dan berkata tersenyum “Sutan, kamu sudah seharusnya berbuat begitu dari awal, teori menarik diri di ambang bahaya, kamu seharusnya paham!”

Sutan tersenyum memaksa dan berbalik badan membuka kran air. Sambil mencuci tangan, sambil mendesah “Sialan, kapan aku baru bisa kaya? Jika aku sudah kaya, aku tidak akan berbuat apa-apa, aku akan bawa Veni berkeliling dunia.”

Aku tersenyum, yang Sutan katakan, adalah mimpi semua orang.

Baru saja Sutan membuka pintu, terlihat Veni sedang berdiri di depan pintu. Begitu melihat kami, dia langsung berkata sambil tersenyum “Kenapa kalian begitu lama, semuanya sedang menunggu kalian.”

Ssambil berkata, Veni berjalan masuk dan langsung menuju kamar mandi di dalam.

Aku dan Sutan berjalan keluar, Sutan merendahkan suara dan bertanya kepadaku “Ugie, perkataan kita tadi, dia tidak bisa kedengaran bukan?”

Aku menggeleng kepala “Mestinya tidak kedengaran, suara kita juga tidak besar. Lagi pula, tadi kita berdua juga tidak membahas masalah itu lagi.”

“Oh!”

Sutan mengangguk dengan setengah percaya dan setengah curiga.

Setelah kami berdua kembali ke tempat dudduk, Lulu berkata sambil memandang ke kiri dan ke kanan “Kenapa kalian begitu lama, Kak Veni juga belum kembali. Nanti ada masalah penting yang akan kuumumkan.”

Wajah Lulu memerah, dia sudah minum tidak sedikit, ketika berkata saat ini, sudah membawa sedikit rasa mabuk!

Detik berikutnya, Robi melanjutkan berkata dengan senyum “Kamu punya malah penting apa? Apakah kamu setuju untuk menjadi bunga pilihan, menjadi kekasihnya?”

Selesai berkata, Robi tertawa terbahak-bahak.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu