Love And Pain, Me And Her - Bab 426 Aku Juga Menjalin Cinta

Begitu suaraku turun, alis Lulu langsung terkerut, dia langsung manghampiriku, meraih lenganku dan memohon "Ugie, kamu jangan seperti ini! Saat kamu dulu mengejar Presdir Mirani, aku selalu membantumu memberimu informasi. Sekarang giliranmu untuk membantuku, kamu tidak bisa menolak! "

Melihat Lulu bertindak tidak tahu malu dan centil, aku tertawa, aku tadi hanya ingin mengusiknya. Kebetulan aku tidak ada kerjaan hari ini, ditambah lagi aku sudah lama tidak melihat Robi, sebenarnya aku juga ingin pergi.

Awalnya, aku ingin mengajak Isyana pergi Bersama, sekalian berempat pergi untuk makan hot pot. Tapi ketika aku menelepon Isyana, dia berkata bahwa dia memiliki banyak pekerjaan hari ini dan harus bekerja lembur di malam hari, jadi tidak bisa pergi.

Keluar dan menyetir dan langsung membawa Lulu ke Toko Bunga Robi.

Toko bunga Robi ini, sama seperti yang aku predisksikan. Bisnis begitu buruk sehingga hanya tersisa satu pelayan. Saat memasuki pintu, aku melihat pelayan itu duduk di kursi, dengan lesu bermain dengan ponselnya.

Melihat kami berdua masuk, dia menunjuk ke atas dan memberi tahu kami berdua "Bos kami ada di atas, kalian langsung naik saja."

Aku mengangguk, sambil naik ke atas, aku dengan santai melihat kembali bunga-bunga di lantai bawah. Banyak bunga yang datang beberapa saat lalu, bunga dan daunnya perlahan-lahan melayu dan memberikan perasaan layu kepada pelanggan. Seperti toko bunga ini, sudah mati, aku rasa Robi masih mengandalkannya, saat masa sewa habis, toko bunga ini secara resmi akan berakhir.

Kafe di lantai atas juga setengah tertutup, ketika aku naik ke atas, aku melihat bahwa aula besar itu kosong dan tidak ada tamu. Tetapi ketika melihat Robi, aku tidak bisa menahan diri untuk terkejut. Alasan aku terkejut adalah bahwa orang yang duduk di seberang Robi adalah Veni.

Alasan kenapa aku merasa aneh bukanlah karena Veni ada di toko Robi. Aku merasa aneh karena pada waktu ini, Veni seharusnya sedang menyiapkan makan malam untuk Sutan, mengapa dia keluar? Mereka tidak bertengkar lagi, kan?

Melihat aku dan Lulu datang, mereka berdua berdiri, Robi segera bertanya "Mengapa kalian berdua di sini?"

Aku belum sempat berbicara, Lulu segera berkata "Mengapa, tidak ingin menyambut kami?"

Robi segera tersenyum canggung dan berulang kali mengangguk "Selamat datang, tentu saja harus menyambut kalian. Bahkan tidak menyambut orang pun tidak berani untuk tidak menyambutmu, Nona Lu!"

Begitu Robi selesai berbicara, senyum puas muncul di wajah Lulu.

Aku dan Lulu duduk di samping mereka, Robi menyajikan kopi untuk kami. Begitu duduk, dia langsung berkata "Ugie, kamu datang tepat pada waktunya, Veni baru saja mengatakan bahwa dia ingin mencarimu, kalau begitu, kita bertiga sama-sama bicarakan saja."

Aku memandang mereka berdua dengan aneh dan langsung bertanya "Bicarakan apa?"

Veni tersenyum canggung, dia menjepit rambut di dahi ke belakang telinganya dan berkata dengan lembut "Sutan sangat sibuk dan lelah selama periode ini dan suasana hatinya juga tidak begitu baik, beberapa hari lagi adalah hari ulang tahunnya, aku ingin merayakannya dan memanfaatkan di hari ulang tahunnya untuk berkumpul. "

Veni berkata dengan lembut, melihat penampilannya yang lemah lembut, aku hanya bisa menghela nafas di dalam hati. sebenarnya, aku tahu bahwa Veni melakukan yang terbaik untuk memperbaiki hubungan yang pecah di antara mereka.

Sebelum Veni selesai berbicara, Robi tidak bisa menahan diri untuk tidak menyela dan berkata "Ugie, kata-kata Veni terlalu bijaksana, biar aku yang menjelaskannya saja, dia hanya ingin memberikan Sutan kejutan, tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia mencari kita berdua untuk berdiskusi. "

Robi berkata, mengangkat bahunya dan mendesah "Hais! Sutan ini benar-benar sangat bahagia, ulang tahun saja ada begitu banyak orang yang memberikannya kejutan, sangat iri."

Begitu kata-kata Robi selesai, Lulu di samping segera menyela "Apa yang harus diirikan? Beri tahu aku ulang tahun kamu dan aku akan memberimu kejutan juga."

Robi menoleh dan memberi Lulu tatapan kosong "Chey! Kamu sudah mengatakannya, itu sudah bukan kejutan lagi, malahan kentutan!"

"Kamu yang kentutan"

Lulu membalas, aku takut mereka akan bertengkar lagi, jadi aku buru-buru memotongnya dan berkata "Veni, ini tidak sulit. Kalian semua datang ke studioku dan kantorku juga cukup besar. Kita mendekor kantorku dengan baik dulu dan kemudian aku akan meminta Sutan untuk datang, bukankah itu sudah bisa? "

Begitu aku selesai berbicara, Veni masih belum sempat berbicara, Lulu langsung menyela "Meskipun ide ini agak kuno, tetapi ini juga lebih praktis, aku rasa boleh"

Lulu berkomentar dengan bergaya.

Robi juga berkata "Menurutku itu juga ide yang baik, kalau begitu, sesuai dengan itu saja."

Veni berpikir sejenak dan dia mengangguk sedikit! "Boleh juga, tapi aku harus merepotkan kalian lagi. "

Begitu suara Veni jatuh, Robi segera mengerutkan kening, dia berkata dengan sedikit tidak puas "Veni, ada apa denganmu sekarang? Mengapa harus begitu segan dengan kami? Mengapa aku merasa pertemanan kita yang bertahun-tahun ini makin hari makin tidak dekat?"

Veni tersenyum canggung.

Dan hatiku tiba-tiba terasa sakit, mataku juga tidak bisa menahan dan melihat ke sudut dinding, foto yang digantung oleh Robi secara khusus, itu adalah foto grup kami berlima, kami masih muda saat itu.

Saat itu, kami selalu sangat percaya bahwa persahabatan kami tidak bisa dipisahkan dan perasaan kami tidak bisa dihancurkan. Tetapi tidak tahu mengapa, seiring berjalannya waktu, kami tampaknya semakin tidak peduli satu sama lain. Teman yang dulunya sering berbicara sampai tidak ada yang tersisakan, tetapi sekarang malah menjadi tidak ada topik pembicaraan .

Aku menyalakan sebatang rokok dan merokok perlahan. Semua orang mengobrol dengan santai, Veni tiba-tiba bertana "Ugie, apakah kamu tahu apa yang terjadi setelah Raisa menjatuhkan bingkai foto hari itu?"

Maksud Veni adalah apa yang terjadi ketika Sutan dan aku pergi menjemputnya hari itu.

Aku terkesima, sebelum aku bisa berbicara, Robi menyela dan bertanya "Bingkai apa yang dia jatuhkan? Mengapa aku tidak tahu?"

Aku dan Veni tidak menjawab pertanyaan Robi, tetapi hatiku tanpa sadar terpukul. Aku mengambil isap panjang, menggelengkan kepala dan perlahan memuntahkan asapnya.

Veni melanjutkan "Setelah kamu pergi, Raisa mengembalikan foto itu ke dalam bingkai, selain tidak ada kaca, semuanya masih sama seperti semulanya."

Aku terdiam, Robi sangat cerdas, dia langsung menatapku dan bertanya "Apakah itu foto kamu dan Raisa?"

Aku mengangguk sedikit.

Robi menghela nafas berat "Hais! Mengapa Raisa begitu merepotkan? Dia yang melakukan perselingkuhan dan dia juga menyebutkan untuk berpisah, tetapi sekarang malah memasang foto di sana, dia sekarang tidak bahagia, merindukan masa lalu, atau apakah dia ingin bersemi kembali dengan Ugie? "

Kata-kata Robi membuat tanganku sedikit gemetar, aku tidak pernah berpikir untuk bersemi kembali, tetapi sekarang Robi telah menyebutkannya, membuatku tidak dapat berhenti memikirkannya. Tapi aku langsung menyangkal diriku sendiri. Kisah Raisa dan aku telah berakhir. Dan Isyana adalah awal dari hubunganku sekarang.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu