Love And Pain, Me And Her - Bab 138 Cinta Dan Kesedihan

Sambil merokok, aku berpura-pura baik-baik saja. Aku menggelengkan kepalaku sambil menatap ke luar jendela, "Tidak ada kenapa, kamu mau bertanya apa?"

Robi membuka sebotol bir dan mencicipinya, setelah itu dia tertawa dengan dingin dan menatap kepadaku, "Hei! Sejak kapan kamu pandai bersembunyi? Apakah kamu sudah lupa dulu bagaimana kamu mengejar aku sambil menangis untuk curhat masalah kamu dan Raisa?"

Aku tertawa, Robi sedang menertawakan aku lagi. Aku mana ada menangis seperti yang dia katakan.

Kemudian Robi pun berkata lagi, "Lulu sudah memberi tahu aku, dia berkata kamu bertengkar dengan Presdir Mirani yang cantik itu lagi. Sepertinya karena masalah iklan diturunkan. Lulu takut kamu sembarang berpikir dan bunuh diri. Jadi dia meminta aku untuk berbicara dengan kamu dan menghiburmu"

Pada saat itu aku baru tahu ternyata Lulu yang menelpon Robi. Kemudian aku pun bertanya, "Robi, mengapa sesama manusia begitu sulit untuk saling percaya?"

Berkata sampai sini, aku pun menceritakan semua masalah yang terjadi setelah Isyana kembali dari kota Jing. Dari Isyana melihat Elisna di rumahku, sampai aku dikomplain oleh pelanggan, beserta kejadian sore tadi. Aku memberi tahu semuanya kepada Robi tanpa menyembunyikan apa pun.

Meskipun biasanya Robi terlihat tidak serius dan suka bermain, tetapi dia merupakan pilihan orang terbaik untuk curhat. Dia tidak suka menyebarkan masalah pribadi orang dan dia juga pintar membagi solusi.

Setelah aku selesai berkata, Robi pun mencicipi birnya lagi sebelum berkata, "Ugie, sebenarnya masalah ini kamu tidak boleh menyalahkan Isyana! Kalau aku adalah Isyana, aku juga tidak akan percaya kata-katamu"

Kata-kata Robi membuat aku melamun. Aku menatapnya dengan wajah polos, selanjutnya dia pun berkata lagi, "Dari pengalaman aku mempelajari psikolog selama 20 tahun lebih, reaksi Isyana ini bernama pemindahan emosi. Aku menjelaskan lebih dalam kepada kamu, sebenarnya Isyana tidak percaya dengan kata-katamu menjelaskan hubungan kamu dan Elisna. Wanita kan memang begitu. Kamu tidak akan bisa mengerti pemikiran mereka secara total. Selanjutnya kamu dikomplain oleh pelanggan. Jelas, Isyana menyelesaikan masalah ini dengan pemikiran tidak ingin memalukan kamu, ditambah kemampuan bekerja kamu sangat luar biasa, dia pun menaikkan posisi kamu menjadi asisten pribadi presdir. Perhatikan, yang mau aku katakan selanjutnya adalah poin terpenting. Kamu harus mendengarnya dengan teliti"

Sambil berkata, Robi bahkan melakukan postur tangan dengan nada suara dan gaya yang persis dengan Profesor Li , aku tertawa sejenak dan terus mendengarkannya.

"Pada saat iklan kalian bermasalah, kamu terus berkata bahwa pengauditan kamu tidak bersalah. Keras kepala seperti ini sama dengan keras kepala kamu pada saat menjelaskan kamu tidak melakukan apa pun dengan Elisna. Jadi, emosi Isyana yang dulu pun muncul kembali lagi, ditambah tanda tangan kamu di kontrak itu, masalah seperti sekarang pun muncul"

Setelah begitu banyak yang dikatakan, Robu mengangkat birnya lagi dan mencicipinya, "Apakah kata-kataku sudah cukup jelas? Mengerti?"

Aku tertawa dengan pahit, aku tidak tahu apakah Robi itu sedang sembarang berkata atau dia memang berkata sesuai penelitiannya. Tetapi kata-kata dia sukses membuat suasana hatiku membaik. Sambil merokok aku pun memikirkan kata-kata Robi tadi.

Tetapi Robi tiba-tiba menghela nafas panjang dan menatap kepadaku, "Ugie, kamu harus mengerti, pada zaman sekarang sangat tidak mudah untuk bertemu dengan wanita yang kamu cintai. Kamu harus menjaga kesempatan ini dengan baik. Kalau kamu kehilangan kesempatan itu, tidak tahu kapan lagi baru bisa bertemu dengan orang yang kamu suka" Pada saat berkata, wajah Robi terlihat sedih. Aku tahu dia pasti teringat dengan wanita itu yang pernah memiliki hubungan pahit dengannya.

Kali ini, kami berdua pun diam dan memikirkan masalah kami masing-masing sambil merokok dan minum.

Setelah beberapa saat, Robi baru menatap kepada aku lagi, "Ugie, kalau kamu benar-benar mau mengejar Isyana, aku menyarankan kamu meninggalkan PT. Nogo Internasional saja. Mencampurkan masalah pribadi dan bekerja bersama seperti ini akan memicu masalah yang lebih besar lagi"

Mendengar kata-kata Robi, alisku pun mengerut. Tetapi kata-kata dia tidak salah, aku ada terus memikirkan hal ini. Akhirnya aku tetap menggelengkan kepalaku sambil berkata.

"Mau mengundurkan diri pun bukan sekarang, paling tida harus tunggu sampai masalah ini selesai dulu. Kalau aku mengundurkan diri sekarang, berarti aku harus mengakui kesalahan yang aku tidak melakukan!"

Robi mengangguk. Pada saat kami sedang berbicara, pintu pub pun terbuka lagi, aku melihat ke arah pintu secara refleks dan menyadari Veni dan Raisa sedang menghampiri kami.

Raisa berkata kepada aku dengan senyuman, "Aku menelpon kamu tetapi telponmu tidak aktif, setelah itu aku langsung sadar kamu pasti di sini"

Aku tertawa dengan pahit, Raisa duduk di sampingku, sementara Veni duduk di samping Robi. Robi langsung membereskan botol bir di atas meja dan meminta pelanggan untuk mengantarkan cemilan dan buah.

Veni dan Raisa memesan minuman hangat, setelah mencicipinya, Raisa baru bertanya kepada aku, "Ugie, bagaimana dengan urusan kamu sekarang?"

Sebenarnya, sejak Raisa masuk aku sudah tahu dia datang mencari aku karena masalah hari ini. Raisa seharusnya sangat jelas bahwa orang yang menandatangani kontrak adalah aku. Tetapi hatiku terasa sangat kacau. Aku tidak mengerti. Raisa sudah berpacaran bersama Rehan Bastar, mengapa dia masih muncul setiap suasana hatiku sedang buruk dan aku mengalami masalah? Sementara pada saat aku mencoba untuk mencari tahu perasaan dia, dia akan langsung menutupi dirinya.

Perasaan seperti ini sangat tidak enak!

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Tidak apa-apa! Perusahaan sedang mencari tahu masalah ini juga, Presdir Mirani juga sudah berbicara dengan pengacara"

Aku sembarang menjawab Raisa dengan tidak jujur. Seperti dia tidak ingin aku tahu kehidupan dia sekarang, aku juga tidak ingin memberi tahu dia kondisi aku sekarang.

Raisa berkata, "Oh, jadwal penerbangan Direktur Casa adalah besok sore, kalau bisa, kamu lebih baik menghubungi dia lagi. Lalu, aku mendengar yang menandatangani kontrak audit itu kamu. Sekarang terjadi masalah yang begitu besar, apakah Presdir Mirani masih bisa melindungi kamu?"

Kata-kata Raisa membuat aku teringat dengan satu masalah, aku menoleh kepadanya dan bertanya, "Raisa, apakah kamu percaya masalah kali ini bukan disebabkan oleh kesalahan aku?"

Raisa langsung menjawab, "Tentu saja! Kamu bukan hari pertama bekerja juga, mana mungkin bisa melakukan kesalahan seperti ini?"

Tidak tahu mengapa, kata-kata Raisa membuat hatiku terasa sakit. Dua wanita, satunya adalah wanita yang pernah aku cintai dengan dalam, satu lagi adalah wanita yang aku suka sekarang, di masalah yang sama, reaksi mereka malah saling kebalikan.

Sebenarnya aku tahu seharusnya aku tidak membanding seperti ini. Karena mau bagaimana pun Raisa sudah merupakan satu bagian dari masa lalu aku yang tidak akan bisa kembali lagi.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu