Love And Pain, Me And Her - Bab 608 Djoko Juga Dipecat

Tyas menatap Djoko dengan tatapan tajam dan Djoko tidak menyerah sama sekali. Dia juga menatap Tyas dengan tajam, sambil berkata.

“CEO Mikra, aku sudah tua, mungkin kata-kataku tidak terlalu menyenangkan. Kamu baru saja mengatakan ingin menghentikan posisi wakil Presdir Mirani, ini membuatku bingung. Seharusnya, kamu sebagai janda dari CEO lama. Dan Isyana adalah satu-satunya putri dari CEO lama. Meskipun kalian tidak memiliki hubungan darah, tapi kalian adalah orang yang paling dekat dengan CEO lama. Aku tidak mengerti mengapa kamu ingin memberhentikan Isyana. Apa tujuanmu melakukan ini? Dan Isyana telah bekerja di grup selama lebih dari setahun, dia cukup kerja keras. Manajemen departemennya juga sangat berjalan lancar. Meskipun aku tidak mengatakannya, semua orang di sini juga bisa melihatnya. Tapi aku benar-benar tidak mengerti mengapa CEO Mikra malah memecat Isyana. Kamu melakukan ini demi masa depan perusahaan, atau khawatir suatu saat nanti, posisimu akan digantikan Isyana?”

Djoko tidak lagi memiliki keraguan sedikit pun, dia langsung mengungkapkannya di depan publik. Kata-kata Djoko membuat wajah Tyas menjadi pucat karena marah. Dia memelototi Djoko dengan ganas, mengertakkan gigi dan berkata "Wakil Presdir Santoso, apa yang baru saja kamu katakan, aku akan menganggapnya sebagai khayalanmu. Tetapi sekarang aku ingin memberitahumu wakil Presdir kedua yang akan dipecat perusahaan adalah kamu!"

Tyas ingin memecat Djoko, aku sama sekali tidak merasa aneh. Dulu ketika Djarum baru saja meninggal dunia, semua orang berkumpul di rumah Bibi Salim, para eksekutif perusahaan menyatakan dukungan terhadap Tyas. Tapi Djoko tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku merasa sejak saat itu, Tyas sudah menimbulkan pikiran ingin menyingkirkan Djoko.

Djoko memandang Tyas dengan dingin dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

Orang yang paling senang adalah Sutan. Di saat Djoko sedang mengobrol dengan Tyas, dia tidak mendengarnya sama sekali. Sepasang matanya menatapku dan Isyana. Ada senyuman ironis di sudut mulutnya dan juga merupakan senyuman sombong yang penuh ejekan. Alasan mengapa dia mengizinkanku mendengarkan dewan direksi mereka hari ini karena dia ingin aku melihat dengan mataku sendiri bagaimana Isyana dikeluarkan dari permainan. Dan dia sepertinya telah berhasil!

Begitu Tyas selesai berkata, Sutan menatap Isyana sambil tersenyum. Dia berkata dengan nada sembrono "Wakil Presdir Mirani, oh tidak, aku seharusnya memanggilmu Direktur Mirani. Setelah rapat selesai, tolong serahkan pekerjaanmu. Kamu tidak perlu mencari orang lain, cukup mencariku! Kamu tahu di mana kantorku, aku akan menunggumu di sana!"

Sutan berkata, sambil mengangkat alisnya dan menunjukkan senyuman sembrono. Meskipun aku tidak bisa melihat ekspresi Isyana, tapi aku tahu Isyana sudah mendekati ambang kehancuran. Akhir-akhir ini, dia menjauhiku dan bahkan tidak menghubungiku. Karena ingin mengumpulkan kekuatan, melawan perubahan haluan di dewan direksi. Oleh karena itu, dia mencari Pak Karman dan Direktur lainnya. Namun, akhirnya tetap dikalahkan oleh Tyas.

Melihat Isyana tidak berbicara, Sutan terus berkata "Direktur Mirani, rapat berikutnya tidak ada hubungannya denganmu! Sekarang kamu dapat melakukan persiapan untuk penyerahan pekerjaan."

Saat berkata, dia mengangkat kepala menatapku lagi, tetap tersenyum ironis, "Mantan teman sekelasku, kamu telah banyak mendengar tentang rapat hari ini, sekarang pergilah menemani pacarmu dan membantunya melakukan pekerjaan terakhir."

Saat berkata, Sutan menunjukkan senyuman bangga.

Di ruang rapat, selain Eddy, aku adalah satu-satunya orang yang tidak ada hubungannya dengan Djarum Grup. Tapi sekarang, aku malah menjadi fokus perhatian semua orang. Pandangan semua orang terfokus padaku dan Isyana. Beberapa orang bersikap sombong dan beberapa orang merasa kasihan pada Isyana.

Aku perlahan-lahan berdiri. Berjalan ke belakang Isyana, mengulurkan tangan dan meletakkan di bahunya. Aku bisa merasakan tubuh Isyana sedang bergetar. Aku mengerahkan sedikit tenaga, membungkukkan tubuhku dan berkata dengan lembut di telinga Isyana "Isyana, tidak apa-apa, masih ada aku di sini."

Meskipun suaraku tidak keras, tapi ruang rapat sangat sunyi, semua orang dapat mendengar dengan jelas.

Begitu kata-kataku diucapkan, Sutan tersenyum. Dia menunjuk ke arahku dan berkata dengan nada mengejek "Semuanya, kalian tidak mengerti mantan teman sekelasku ini. Keahlian terbesarnya adalah membujuk wanita. Aku percaya saat ini, Direktur Mirani juga sangat membutuhkan bujukan dari teman lamaku ini."

Kata-kata Sutan penuh ironis, membuat beberapa orang sangat tidak puas. Dan banyak orang merasa kasihan pada Isyana, tapi kenyataan membuat mereka tak berani bicara.

Isyana tidak berkata, aku berdiri tegak, melirik Sutan, kemudian mengalihkan pandangannya ke Tyas. Melihat wanita seperti ular berbisa ini, aku berkata "CEO Mikra, aku punya dua pertanyaan, yang ingin bertanya padamu."

Tyas sepertinya sangat membenciku. Begitu aku berkata, dia langsung menunjukkan ekspresi tidak sabar. Tapi dia tetap berkata dengan tidak sabar "Katakan saja apa yang ingin kamu tanyakan."

Aku tersenyum, menatap Tyas dan bertanya langsung "Apakah Djarum Grup menggunakan hak veto Presdir?"

Begitu pertanyaanku diucapkan, Tyas mendengus dingin. Suaranya penuh penghinaan, dia menatapku dan menjawab dengan dingin "Pak Ugie, kamu sudah tahu masih saja bertanya! Sekarang perusahaan mana yang tidak menggunakan hak veto Presdir?"

Aku tidak melayani sindiran Tyas, tetap tersenyum dan bertanya, "Kalau begitu aku ingin bertanya kepada CEO Mikra, bagaimana ketua perusahaan terbentuk?"

Tyas mendengus lagi, dia memutar kepala ke samping, tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Melihat Tyas tidak menjawab pertanyaanku, aku memutar kepala melihat Sutan dan berkata "Karena CEO Mikra tidak menjawab pertanyaanku, mohon Presdir Sutan bantu menjawabnya."

Sutan mengerutkan kening dan menatapku dengan curiga. Dia tidak tahu apa yang ingin aku lakukan. Tapi dia tetap menjawab "CEO adalah perwakilan dari kepemilikan perusahaan, kalau bukan bos perusahaan, maka dia adalah pemegang saham terbesar perusahaan."

Aku sangat puas dengan jawaban Sutan. Menatap Sutan, aku berkata lagi "Presdir Sutan menjawab dengan sangat baik. Dari situasi Djarum Grup, pemegang saham terbesar akan menjadi CEO?"

Sutan tidak menjawab kata-kataku lagi. Dia menatapku dengan waspada. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan dingin “Pak Ugie, tadi kamu meminta ingin berpartisipasi dalam Dewan direksi kami, kami telah menyetujuinya. Sekarang rapat hampir selesai. Topik pembicaraan berikutnya tidak ada hubungannya denganmu dan Direktur Mirani. Kamu bisa pergi dulu bersama Direktur Mirani.”

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu