Love And Pain, Me And Her - Bab 491 Target Utama Kita Yaitu Ibukota

Papang terpana dan dia menatapku dengan bingung, maka aku segera menjelaskannya lagi, "Kita tidak sepenuhnya meluncurkannya di semua kota, hanya untuk ibukota. Jika memungkinkan, aku akan memanggil semua penjualan berpengalaman dari berbagai cabang ke kantor pusat. Dan selama kinerja cabang - cabang tetap terjaga seperti sekarang, kita tidak perlu terburu-buru untuk meluncurkannya! Dengan begitu kita akan bisa untuk mengkonsentrasikan dana dan tenaga kita pada target utama kita yaitu ibukota. Kita harus merebut ibukota dalam waktu secepat dan sesingkat mungkin. Bagaimanapun juga, ini adalah markas kita. Setelah kita berhasil merebut ibukota, aku pikir akan dapat mencari investasi kembali dan investor tidak akan menolak kita seperti yang mereka lakukan hari ini. "

Papang mendengarkan, tapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Terus mengunci alisnya, kemudian dia perlahan memikirkan apa yang baru saja aku katakan. Beberapa saat kemudian dia bergumam, "Ide yang bagus untuk fokus menyerang satu kota! Jika kita melakukan ini, kita akan dapat menyimpan uang di pembukuan kita selama tiga sampai lima bulan. Menggunakan waktu itu untuk mengumpulkan modal dan juga menambahkan pengaruh untuk investasi. "

Setalah berbicara Papang tiba-tiba berbalik dan menatapku. Dia mengangguk dengan sungguh-sungguh dan berkata, "Oke, Ugie! Kali ini, kita akan melakukan seperti apa yang kamu katakan. Kamu akan bertanggung jawab penuh atas masalah ini dan ketika kita kembali besok. Kamu akan dapat secara resmi mengatur proyek ini dan mulai mengambil tindakan. Aku tidak peduli tentang hal lain, aku hanya bertanggung jawab untuk satu hal, yaitu mendukungmu tanpa syarat. Berapapun uang yang kamu butuhkan dan siapapun orang yang kamu inginkan! "

Aku tersenyum senang, menatap Papang dan menganggukkan kepalaku penuh semangat.

Sebenarnya alasan aku memilih bergabung dengan Cantique ada kaitannya dengan Papang. Dia tipe orang yang berani dan lapang dan tidak suka main - main. Begitu dia memutuskan, dia akan segera bertindak. Dibandingkan dengan dia, aku sedikit lebih berhati-hati. Dari sudut pandang inilah, kami berdua memiliki karakter yang saling melengkapi. Jadi hal ini sangat baik untuk pekerjaan.

Aku berbicara dengan Papang sebentar untuk menyempurnakan banyak ideku. Dia menelepon direktur teknis lagi dan memintanya untuk mulai bekerja menambahkan fitur baru ke produk besok. Setelah semuanya diatur, Papang kembali ke kamarnya.

Jam sebelas lewat Papang pergi. Aku mandi dan berbaring di tempat tidur dan mulai berpikir tentang bagaimana melanjutkan proyek ini.

Setelah berpikir beberapa saat, aku sedikit mengantuk. Ketika aku hendak mematikan lampu dan beristirahat, tiba - tiba telepon di meja samping tempat tidur berdering. Aku bertanya-tanya siapa yang akan meneleponku pada jam selarut ini.

Ketika aku mengangkatnya, aku kaget, karena di saat waktu sudah menunjukkan pukul dua belas dan pecandu kerja ini bukannya istirahat, tetapi malah meneleponku.

Begitu aku menjawabnya, aku mendengar suara samar Viali di sana, "Ugie, apakah kamu sudah tidur?"

Aku langsung menjawab, "Baru tiduran aja dan mau bersiap-siap untuk tidur. Bagaimana denganmu? Baru selesai ngobrol dengan klien yah?"

Viali berkata, "Hmmm," lalu tiba-tiba berkata, "Mau keluar untuk makan?"

Meskipun Viali sedang mengetes, aku bisa merasakan bahwa dia sepertinya sangat ingin pergi. Meskipun Viali tidak setuju untuk berinvestasi pada kami, aku tidak akan pernah menolak undangannya karena ini.

Jadi aku menjawab, "Ya, ke mana? Aku akan naik taksi ke sana."

Viali tampak puas dengan jawabanku saat dia berbisik, "Tidak perlu naik taksi, kamu bisa turun saja. Aku akan menemuimu di depan hotelmu."

Aku tercengang lagi, karena tidak menyangka Viali akan datang ke hotel selarut ini. Setelah menutup telepon, aku berpakaian dan langsung keluar.

Ketika aku sampai di luar, aku melihat Viali, mengenakan pakaian profesional, berdiri di samping Bentley Bentayga. Melihat Viali, aku sedikit kaget. Karena saat kami makan malam bersama tadi, dia masih mengenakan cheongsam polos. Rasanya seperti keeolakan yang misterius, yang memberi kesan bertentangan pada orang lain.

Aku tidak menyangka dia akan berubah menggunakan pakaian profesional dengan begitu cepat. Seperti dari seorang wanita yang cantik dan anggun, dia tiba-tiba berubah kembali menjadi wanita yang kuat dan cakap.

Viali bahkan tersenyum saat melihatku keluar hotel. Untuk senyum Viali, aku tahu itu adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi tidak bisa diperkirakan.

Yang tidak aku duga adalah Viali membuka pintu mobil. Dengan sedikit bercanda, dia berkata, "Direktur Ugie, silakan masuk ke mobil!"

Aku tertawa sambil berjalan pergi, "Merupakan berkah dalam tiga masa kehidupan karena Direktur Viali membukakan pintu untukku"

Sopir mengemudi dan aku duduk di belakang bersama Viali. Aku tidak punya apa-apa untuk ditanyakan kepadanya tentang pertemuannya dengan klien. Tetapi aku perhatikan bahwa Viali tampaknya tidak terlalu tertarik untuk membicarakannya. Dia memberikan beberapa jawaban asal-asalan dan melihat ke luar mobil. Cahaya kuning dari jalan menyinari wajahnya, membuatnya terlihat kesepian.

Setelah mengenal Viali sekian lama, kesan yang dia tinggalkan padaku sebagian besar berhubungan dengan profesinya. Jadi ini adalah pertama kalinya aku melihat Viali dengan perasaan sedih yang samar dan secara naluriah aku merasa bahwa Viali sepertinya memiliki sesuatu di pikirannya.

Tentu saja, aku hanya merasakannya dan tidak berani bertanya padanya.

Setelah berbelok beberapa sudut, Bentley berhenti di sebuah gang. Viali kembali menatapku dan berkata dengan suara pelan, "Keluar dari mobil, ini tempatnya."

Aku mengangguk dan turun dari mobil bersama Viali. Viali menunjuk ke kios barbekyu di pinggir jalan di gang dan berkata, "Apa pendapatmu tentang tempat ini untuk camilan larut malam?"

Aku langsung tertawa. Sebelumnya, Robi memberi tahuku bahwa Viali tidak makan makanan pinggir jalan seperti ini. Dia pernah memakannya dua kali di kota kami dan itu merupakan pertama kalinya dia dirawat di rumah sakit karena diare.

Aku menoleh untuk melihat ke arah Viali dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, "Viali, bagaimana kamu menemukan tempat terpencil ini?"

Viali melihat barbekyu pinggir jalan tidak jauh dari sana dan berkata, "Setelah kembali dari tempatmu, aku bertanya-tanya apakah ada tempat seperti ini di Beijing. Jadi aku bertanya pada teman-temanku dan mereka merekomendasikan tempat ini. Jangan melihat terpencilnya tempat, tetapi bisnisnya masih sangat bagus. Kamu akan melihat bahwa sering banyak orang dengan mobil mewah yang datang ke sini khusus untuk makan di sini "

"Tutup siang hari?"

Aku mengajukan pertanyaan dengan santai.

Viali mengangkat bahu, "Kota tidak mengizinkannya!"

Aku terkekeh dan Viali berjalan menuju stand barbekyu.

Meski sudah tengah malam, masih ada dua meja kecil dengan pelanggan, yang sedang minum sambil bersulang. Aku duduk di bangku kecil di samping Viali, Viali idak melihat menunya dan langsung berkata kepada pemiliknya, "Bos, beberapa tusuk ginjal dan beberapa tusuk daging sapi."

"Baiklah!"

Begitu suara Viali turun, bos segera mengiyakannya. Lalu dia berkata kepada Viali, "Tetap saja, seorang gadis bisa merasa kasihan pada orang lain dan tahu apa yang harus dimakan untuk menebusnya."

Kata-kata bos itu langsung membuat malu Viali dan dia sedikit tersipu. Bos ini mengira Viali dan aku adalah pasangan.

Dua bir dibuka dan Viali dan aku menuangkannya, makan dan mengobrol dengan santai. Melihat Viali, aku langsung bertanya, "Viali, apa kamu sedang bad mood hari ini?"

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu