Love And Pain, Me And Her - Bab 482 Tidak Menyembunyikan Apapun

Setelah mengatakan itu, Isyana menoleh dan menatapku, tersenyum sedikit kemudian dia melanjutkannya, "Jadi, aku berbicara dengan pamanku dan menginginkanmu untuk datang ke perusahaan. Pamanku, pada intinya sudah menyetujui proposalku. Tetapi dia ingin berdiskusi dulu dengan ayah kandungku, sehingga keputusannya jadi tertunda. Maka dari itu aku tidak memberi tahumu dulu. Aku tidak menyangka Cantique akan selangkah lebih maju dan membeli studiomu lebih dulu. "

Aku tersenyum sedikit, meskipun Isyana tidak mengatakan apa - apa , tapi aku bisa merasakan bahwa dia ingin aku bekerja untuk perusahaannya. Tidak hanya untuk memiliki aplikasi yang dapat dikembangkan, tetapi dia juga membutuhkan bantuan. Dan aku adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu.

Isyana melihatku tidak mengatakan apapun, jadi dia bertanya lagi padaku, "Apakah kamu sudah menandatanganinya dengan Cantique?"

Aku menggelengkan kepala, "Belum, aku akan menandatangainya besok pagi!"

Saat Isyana mendengarnya, dia menatapku dengan penuh harap dan berkata, "Itu artinya aku masih punya kesempatan, kan?"

Aku tersenyum canggung melihat ekspresi Isyana yang penuh harap. Dengan suara rendah, aku menjelaskannya, "Tetapi aku telah berjanji kepada Direktur Papang"

Isyana pun langsung terdiam. Dia melihat keluar jendela mobil beberapa saat sebelum berbalik menoleh ke arahku lagi dan berkata, "Ugie, aku tidak memaksamu. Tapi bukankah itu yang terjadi di pasar? Jika kontrak belum ditandatangani berarti semuanya masih bisa berubah. Jadi, aku ingin kamu mempertimbangkannya lagi. Dan Juga kamu pernah mengatakannya sebelumnya. Jika kita berdua berada di perusahaan yang sama akan menciptakan sejumlah gesekan. Tapi aku sudah memikirkannya, jika kamu datang ke perusahaan. Apa pun yang melibatkan kita berdua, hal itu akan diselesaikan dengan konsesi tanpa syarat. Semuanya tunduk pada pendapatmu. "

Semakin banyak Isyana mengatakan itu, semakin banyak tekanan yang kurasakan. Aku tahu bahwa Isyana membutuhkanku sekarang dan dia telah membuat kelonggaran terbesar yang dia bisa. Kalaupun aku ke perusahaan, aku tidak akan menjadi Wakil Presdir. Paling-paling, aku hanya akan menjadi Direktur. Tetapi dia, seorang Wakil Presdir dan sudah berjanji akan selalu akan mendengar pendapatku. Bagi Isyana yang memiliki harga diri yang tinggi, dia sudah sangat merendah.

Aku terdiam dan perlahan-lahan berhenti di tempat parkir tepi sungai. Meski malam sudah tiba, alun-alun di tepi sungai masih ramai dengan orang - orang.

Isyana dan aku turun dari mobil dan berjalan perlahan di sepanjang alun-alun. Isyana melihatku masih terdiam, menghela nafas. Kemudian menatapku dan berkata, “Ugie, tidak peduli kamu akan menandatanganinya atau tidak esoknya, beri tahu aku, ya? "

Melihat Isyana, aku mengangguk dengan sungguh-sungguh dan berbisik, "Isyana, aku akan memikirkannya malam ini. Tapi kuharap, apapun pilihan yang kubuat, kamu tidak akan menyalahkanku."

Isyana menatapku dan dia tiba-tiba tersenyum. Kemudian dia perlahan menggelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Seharusnya malam itu menjadi malam yang santai, tetapi karena saran Isyana yang tiba-tiba, membuatku menjadi stres.

Mana yang harus aku pilih, untuk sesaat aku jadi sedikit bingung. Dalam hati, aku lebih memilih ke Cantique. Bagaimanapun juga, startup itu menarik dan menantang. Perusahaan Djarum, sebaliknya, tidak meninggalkan kesan yang baik bagiku. Tetapi sekarang Isyana membutuhkanku, sepertinya akan sangat kejam jika aku menolaknya.

Malam ini aku akui akan kesulitan untuk tidur. Setelah kembali dari sungai dan mengantar Isyana pulang. Aku kembali ke studioku, mandi dan berbaring di tempat tidur dan berusaha untuk tidur, sambil terus berpikir tentang apa yang harus aku putuskan.

Ketika sedang memikirkannya, tiba-tiba ada sebuah pesan teks masuk ke ponselku, aku membacanya dan terdiam. Pesan teks itu sebenarnya dari Viali dan ketika aku melihat jam, sudah lebih dari jam dua belas. Aku perkirakan wanita kuat ini baru saja lepas dari kesibukannya.

Ketika aku memembacanya: "Selamat atas negosiasi yang berhasil, rekan berbakat lainnya di bidang o2o."

Aku tersenyum tanpa sadar pada pesan teks itu. Sepertinya Viali sudah mengetahui hasil negosiasiku dengan Papang. Setelah memikirkannya, aku membalasnya, "Terima kasih! Tapi semuanya masih belum diketahui."

Pesan teks aku kirim beberapa saat kemudian dan Viali dengan cepat membalasnya.

"Kupikir kamu sudah istirahat, ternyata kamu belum tidur!"

Sepertinya Viali mengira bahwa aku berbicara tentang masa depan yang tidak diketahui, terkait dengan masa depan setelah bergabung dengan Cantique. Aku tidak menjelaskannya, jadi hanya menjawab, "Tidak bisa tidur!"

"Senang yah?"

Balasan Viali membuatku tertawa lagi dan aku segera membalasnya, "Ini bukan kegembiraan, hanya saja pilihan lain tiba-tiba muncul dan aku bingung harus berbuat apa."

Pesan itu sudah terkirim lama dan Viali tidak menjawabnya. Tetapi dia malah langsung meneleponku. Begitu aku mengangkatnya, aku mendengar suara tajam Viali di ujung sana. Sepertinya dia sudah terbiasa bekerja di tengah malam.

"Ugie, pilihan lain apa yang kamu bicarakan? Sepertinya tidak ada perubahan dalam penandatangananmu besok, kan?"

Aku harus mengagumi Viali, atas kepekaannya sebagai investor profesional. Padahal itu hanya pesan yang belum jelas tetapi dia sudah bisa menebak inti permasalahannya.

Aku sudah terbiasa untuk memikirkan segala sesuatu sendiri ketika dihadapkan pada keputusan yang sulit saat mengambil keputusan. Jarang sekali aku membicarakannya dengan orang lain. Tetapi kali ini karena beberapa alasan, aku ingin mendengar pendapat dari Viali, karena mungkin hal ini ada kaitannya dengan pengalamannya di dunia bisnis.

Aku tidak menyembunyikan apapun dari Viali dan menceritakan semua yang Isyana katakan padaku hari ini. Begitu aku selesai, Viali terdiam. Aku tahu dia juga memikirkannya dan aku tidak memaksanya.

Beberapa saat kemudian Viali berkata, "Ugie, dari sudut pandangku sebagai teman, kurasa itu bukan pilihan yang sulit."

Kata-kata Viali membuatku sedikit tersenyum. Itu adalah pertama kalinya dia mengakui bahwa dia adalah temanku. Aku menjawab, "Jadi, beri tahu aku, apa yang harus aku pilih."

Viali pun berterus terang, katanya, "Jika kamu ingin hidup nyaman, maka tentu saja kamu harus bergabung dengan Perusahan Djarum. Lagi pula, Djarum adalah perusahaan berskala besar yang sudah mapan. Namun salah satu kelemahan dari konglomerat itu adalah di sana penuh dengan kelompok dan perselisihan internal. Kalau aku tidak salah, Nona Isyana ya, aku khawatir dia juga tengah berada di pergulatan internal sekarang, kan? "

Kata-kata Viali membuatku tertegun. Aku tahu ada beberapa masalah internal di Perusahaan Djarum, tetapi aku belum pernah mendengar dia berbicara tentang pertikaian atau semacamnya sejak Isyana bergabung.

Ketika Viali melihat bahwa aku terdiam, dia melanjutkan, "Jika itu adalah kehidupan yang ingin kamu jalani, maka bergabunglah dengan Perusahaan Djarum. Cantique milik Papang, sebaliknya, sangat berbeda karena Cantique adalah perusahaan startup. Keuntungannya adalah bahwa dia masih muda, bersemangat dan berpengaruh. Kamu mungkin harus sibuk setiap hari, berjuang untuk masa depan yang mungkin saja gagal. Sisi negatifnya adalah ada begitu banyak hal yang tidak diketahui yang dapat terjadi kapan saja yang tentunya bisa menghabiskan uang dan tidak masuk investasi. Dengan kata lain, ada kemungkinan besar bahwa perusahaan akan bangkrut jika sedikit saja terjadi kesalahan. Tetapi jika berhasil, kamu adalah orang penting yang mungkin akan pergi ke Bursa Efek New York dan membunyikan belnya."

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu