Love And Pain, Me And Her - Bab 224 Enam Ratus Enam Puluh Enam

Setelah menunggu beberapa saat, Jane akhirnya membalas pesanku. Isi pesannya sangat panjang: "Ugie, jika kamu merasa sebagai teman kehadiranku dapat mempengaruhimu dalam mengejar cinta Presdir Mirani. Kamu bisa langsung memberitahukannya padaku. aku Jane bukanlah orang yang tidak mengetahui kepentingan dari suatu hal. aku berharap aku bisa menganggapmu dengan tulus sebagai teman dan kamu pun bisa dengan tulus memperlakukanku. Bukan seperti ini, ketika kamu memiliki masalah ,kamu akan memikirkan ku. Namun ketika aku membutuhkan bantuanmu, yang kamu pikirkan hanyalah Presdir Mirani mu yang cantik jelita itu! aku tidak mau pertemanan seperti itu."

Perkataan Jane membuatku menjadi bersalah. Setelah memikirkannya, aku membalas pesannya: "Jane, kejadian ini adalah salahku. Dalam hatiku, sejak awal kamu sudah menjadi temanku yang bisa aku andalkan. Malam ini jam enam kita bertemu di Universal Studio ya?"

aku menyampaikan dengan sangat tulus. Setelah beberapa saat, Jane kembali membalasnya, "Jika kamu sibuk, ganti hari saja."

Jane terlihat jelas sudah berjanji kepada ibunya. Jika pada saat ini mengubah waktu , Dia pasti akan sangat kecewa. aku pun kembali membalas: Malam hari ini saja, setelah jam pulang kerja sore nanti hubungi aku!"

Jane menjawab dengan singkat, "OK".

Setelah meletakkan ponsel, aku menghela nafas panjang sambil sedikit menyalahkan diri sendiri, mungkin hal yang sederhana ini sudah kubuat menjadi rumit.

Pada jam tiga sore, Isyana datang ke kantor ku. Ketika dia masuk ,sambil tersenyum memandangku bertanya, "Ugie, apakah sekarang kamu sibuk?"

aku segera meletakkan file yang aku pegang , berdiri menatapnya dan bertanya,

"Apakah kita pergi ke rumah sakit sekarang?"

Isyana mengangguk. aku bisa merasakan terdapat beban dalam hati Isyana karena kali ini dia pergi ke rumah sakit.

aku turun lift bersama dengan Isyana. Ketika naik ke dalam mobil , tiba-tiba terpikir aku tidak bisa pergi ke rumah sakit dengan tangan kosong. aku pun berkata kepada Isyana, "Isyana, bisakah kita pergi membeli seikat bunga terlebih dahulu ke tempat Robi."

Isyana tersenyum singkat , namun dia tidak menolak. Kami berdua pun berangkat ke toko bunga Robi.

Ketika memasuki pintu, aku melihat Robi yang sedang memegang pot tanah liat Xiaonan-nya, Sambil minum teh sambil mengawasi karyawannya yang sedang sibuk. Ketika melihat kami masuk, Robi langsung berkata, "Yo! Kalian berdua sangat sentimentil ya , jam kerja bisa datang ke sini untuk pacaran?"

Robi memiliki mulut yang tidak bisa diatur, aku sejak awal sudah mengetahuinya. Namun aku takut isyana akan merasa canggung, aku pun menolehkan kepala untuk melihatnya. Siapa yang menyangka Isyana tidak menganggap serius perkataan dari Robi. Dia melangkah ke samping dan memilih bunga di atas rak bunga.

Setelah berbicara sejenak dengan Robi, aku bertanya kepadanya, "Rob, Bagaimana kabar Veni? Beberapa hari ini aku sibuk sampai tidak ada waktu mengunjunginya."

Tiba-tiba Robi cemberut sambil berkata dengan jijik, "Masalah Veni kamu tanyakan ke Sutan donk, mengapa bertanya kepadaku?"

Setelah operasi Veni, Robi terlihat sangat gugup. Namun hari ini, ekspresi nya justru tidak peduli seakan bukan masalahnya. aku yang merasa aneh bertanya lagi kepadanya, "Ugie, apakah salah minum obat? Apa yang terjadi?"

Robi menyingkirkan Pot Tanah Liatnya. Kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan memberikannya kepadaku. Setelah menyalakannya dan menghisapnya. Baru kemudian berkata dengan wajah yang tidak gembira, "aku bertengkar hebat dengan Sutan"

"Karena masalah Veni?"

Robi menatapku singkat, "Jika bukan karena Veni,mungkinkah karena dirimu?"

Tidak ada ucapan yang normal yang keluar dari mulut orang ini. Walaupun ini bukanlah kali pertama mereka berdua bertengkar. Mereka juga sering bertengkar sejak zaman sekolah dan sudah tidak aku anggap serius lagi.

Ketika melihat aku tidak bertanya lagi , Robi tidak dapat menahan diri dan berkata, "Ugie, jangan hanya sepanjang waktu sibuk dengan Presdir Mirani mu itu. Kamu bicarakan juga dengan Sutan! Orang itu makin lama makin tidak masuk akal! Veni yang baru saja selesai operasi, tubuhnya juga belum pulih. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk istirahat. Namun setelah dia kembali bukannya menjaga Veni dengan baik, dia malah membawa bocah kecil kesana, Membuat keributan dan membuat Veni tidak bisa beristirahat sama sekali. "

aku tidak mengerti perkataan Robi, aku pun dengan aneh bertanya kepadanya , "Bocah apa?"

"Anak kecil! Tidak tahu dari mana dia bisa mendapatkan anak itu, tapi dia malah membawanya pulang ke rumah."

Ketika Robi menjelaskannya aku pun menjadi mengerti. aku tahu anak kecil itu, namanya Beibei. Dia adalah putra dari Wulandari, presiden dari perusahaan Sutan bekerja.

Sutan pernah mengatakannya kepadaku bahwa anak itu suka mengikutinya. Wulandari juga membiarkannya membantu menjaga anak itu. Namun aku tidak pernah berpikir bahwa Sutan akan benar-benar membawa pulang anak itu di waktu Veni paling membutuhkan waktu istirahat.

aku pun segera mengangguk dan berkata kepada Robi, "Oke! Besok aku akan mencarinya dan bicara dengannya!"

Melihat aku menyetujuinya, Robi pun kembali berkata, "Oh ya,Ugie. mengenai perhiasan cb yang kamu suruh tanyakan , sudah dibalas oleh kakak sepupuku. Dia mengatakan memang ada sebuah perusahaan perhiasan cb. Sepertinya baru saja mendirikan kantor di Beijing. Namun dia tidak tahu apakah perusahaan itu terpercaya atau tidak. Bagaimanapun dia bukan bekerja di bisnis perhiasan. "

aku mengangguk. Sebelum aku sempat berbicara tiba-tiba Isyana melirik ke arahku dan dengan aneh bertanya, "Ugie, kamu menyelidiki CB di belakangku , mengapa kamu tidak memberitahuku?"

aku tersenyum namun tidak menjawab pertanyaannya. aku dapat merasakan Isyana masih tidak senang dengan penyelidikan cb ini. Dia mungkin merasa bahwa ini adalah ketidakpercayaan aku padanya.

Tapi kekhawatiran aku sekarang telah sepenuhnya terhapus. Proyek ini dikenalkan oleh Paman Isyana, Kakak sepupu Robi juga sudah menanyakannya.

Pasti tidak ada masalah. Kelihatannya aku terlalu banyak berpikir sebelumnya.

Isyana telah memilih seikat karangan bunga lili. Dia menunjukkannya di hadapanku dan menanyakan pendapatku?

Sebenarnya tidak ada yang bisa dipilih lagi , Karena toko bunga Robi ini hanya menjual dua macam bunga yaitu lily dan mawar. aku pun tidak mungkin membawa bunga mawar mengunjungi ayahnya.

Melihat aku setuju, Isyana bertanya kepada pelayan di sebelahnya, "Berapa harga bunga ini?"

Sebelum pelayan itu bisa menjawab, Robi sudah menjawab di sampingnya, "Enam ratus enam puluh enam, tiga angka enam ! angka keberuntungan kan? Jika menyukainya langsung membayar, Jika tidak membawa uang tunai bisa menggesek kartu, jika tidak ada ,menggunakan Alipay atau WeChat juga bisa."

Robi berbicara tanpa henti.aku melotot sambil memarahinya, "Lebih baik kamu langsung merampok saja , Toko bunga apa yang kamu buka?"

Robi dengan ekspresi yang tidak serius berkata, "Janganlah terlalu pelit, kalian sangat kaya raya. Anggap saja membantu warga miskin sepertiku."

Isyana sedikit tersenyum. Dia baru saja mau membayar, dan aku segera mengambil dompetnya. Kemudian mengambil bunga, dan langsung berbalik pergi. Sambil berjalan aku berkata, "Catat dulu, tunggu kamu bayar hutang ,aku bayar kepadamu"

Sambil berkata , aku menarik Isyana keluar dari toko bunga. Di belakangku terdengar suara Robi yang berteriak, "Ugie, Dasar pelit, Paling tidak kan bayar uang modalnya"

Ketika masuk ke dalam mobil. Isyana mengendarai mobil sambil berbicara dan tertawa, "Ugie, ketika kalian bersama-sama benar-benar bisa membuat onar ya. Sudah sebesar ini kenapa tidak ada yang menjadi dewasa?"

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu