Hanya Kamu Hidupku - Bab 80 Ellen, Pikiranmu Semakin Kotor.

Dan, jatuh semakin mendalam!

Ellen tidak berdaya, dia tidak berani memutar kepala melihat pandangan yang membara dari belakang, membuka mulutnya, menghembuskan napas, melangkah, dan berjalan perlahan menuju ruang kerja.

Dibandingkan dengan Ellen yang tidak berdaya, William mengangkat sudut bibirnya.

.......

Di ruang kerja, ketika Ellen membuka pintu dan masuk, Dara sedang berdiri di depan rak buku dan melihat buku yang diletakkan di rak buku.

Sebagian besar adalah aspek keuangan, ekonomi dan keuangan, serta karya best seller nasional.

Ada juga beberapa novel, majalah, serta buku-buku fashion, dan ini jelas bukan jenis buku yang akan dibaca William.

Oleh karena itu, ini seharusnya milik Ellen.

Meskipun hari ini adalah hari pertama dia datang ke sini, namun dia jelas bisa merasakan William sangat peduli dengan Ellen.

Bahkan ruang pribadi seperti ruang kerja pun berbagi dengan Ellen, dapat dibayangkan status Ellen dalam keluarga Dilsen, tidak.... harus dikatakan posisi Ellen di hati William sangat penting.

Mendengar suara membuka pintu.

Dara memutar kepala, melihat Ellen yang berdiri di ambang pintu, “Sudah datang ya.”

Ellen menutup pintu dan berkata dengan penuh bersalah, "Maaf telah membuat Guru Dara lama menunggu.”

“Tidak apa-apa.” Dara berbalik, memandang Ellen dengan kedua tangan memeluk di depan dada.

Ellen mengangguk padanya, dan berjalan menuju sofa, “Aku akan menyelesaikan soal-soal ujian tadi pagi, dan kemudian memintamu mengoreksikannya.”

Ellen sedang duduk di karpet antara sofa dan meja, dia mengambil pena dan mulai mengerjakan soal ujian.

Dara menatapnya sebentar, lalu berkata, "Oke."

Ellen tidak berkata.

Dara melihatnya langsung fokus dalam kerjanya, dia tidak mengatakan apa pun lagi.

Berbalik, dan menarik sebuah buku dari rak buku, dia berjalan ke kursi eksekutif di belakang meja, duduk dan mulai membaca.

Keadaan dalam ruangan sangat sunyi, hanya sesekali ada suara membolak balik halaman buku dan suara menulis yang gemerisik.

Buku yang diambil Dara dari rak buku adalah buku tentang manajemen keuangan.

Dia mengambil jurusan pendidikan, dan telah membaca banyak buku teori yang membosankan, tetapi buku yang dipegang di tangannya, dia hanya membaca beberapa halaman.

Dara mengerutkan kening, memaksa dirinya membaca sebentar, namun tetap tidak dapat fokus.

Jadi dia hanya bisa menyerah.

Menutup buku itu, dia meletakkannya di atas meja, dia mengangkat kepala dan melihat pada Ellen yang sedang duduk mengerjakan soal di karpet.

Wajah Ellen sebelah kanan terluka, dan masih bengkak, melihatnya dari arah ini, Ellen benar-benar tidak enak dipandang.

Namun matanya sangat indah.

Meskipun dia lumayan jauh dengannya, dia tetap bisa melihat bulu matanya yang panjang dan tebal, sepertinya memasang bulu mata palsu.

Dan bibirnya......

Kelopak mata Dara tiba-tiba melonjak.

Dia membuka lebar matanya, melihat fokus pada bibir Ellen.

Bibir Ellen agak merah, dan sedikit bengkak, sepertinya baru saja dicium seseorang......

Dara terkejut dengan pikirannya sendiri!

Karena dia sangat jelas.

Di dalam Vila, selain William, semua pelayan rata-rata wanita, sama sekali tidak ada pria lainnya!

Jadi, kalau bibir Ellen benar-benar dicium seseorang...... maka siapakah itu?

“Guru Dara, aku sudah selesai.”

Ellen meletakkan pena, mengambil kertas ujian dan menatap pada Dara.

Namun ketika dia melihat Dara, dia menemukan Dara juga sedang menatap dirinya dengan tatapan curiga.

Ellen mengerutkan kening, muncul tatapan aneh, “Guru Dara, apakah dirimu baik-baik saja?”

“...... Baik-baik saja!” Dara menarik nafas, segera menenangkan dirinya, tetapi matanya menatap ke arah bibir Ellen tanpa terkendali, dan berkata, “Berikan kertas ujiannya padaku.”

“........Oh.”

Ellen bangkit dan berjalan ke sana, dan meletakkan kertas ujian di depannya.

Dara melihatnya mendekati, bibirnya langsung terlihat jelas di depannya.

Kedua pipi Dara bergetar, dia semakin memastikan kecurigaannya.

Dia sangat yakin bibir Ellen telah dicium seseorang, kalau tidak, tidak akan seperti begini!

Ellen melihat mata Dara yang sedang berkedip, berkata, “Guru Dara, apakah kamu benar-benar baik-baik saja?”

Dara menurunkan alisnya dan menggeleng kepalanya, “aku, aku sudah menilai soal-soal bahasa Inggris yang telah kamu lakukan tadi pagi, nilainya sangat bagus, terus pertahankan, tidak akan ada masalah untuk menghadapi ujian.”

Dara berkata, mengambil kertas ujian bahasa Inggris dari meja dan menyerahkannya pada Ellen, “Lihatlah.”

Ellen mengambilnya, dia menatap Dara dengan curiga, dan tidak mengatakan apapun.

“Oh ya, di sini ada sebuah buku ulasan revisi materi untuk beberapa mata pelajaran yang telah aku pelajari dan rangkum selama bertahun-tahun, dan sebuah CD, aku berikannya padamu” Dara mendorong buku dan CD kepada Ellen.

“Terima kasih.” Ellen menerimanya dan mengucapkan terima kasih dengan sopan.

“........ Ini yang seharusnya aku lakukan.” Dara menatap Ellen dengan tatapan mendalam.

Ellen merasa tidak nyaman dengan pandangannya, jadi dia mengambil buku dan CD di tangannya dan berkata, “Kalau begitu aku akan pergi melihatnya.”

“Ya.”

Ellen berbalik dan berjalan kembali ke depan sofa dan duduk di karpet.

Dia meletakkan buku, kertas ujian dan CD di atas meja, mengambil kertas dan melihatnya, sudut matanya secara tidak sengaja melirik ke arah Dara yang sedang duduk di kursi eksekutif, dan menemukan pandangannya masih tertuju padanya.

Ellen menggerakkan sudut mulutnya, memutar kepala menatap ke arah sana.

Tepat pada saat dia menatap ke arah sana, Dara terburu-buru mengalihkan pandangannya.

Ellen, “......” Tidak mengerti.

.........

Jam lima, sore hari.

Dara melihat Ellen menutup buku revisi materi, dia mengangkat alisnya, berkata, “Sudah selesai membaca?”

Ellen tertegun menatapnya dan mengangguk, “Ya.”

“......... Begitu cepat?”

Dara hanya sembarang bertanya, tidak menyangka dia benar-benar sudah selesai membacanya.

Ellen tersenyum, “Ya, sudah selesai.”

Dara menatapnya dengan tatapan tidak berani percaya.

Ellen mengangkat tangan menekan lehernya yang pegal, berdiri dan berkata pada Dara, “Guru Dara, aku pergi ambil air, apa yang ingin kamu minum?”

“.......Tidak perlu.” Dara sedikit mengerutkan kening berkata, “Aku tidak haus.”

Ellen tidak memaksanya, berjalan menuju ke luar ruang kerja.

Melihatnya keluar, Dara bangkit dari kursi eksekutif, berjalan melewati meja ke arah sofa.

Berdiri di depan meja, Dara membungkukkan tubuh, mengambil buku revisi materi itu, dan membolak-balikin.

Buku ini total halamannya lebih dari tiga ratus lembar, dengan catatan terperinci tentang pengetahuan ekstra-bahasa, dan ini adalah rangkuman inti-inti penting hasil penelitian tim Dara dalam beberapa tahun ini.

Sebelumnya Dara pernah mendengar Sumi mengatakan Ellen memiliki IQ yang tinggi.

Sebenarnya pada saat itu, dia agak curiga.

Hari ini, Ellen menyelesaikan dua set soal-soal ujian, satu bahasa Inggris dan satu lagi matematika, semuanya mendapatkan nilai....... seratus!

Selain itu, dia hanya membutuhkan waktu kurang dari empat jam untuk membaca rangkuman dari setiap mata pelajaran yang telah dia kumpulkan selama beberapa tahun......

Dara menarik nafas, meskipun dia tidak ingin percaya, namun semua ini membuatnya harus percaya!

Tetapi...

Sebenarnya dia sangat pandai, mengapa dia masih begitu berusaha keras, dan masih saja mencari dia untuk menjadi guru lesnya?

Dara mencibir, tidak mengerti.

.......

Ellen turun ke dapur mengambil air dari dalam kulkas.

Jam segini Darmi sedang menyiapkan makan malam di dalam dapur.

Melihatnya masuk, Darmi menatap ke belakangnya dan bertanya dengan nada rendah, “Di mana Guru Dara?”

“Di ruang kerja.”

Ellen berkata, berjalan ke depan kulkas, mengambil sebotol air dari dalam, membuka dan meminumnya.

Darni menatap Ellen, berpikir dan berjalan mendekatinya, dengan ekspresi serius, berkata, “Nona, aku merasa sikap Guru Dara terhadap Tuan agak aneh.”

“?” Ellen mengedipkan matanya, menutup tutup botol.

“Begitu banyak tempat duduk di dalam ruang kerja, dia malah suka duduk di kursi Tuan, aku merasa, dia tidak menganggap dirinya sebagai orang luar.” Darmi berkata.

“Bibi Darmi, bukankah hanya duduk di kursi pamanku? Emangnya kenapa?” Ellen tersenyum berkata.

Meskipun dia juga merasa Dara memiliki perasaan yang berbeda terhadap paman, namun Dara duduk di kursi pamannya, dia benar-benar tidak merasa ada sesuatu yang aneh.

“Aku kan sudah bilang, kamu memiliki hati yang besar.” Darmi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan serius, “Pertama kali ke rumah orang seharusnya lebih sadar diri. Namun bagaimana dengan dia? Sebagai seorang guru, dia bahkan tidak mengerti tentang ini? Begitu dia memasuki ruang kerja, dia langsung duduk di tempat duduk Tuan, kamu merasa tidak apa-apa, kalau begitu, kamu coba pergi ke ruang kerja orang lain, apakah kamu akan duduk di tempat duduk Tuan rumah?”

“....... Aku tidak pernah pergi ke ruang kerja orang lain.” Ellen tersenyum menatap Darmi.

Darmi tertegun, langsung tersenyum, “Dasar!”

“Hehe.” Ellen merangkul lengan Darmi dengan ramah, berkata, “Bibi Darmi, Guru Dara hanya datang untuk mengajariku, dia tidak akan tinggal lama di sini, paling lama hanya seminggu. Seminggu kemudian, dia akan pergi, aku tahu, kamu pasti karena tidak terbiasa, ada orang lain di dalam rumah. Tapi itu tidak akan berlangsung lama, lagipula kalau dia bersikap takut dan segan, bukankah kita akan merasa lebih tegang?”

"Bagaimana mungkin aku tidak biasa, aku hanya merasa Guru Dara memiliki pikiran lain terhadap Tuan, aku khawatir dia akan melakukan sesuatu, meskipun hanya tinggal beberapa hari!”

Darmi mendengus, melepaskan tangan Ellen yang merangkul lengannya, lalu berjalan ke meja dapur, dan terus menyiapkan bahan makan malam.

Ellen memegang air, menyandarkan punggungnya ke dinding kulkas, dan menatap punggung Darmi.

Matanya yang besar sedikit menyipit, Apa yang akan dilakukan Dara, emangnya dia berani naik ke ranjang paman ketiga di tengah malam......

Erhhhh.........

Wajah Ellen terasa panas.

Dia berdiri tegak, menundukkan kepalanya, dan segera berjalan keluar dari dapur.

Ellen, sekarang pikiranmu semakin kotor!

.........

Malam hari.

Ellen menonton sebentar CD yang diberikan Dara padanya, lalu pergi mandi ke kamar mandi, selesai mandi, dia berdiri di depan wastafel, mengambil gelas kumur ingin berkumur.

Begitu mengangkat kepala, langsung melihat dirinya sendiri di depan cermin.

Ellen terkejut, dan hampir saja berteriak!

Huh, siapa yang berada di dalam cermin?

/(ㄒoㄒ)/~~

Ellen membuang gelas kumur, menutup wajah sebelah kanannya.

Dia seharian tidak mengaca, sekarang melihat dirinya di depan cermin, Ellen baru menyadari, wajah sebelah kanannya bengkak bagaikan kepala babi!

Jelek sekali!

~~~~(>_<)~~~~

……

Ellen berusaha menenangkan dirinya, lumayan lama kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan wajah cemberut.

Tidak menyangka begitu dia keluar, langsung melihat seseorang sedang duduk di ranjangnya!

Tubuh Ellen bergetar dan langsung mengangkat tangannya menutupi wajah kanannya, kakinya berbalik, ingin bergegas kembali ke kamar mandi.

“Berhenti di sana!”

Namun sebelum dia berbalik, langsung mendengar teguran yang bernada dingin.

Ellen, “……..”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu