Hanya Kamu Hidupku - Bab 520 Patah Hati

Tanjing dan Yuki terkejut dan menatap kepada Linsan dengan kaget,

Linsan tersenyum dengan anggun, dia mengelus perutnya dengan lembut, "Sekarang baru sebulan lebih, harus lebih dari 3 bulan baru bisa memasuki masa stabil. Awalnya aku ingin memberi tahu kalian setelah 3 bulan, tetapi aku berpikir, kalian adalah teman terbaik aku. Aku tidak perlu menghindari hal ini dari kalian"

Waktu mengatakan kata-kata itu, mata Linsan itu tertuju kepada Tanjing.

Wajah Tanjing kaku selama 1 detik, untuk menyembunyikan emosi tertentu, dia menarik nafas dan memegang tangan Linsan, "Apakah abang Mu sudah mengetahui hal ini?"

Tatapan Linsa memancarkan cahaya, dia menggelengkan kepalanya, "Thomas masih belum tahu"

"Kapan kamu mau memberi tahu dia? Aku merasa abang Mu pasti sangat senang kalau dia tahu kamu hamil" Tanjing berkata kepada Linsan dengan sudut mata memerah.

Melihat kedua mata Tanjing yang memerah, Linsan mengerutkan alisnya dan berkata dengan suara semakin lembut, "Aku masih belum tahu. Nanti saja, tunggu ada waktu yang sesuai baru aku memberi tahu dia"

"San San, aku tidak mengerti kata-katamu. Kamu mengandung anak abang Mu, bukannya kamu harus segera memberi tahu dia berita baik ini? Mengapa masih harus menunggu" Yuki berkata.

Linsan menoleh ke Yuki dan tertawa dengan pahit, "Aku juga ingin segera memberi tahu dia. Hanya saja... aku ada pemikiranku sendiri, aku mau memastikan sesuatu dulu sebelum memberi tahu dia"

Yuki menyipitkan matanya.

"Masalah apa?" Tanjing bertanya dengan bingung.

Linsan menjilat bibirnya dan berkata dengan khawatir, "Aku tidak tahu apakah Thomas akan menyukai kedatangan anak ini, aku ingin memastikan hal ini dulu"

"Apa yang sedang kamu katakan?" Tanjing mengerutkan alisnya, "Kamu adalah istrinya abang Mu, dia mana mungkin tidak menyukai kamu mengandung anak dia?"

"San San, kamu berpikir terlalu banyak. Jangan berkata tentang yang lain, berkata tentang usia saja, memang sudah saatnya abang Mu memiliki anak. Selain itu aku merasa abang Mu seharusnya ingin memiliki anak kandung sendiri. Dia pasti akan merasa sangat senang kalau mengetahui kamu mengandung anaknya!" Yuki berkata sambil menatap ke perut Linsan dengan mata menyipit.

Linsan melihat ke Tanjing kemudian Yuki, tetapi dia malah mengganti topik, "Tidak tahu Pani dan Sumi sudah bagaimana sekarang"

Mendengar nama Pani, Tanjing pun mengerutkan alisnya secara refleks.

Yuki bertanya, "San San, kenapa kamu bertanya begitu? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

"Iya. Sumi menemani aku ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan, kebetulan kamu bertemu dengan Pani" Linsan melihat ke Yuki dengan khawatir, "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi, wajah Pani terlihat sakit"

"Apakah kamu tidak bertanya kepadanya?" Suara Yuki terdengar sedikit cemas.

Linsan menjilat bibirnya dan mengangkat alisnya dengan wajah tidak berdaya, "Pani sangat tidak menyukai aku. Aku ada bertanya dia, tetapi dia tidak mau memberi tahu aku dan malah memarahi aku...."

"Dia memarahi kamu? Dari mana dia berhak memarahi kamu?"

Begitu Linsan baru selesai berbicara, Tanjing langsung tertawa dengan dingin, "Dia benar-benar mengira dirinya berposisi sangat tinggi ya?"

Yuki melihat ke Tanjing dengan tatapan bersinar pertanyaan.

"Jing Jing, sudah saatnya kamu mengubah temparamen kamu. Kamu melihat kamu sendiri, kamu bersikap seperti ini setiap kali berbicara tentang Pani" Linsan mengoyangkan tangan Tanjing dengan lembut, "Jangan begitu lagi. Sebenarnya Pani tidak menyukai itu sangat normal, malahan aneh kalau dia menyukai aku. Tetapi kalian tenang saja, aku dan Pani baru saling mengenal, masa interaksi kami juga sangat pendek. Sekarang dia bisa bersikap seperti ini kepada aku karena masih belum mengerti aku. Seiring waktu berjalan, tunggu jumlah interaksi kami menjadi semakin banyak, dia pasti akan mengerti aku. Pani adalah gadis yang lapang dada, aku percaya dia pasti tidak akan menganggap aku itu musuhnya setelah mengerti aku"

"Kamu terus begitu dari dulu. Selalu berpikir positif pada setiap masalah, tidak pernah menganggap serius ketika dirimu merasa sakit hati! San San, kamu akan menderita terus kalau begitu!" Tanjing berkata dengan cemas.

Menderita?

Dia tidak membuat orang lain menderita sudah bersyukur!

Yuki mengeluh di dalam hati secara diam-diam.

Linsan tertawa dan mengelus pipi Tanjing yang mengerut, "Kamu memikirkan sifat manusia sampai terlalu kacau"

Merasakan tangan Linsan mengelus wajahnya, tatapan Tanjing memancarkan cahaya dan wajahnya yang kaku tidak bisa menahan diri menjadi lebih lembut, dia melihat ke Linsan dengan wajah tidak berdaya dan menghela nafas panjang.

"Sudah. Aku sedikit lapar, ayo kita pergi makan" Linsan berkata.

"Ayo" Tanjing berkata.

Yuki tidak berbicara, dia menoleh ke arah rumah sakit melewati jendela dengan mata menyipit.

Apa yang terjadi?

.......

Pani tahu bahwa rumah sakit Yihe berada di bawah perusahaan Hunt. Dulu dia pernah 'berkunjung ke sini' dan mendengar Ellen berkata tentang itu.

Hanya saja, setelah mengetahui Yumari menderita sakit parah dan melihat penampilan dia berbaring di atas tempat tidur dengan lemah dan tidak bisa mengatakan apa-apa, Pani benar-benar panik secara total dan tidak mengingat masalah itu untuk sementara.

Pada saat Sumi membawa dia ke ruangan ketua rumah sakit untuk membahas kondisi Yumari secara detail, kemudian ketua rumah sakit memberi tahu Ethan dan Ethan segera bergegas ke rumah sakit untuk mencari tahu, Pani baru tiba-tiba teringat dengan masalah ini.

Pada saat detik melihat Ethan, kesulitan yang terjadi selama 3 hari ini semuanya masuk lagi ke pikiran Pani.

Mata Pani terasa kering, dia membenci kelemahannya. Pada masa kritis seperti ini, dia tidak memiliki ide apa pun dan tidak bisa mengingat apa pun.

Kalau pada saat itu Sandy tidak menerima ancaman Pani dan setuju untuk memindahkan Yumari ke rumah sakit lain....

Apakah Pani tidak akan bisa memikirkan cara dan solusi lain, kemudian Yumari akan....

Di bawah kondisi dan suasana hati seperti ini, Pani benar-benar merasa sangat lemah. Masalah sekecil apa pun bisa membuat dia menyadari ketidakmampuan dan kelemahannya dengan cepat.

Dia tidak sekuat yang dipikirkan orang lain, bahkan, dia tidak sekuat yang dia sendiri bayangkan!

Pani sangat lemah, sangat lemah...

Ethan sedang menelpon di depan jendela, dia berbicara dengan bahasa inggris yang lancar, Pani bisa mengerti beberapa kata, jadi dia tahu Ethan sedang membantu dia untuk menghubungi lembaga medis otoritas luar negeri.

Pani melihat ke Ethan dengan cemas, kedua tangannya sedang bergetar tetapi dia sendiri tidak menyadarinya.

Pada saat sepasang tangan yang hanget memegang tangannya.

Tubuh Pani gemetar dalam lengkungan besar, kemudian dia menoleh ke pria yang berada di sampingnya, kedua mata Pani terlihat jernih dan berkaca karena air mata, pada saat yang sama juga membuat orang yang melihat merasa sakit hati.

"Tenang saja" Sumi melihatnya dengan tatapan penuh kasih sayang dan suara yang lembut dan enak didengar.

Pegangan Sumi yang memegang tangan Pani menjadi semakin mengerat, Pani ingin menarik keluar tangannya, tetapi dia tidak melakukan hal itu secara nyata, walaupun dia sangat sangat ingin...

Telpon Ethan berakhir.

Ethan berputar balik badan dan berjalan ke depan Pani.

Bulu mata Pani bergetar, dia melihat ke Ethan dengan wajah gugup dan tegang.

Ethan meragu sejenak sebelum menepuk bahu Pani, "Mereka setuju untuk berangkat ke kota Tong pada besok untuk mengamati dan mengobati penyakit nenekmu dengan profesor medis senior di rumah sakit ini"

"Terima kasih" Pani berkata.

"Kita adalah sekeluarga, tidak perlu mengucap terima kasih!" Ethan menarik balik tangannya dan tatapannya menyapu melewati lingkaran gelap yang berada di bawah mata Pani, kemudian dia menoleh ke Sumi, "Dia seharusnya sudah tidak istirahat selama beberapa hari, membawa dia pulang dulu saja. Di rumah sakit sini ada Jery, aku akan meminta mereka untuk segera menghubungi kamu kalau ada masalah"

Sumi menjilat bibirnya dan memegang lengan Ethan, "Kamu, aku tidak mengatakan kata-kata sopan lagi"

"Iya, puylang dulu saja" Ethan berkata, "Aku pergi mencari Jery dan memberi tahu dia sedikit masalah"

"Baik" Sumi mengangguk.

Melihat ke Pani, Ethan pun keluar dari ruangan.

Setelah Ethan pergi, Sumi memegang tangan Pani dengan erat dan melihatnya dengan lembut, "Ayo"

"Aku mau berada di sini untuk menemani nenekku. Aku pernah berjanji kepadanya bahwa aku akan selalu bersamanya, aku tidak akan meninggalkan dia sendirian" Pani berkata dengan suara serak.

Sumi menarik Pani ke pelukannya dengan lembut, "Aku mengantar kamu pulang dulu, habis itu aku datang ke sini lagi. Aku akan menggantikan kamu menemani nenekmu"

Pani menggelengkan kepalanya dan mendorong Sumi, "Tidak perlu, aku menemani dia saja. Terima kasih"

Terima kasih?

Sumi menundukkan kepalanya dengan tatapan yang bersinar, "Pani..."

"Beberapa hari ini, seharusnya kamu juga sudah capek. Pulang saja, istirahatlah dengan baik" Pani menarik tangannya keluar dari pegangan Sumi dan berkata dengan suara serak yang terdengar tenang.

"Pani" Sumi mengerutkan alisnya dan memegang tangan Pani lagi, "Beberapa hari ini aku..."

"Tidak apa-apa, benaran!"

Pani sibuk menggelengkan kepalanya dan melihat dia dengan wajah yang pucat, mata yang membesar dan basah, dia mau memperlihatkan keseriusan dan kemurahan hatinya kepada Sumi, "Kamu tidak perlu mengatakan apa pun kepadaku. Aku tidak peduli, sama sekali tidak peduli"

"Pani" Sumi sudah panik, suaranya terdengar sakit hati, dia memegang tangan Pani dengan erat, "Aku yang salah. Terjadi masalah seperti ini, seharusnya aku muncul pada waktu pertama dan selalu menemani kamu, seharusnya aku tidak membiarkan kamu menanggung ketakutan dan kepasrahan sendiri. Maaf Pani. Aku berjanji, masalah seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa depan!"

Pani mengangkat satu tangannya lagi dan melambaikannya dengan lembut. Gerakan ini terlihat santai, tetapi hanya tuhan yang tahu dia menggunakan seluruh tenaganya untuk melakukan gerakan ini, dia tersenyum kepada Sumi dengan ikhlas, "Tidak apa-apa. Benaran tidak apa-apa. Aku sama sekali tidak memasukkannya ke dalam hati. Lagian dari kecil sampai sekarang, aku memang, memang hanya memiliki nenekku. Kami berdua... telah mengalami semuanya. Aku baik-baik saja, aku benaran baik-baik saja"

Melihat air mata yang menggantung di sudut mata Pani, melihat Pani berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir, hati Sumi terasa sangat sakit.

Pada saat ini, Sumi memiliki ribuan kata permintaan maaf dan menyalahkan diri di dalam hatinya. Tetapi, ujung-ujungnya yang keluar dari mulutnya hanya satu kata, "Maaf"

Pani tersenyum kepadanya tanpa mengatakan apa pun.

.......

Tim medis luar negeri yang diundang Ethan tiba di rumah sakit Yihe pada sore berikutnya.

Setelah tiba di rumah sakit, sekelompok orang langsung memasuki ruang rapat bersama para dokter dari rumah sakit Yihe untuk mendiskusikan rencana perawatan Yumari.

Pani sudah hampir 5 hari tidak tidur, matanya terasa sangat sakit sampai kadang penglihatan dia terasa sangat buram, tetapi Pani tetap berusaha menahan sampai mereka memiliki hasil diskusi!

Sebelum ada hasil, sebelum memastikan Yumari bisa tertolong, Pani tidak berani membiarkan dirinya tertidur.

Pani tidak tahu dirinya masih bisa bertahan berapa lama, 5 jam, 6 jam atau 7.

Pintu ruangan yang tertutup rapat akhirnya terdorong terbuka dari luar.

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu