Hanya Kamu Hidupku - Bab 270 Ayah Sangat Kasian

William menghela napas dan tak bersuara, dia tidak bisa menahan diri kemudian membalikkan badan.

“ Agnes, nenek baik-baik saja, mendengar kamu sudah tiba disana dengan aman, nenek merasa sangat lega. Kamu baru saja tiba disana, pasti ada banyak hal yang mau kamu lakukan. Nenek tidak ingin mengganggumu, nenek tutup telepon ya.”

Suara Nurima terbata-bata dan cemas, dia takut semakin banyak dia berbicara, membuat Ellen semakin tidak nyaman.

Ellen tidak berani bersuara, karena dia takut Nurima semakin sedih jika mendengar suaranya yang berbeda dan aneh.

Setelah Nurima selesai berbicara dan menunggu sejenak, tetapi dia tidak lagi mendengar suara Ellen, kemudian menghela napas, dan menutup telepon secara perlahan.

Saat ponselnya berubah menjadi nada sibuk, Ellen menggenggam ponselnya, air mata terus berjatuhan, “ Nenek ...”

Sebuah bayangan hitam besar menyelimutinya.

Seketika Ellen melompat dari atas tempat tidur, mengepalkan tangannya dan memukul dada William, dia menangis sampai seluruh wajahnya penuh dengan air mata, air matanya berjatuhan “ Apa hakmu? Apa hakmu? Apakah kamu tahu, jika bukan nenek dan abang, mungkin saja tidak ada aku, Tino dan Nino... Mereka memperlakukanku dengan sangat baik sekali. Tapi aku meninggalkan mereka dan pergi jauh demi kepentinganku sendiri. Orang macam apa aku ini, macam apa ... “

“ Rumah yang begitu besar, hanya nenekku saja sendiri di sana. Apa yang bisa dia lakukan?”

“ William, mengapa kamu setiap kali begini? Bisakah kamu sekali saja, hanya sekali saja, sebelum kamu membuat keputusan, tanyakan dulu padaku, hanya sekali saja!”

“ Huhu, aku benar-benar sangat membencimu sekarang, aku membencimu ...”

William berdiri seperti sepotong kayu di depan Ellen, dan membiarkan kepalan tangan kecil Ellen memukul tubuhnya.

Tatapan yang penuh emosi Ellen menangis hingga wajahnya memerah, dan urat nadi berwarna biru di dahi pun menonjol.

Tidak diragukan lagi.

Ellen saat ini sangat sedih.

Dia perlu melampiaskan emosinya!

“ Aku sangat merindukan nenek, aku sangat merindukannya ...”

“ Aku masih, huhuu, aku masih belum sempat mengucapkan selamat tinggal padanya.”

“ Aku tidak pernah bilang aku tidak akan kembali denganmu. Aku ingin kembali denganmu. Tetapi bukan sekarang, bukan kembali seperti ini.”

Satu tangan Ellen memegang kain baju William dan tangan satunya lagi memukul bahunya.

Kerinduan dan rasa bersalah yang mendalam menyiksa Ellen.

Dia ingin segera kembali ke kota Rong dan tinggal bersama Nurima dan Dorvo, bahkan jika dia tidak bisa melakukan apapun lagi, tapi setidaknya, mereka sekeluarga bisa hidup bersama.

Apakah ada hal yang lain, yang lebih penting dari kebersamaan dalam keluarga?

Saat merasa kekuatan pukulan Ellen di bahunya berkurang, William menghela napas dan perlahan-lahan memeluk Ellen dengan kedua lengannya.

Ellen memberontak dalam pelukannya, bibirnya yang memerah karena menangis dan dengan suara membisu berkata, “ Lepaskan.”

William memeluk erat-erat pinggang Ellen dengan satu tangan, dan satu tangannya lagi membelai punggung Ellen, suaranya perlahan berkata, “ Kamu sangat marah sekarang, apapun yang aku katakan saat ini, kamu pasti tidak ingin mendengarkannya. Nanti kedepannya, kamu akan mengerti mengapa aku melakukan ini. “

Ellen mencibir dan tidak mau bicara.

Melihat Ellen membisu, William mengencangkan bibirnya, dan menatap kepala Ellen yang bersandar lemah di bahunya. “ Hari ini bangun terlalu pagi dan langsung berangkat. kamu juga sudah lelah, tidurlah dulu sebentar. “

Ellen berkedip, air matanya terus mengalir.

William berdiam diri selama beberapa detik, kemudian menggendong Ellen dan membaringkannya di tempat tidur.

William menatapnya dan kedua lengannya masih memeganginya, Ellen dengan amarahnya menutup mata.

William mengusap kedua sisi mata Ellen seperti air sungai mengalir, hatinya sedikit tergores, dan dia membelai lembut sudut mata Ellen dengan tangan besarnya, lalu mencium alisnya dengan hati yang sedih, barulah kemudian mengambil selimut dan menutupinya, duduk di samping tempat tidur, dan menatap Ellen dengan dalam.

Ellen tahu dia belum pergi, jadi dia tidak membuka matanya.

Tidak tahu apakah benar-benar sudah lelah, atau air matanya yang menutupi mata, dan dalam kebingungan, akhirnya terlelap juga.

William menunggu Ellen tertidur, kemudian dia pergi ke kamar mandi dan membawa handuk untuk mencuci wajahnya, dengan gerakan yang lembut mengusap kedua mata Ellen yang baru siap menangis, setelah itu, barulah dia berdiri dan meninggalkan kamar Ellen.

...

Baru saja William keluar dari kamar Ellen, dan Aron datang membawa setumpuk dokumen. Dia datang bersama tim khusus desain interior yang sebelumnya dipesan oleh William

William menjelaskan permintaan dan poin penting dalam renovasi kepada tim desain.

Tim desain yang Aron cari adalah tim desain kelas atas. Tentu saja, William tidak perlu terlalu banyak bicara. Dia hanya menyebutkan beberapa permintaan, dan mereka lebih kurang sudah mengetahuinya apa maksudnya.

Selanjutnya, William membawa Aron ke ruangan pustaka lantai dua.

Dalam ruangan pustaka.

Aron melaporkan secara rinci ke William hal-hal penting yang terjadi dalam pembukuan Perusahaan beberapa hari ini.

Selesai.

Aron menghela nafas dan menatap alis dinginnya William yang duduk di kursi bos, kemudian berbisik, “ ... Presdir, ada hal lain.”

William tidak menolehnya, hanya menghentikan sebentar jarinya pada lembaran dokumen.

“ ... Hasil akuisisi kita atas tanah Menshui dengan Perusahaan Luqing sudah keluar. Perusahaan Luqing yang mendapatkan hak atas tanah Menshui .” Aron selesai bicara, punggungnya mendingin.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Grup Perusahaan Dilsen kalah.

Dari dulu sampai sekarang Grup Perusahaan Dilsen selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan, kecuali Grup Perusahaan Dilsen tidak menginginkannya, dan selama ini tidak pernah terjadi hal yang seperti sekarang ini!

Lagi pula.

Perusahaan Luqing ini baru saja didirikan di Kota Tong dalam dua tahun terakhir dan mereka belum terdaftar. Namun, dalam akuisisi tanah Menshui ini, mereka berhasil melewati kompetisi, dan pada akhirnya “ merebut” tanah Menshui dari tangan Grup Perusahaan Dilsen ...

Beberapa hari ini, semua media di kota Tong melaporkan kejadian ini.

Dan media bahkan mengatakan bahwa dari awal hingga akhir suatu perkembangan akan menunjukkan hasil yang berbeda, dan sesuatu yang sudah berjalan lama, perfomanya akan menurun.

Mereka juga mengatakan bahwa Grup Perusahaan Dilsen tidak pernah terkalahkan selama ratusan tahun di Kota Tong, dan sekarang munculah Luqing di kota Tong sebagai perusahaan unggulan.

Kali ini Luqing mengalahkan Grup Perusahaan Dilsen dan menjadi pemenang terbesar dalam akuisisi tanah Menshui , yang merupakan langkah pertama bagi Grup Perusahaan Dilsen untuk turun dari “ puncak raja” di kota Tong.

“ Aku mengerti.”

Aron sudah menyiapkan mental untuk dikritik, tapi yang terjadi adalah William hanya meresponnya dengan beberapa kata yang begitu dingin dan tenang.

Aron tertegun, menatap William dengan tidak percaya.

Apakah presdir tidak memahami dengan benar perkataannya?

“ Apakah ada hal yang lain lagi?”

William menatap Aron dengan nada dingin.

“ ... Tidak.” Sudut bibir Aron bergerak dan berkata.

William kembali melihat dokumennya.

Aron tertegun dan berdiri sebentar disana, kemudian menggaruk kepalanya dengan canggung, lalu berbalik, dan berjalan keluar dari ruang pustaka.

Aron melangkah keluar dari ruang pustaka dan menutup pintu.

Dia berdiri di depan pintu, dan memikirkan sikap William.

Tetapi setelah berpikir sejenak, tidak ada apapun yang muncul dipikirannya.

Aron menggelengkan kepalanya dan menoleh ke pintu ruang pustaka.

Jadi karena begini, dia tidak bisa menjadi bos.

Karena dia tidak bisa menebak pikiran dan rencana seseorang sama sekali.

Aron memasukkan tangannya kedalam saku dan bergegas ke lantai atas. Dia harus kembali ke perusahaan dan memberi tahu para veteran, sehingga mereka tidak perlu lagi khawatir tentang kehilangan akuisisi ini, karena seseorang itu bahkan tidak peduli sama sekali.

...

Ellen tidur sampai tengah hari, Dia bangun setelah Darmi datang ke kamar dan membangunkannya untuk makan siang,

Melihat dia yang sudah terbangun, Darmi tersenyum, dan berbalik badan keluar dari kamar.

Ellen sedang berbaring di tempat tidur, mungkin menangis terlalu lama. Ketika dia membuka matanya, matanya terasa sakit.

Ellen bangun dan duduk di tempat tidur kemudian menatap kamarnya.

Kamar tidur ini persis sama dengan ketika dia pergi, kamar dengan penuh aroma bunga.

Ada juga, kertas ujian yang belum selesai di atas meja.

Setiap detail kecil terlihat seperti saat dia pergi.

Ellen sedang duduk di tempat tidur. Ada perasaan seperti dia tidak pernah meninggalkan peristiwa yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Tetapi ini hanyalah sebuah mimpi saja.

Ellen memperhatikan beberapa saat dan menggosok hidungnya, kemudian bangun dari tempat tidur, dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, Ellen pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian.

Pemandangan ruang ganti itu persis seperti yang dia pikirkan.

Itu persis sama dengan saat dia pergi, bahkan posisinya untuk menggantung seragam sekolah juga tidak berubah.

Ellen berjalan menuju ke arah baju seragam sekolah, kemudian dia mengambil dan menyentuhnya, dan di lubuk hatinya kemudian bernostalgia.

Ellen tidak bisa tidak berpikir.

Jika dia tidak pergi tahun itu, dia akan mengambil ujian masuk perguruan tinggi sesuai jadwal. Sekarang, dia mungkin masih kuliah ... seperti jalur kehidupan kebanyakan orang, tidak ada kejutan hidup yang tidak terduga.

Sayang sekali.

Di dunia, tidak ada jika.

Buat apa menyesal?

Ellen menarik napas dalam-dalam, dan meletakkan seragam sekolahnya. Dia mengambil sweter longgar berwarna kuning dan celana putih dari deretan pakaian yang tergantung di ruang ganti, kemudian meninggalkan ruang ganti, dan berjalan keluar dari pintu kamar.

...

Ellen melangkah keluar dari kamar dan mengedipkan matanya.

Um, itu karena cahayanya terlalu terang ...

Ellen perlahan-lahan berjalan ke depan pagar dan melihat ke bawah.

Lampu di ruang tamu tidak dihidupkan, dan dia mencium bau sinar matahari di lantai atas.

Ellen menoleh ke arah jendela dan menyadari besi yang menutupi jendela telah dilepas.

Ditambah dengan cuaca yang bagus hari ini, sinar matahari tembus melalui jendela-jendela besar dan pintu masuk, menghilangkan semua kesuraman yang dia rasakan ketika pertama kali memasuki rumah ini di pagi hari.

Perasaan Ellen yang sedikit tertekan tadi, sekarang sudah merasa jauh lebih baik.

“ Nona, cepat turun makan, kedua tuan muda sudah tidak bisa sabar menunggu.” Darmi keluar dari ruang makan dan melihat Ellen masih berdiri dengan linglung di lantai dua dan tersenyum.

“ ... Oh, segera kesana.”

Ellen menoleh ke arah Darmi, dia berbicara sambil turun ke bawah.

Di lantai bawah, saat melewati ruang tamu, Ellen melihat bantal boneka di sofa, mainan di atas meja di ruang tamu, dan tambahan dua pot tanaman hijau ...

Seluruh ruang tamu tampak sangat cerah dan tidak lagi membosankan dan berwarna hitam kaku.

Melihat tatapan Ellen, Darmi berkata, “ Ini dibuat khusus oleh tim desainer. Karena khawatir Anda dan para tuan muda tidak nyaman, Tuan membiarkan mereka pergi siang ini dan meminta mereka kembali lagi di sore hari.”

Ellen mendengarkannya, menatap Darmi, dan tidak bersuara.

Darmi juga tidak bersuara, keduanya berjalan menuju ruang makan.

Di ruang makan, Ellen hanya melihat dua anak kecil yang duduk di meja sedang menunggu untuk makan, tetapi dia tidak melihat William ...

Ellen mengedipkan matanya dan duduk di seberang Tino dan Nino.

Setelah Darmi mengambil nasi untuk Ellen, barulah dia meninggalkan ruang makan.

Sudut mata Ellen melihat Darmi keluar dari ruang makan dan mengerutkan kening.

Nino memasukkan bakso ke dalam mulutnya dan mengunyah, kemudian menghadap Ellen dan berkata dengan samar, “ Papa ada di ruang pustaka, dan Nenek Darmi berkata barusan bawahan papa mengambil banyak dokumen untuk papa kerjakan.”

“ ...”

“ papa sangat kasian, dia terlalu sibuk bekerja hingga tidak ada waktu untuk makan.”

“ ...”

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu