Hanya Kamu Hidupku - Bab 574 Selain Kamu, Tidak Ada Orang Lain

"Keadaan jelasnya aku juga tidak terlalu mengerti." Pani mengerutkan, berkata dan melihat Ellen.

Saat ini meskipun Pani sudah kembali dengan Sumi, tapi Ellen tidak tau bagaimana keadaan dua orang ini, jadi menahan perkataan yang ingin bertanya kenapa Pani tidak pergi menjenguk Siera dengan Sumail.

Ellen berpikir dalam hati, nanti harus menelepon bertanya Sumi bagaimana kondisi Siera, kalau tidak dia sungguh sedikit khawatir.

".............Ellen, apakah kamu ingin bertanya, kenapa tidak melihat bibi bersama Sumi?" Pani melihat Ellen sedikit mengerutkan kening tidak berbicara, menggigit bibirnya, bertanya pelan.

"Kamu tidak pergi tentunya ada alasanmu." Ellen menarik tangan Pani, "Pani, kamu bisa pulang, aku sungguh terkejut sekali. Tadi saat melihat detik itu, aku mengira aku berhalusinasi."

Pani menarik kembali kesadarannya, tersenyum melihat Ellen, "Aku sendiri juga tidak menyangka, bisa pulang secepat ini."

"Apakah masih akan pergi?" Ini yang paling Ellen pedulikan.

Tatapan Pani pasti, "Tidak."

Kedua mata Ellen memerah, meremas kuat tangan Pani, "Kalau begitu aku tenang. Kamu tidak tau, kamu tidak ada disini, aku bahkan tidak mempunyai seorang teman perempuan pun, aku kesepian sekali."

"Kamu mengira kamu saja yang kasihan, aku juga selain kamu tidak ada orang lain lagi." Pani mengangkat alisnya dan mendengus.

"Percakapan kita berdua membuat orang berpikiran macam-macam, yang tidak tau mengira kita berdua mempunyai hubungan apa bukan?"

"Cih~" Pani melihat perut Ellen, berdecak berkata, "Yaampun, perutmu ini juga terlalu besar bukan, merasa lebih besar 2 nomor dariku, tidak mungkin hamil kembar lagi bukan?"

Ellen juga melihat perut Pani, membandingkan seperti ini, menyadari perut Pani memang tidak begitu kecil dari perutnya, "..........Benar, mana mungkin lebih besar dari perutmu? Kamu sebulan lebih besar dariku bukan?"

"Ehn." Pani senyum, mengelus perut Ellen pelan.

"Perasaan ini, terlalu luar biasa." Ellen menatap Pani.

Pani tersenyum, "Benar, kita dua wanita hamil."

Ellen menarik ingus hidungnya, "Kalau aku lebih cepat tau kamu hamil, tidak peduli bagaimanapun aku tidak akan membiarkanmu sendirian di kota Yu. Juga salahku terlalu ceroboh, saat kamu video call denganku, aku sudah melihat wajahmu pucat, selalu tampak lemah, aku mengira kamu kelelahan bekerja, siapa menyangka kamu hamil. Kamu lihat kamu sendiri, sudah hamil tapi tubuhmu malah kurus begitu banyak..........Membuatku sedih saja."

Pani meliaht senyuman tenang Ellen, "Hanya sedikit kurus saja, tidak ada yang lain. Tapi kali ini pulang, aku tersadar akan beberapa hal."

"Apa?" Ellen melihatnya.

Pani menarik Ellen sama-sama bersandar di dalam sofa, perut mereka berdua terkena sepenuhnya.

Melihat ini, mereka berdua saling melirik, lalu tertawa sekali lagi.

Pani tertawa dan berkata, "Tidak peduli nantinya bagaimana perkembanganku dengan paman Sumi, aku tidak akan kabur seperti pengecut lagi. Atas dasar apa? Atas dasar apa aku haru kabur, aku harus bersembunyi? Aku tidak berutang dengan siapapun, juga tidak perlu takut dengan siapapun, aku hanya perlu menjadi diriku sendiri, berusaha membuat diriku menjadi lebih baik!"

"Ehn!" Ellen tetap menggenggam tangan Pani, "Betul kalau kamu berpikiran seperti itu!"

"Tapi,,,,,,," Pani mengangkat sudut matanya, menatap Ellen, "Apakah kamu akan meremehkanku? Dulu aku begitu yakin mengatakan tidak akan mungkin lagi dengannya, tapi saat ini dia muncul di hadapanku tidak sampai sebulan, aku sudah dengan mudah menjilat perkataanku sendiri, pulang bersamanya."

Ellen melihat air mata di sudut mata Pani, dengan pelan menghela nafas, "Apakah sepenuhnya tidak baik? Malah, aku merasa kamu sangat berani, aku bertanya diriku sendiri, aku tidak bisa seberani dirimu! Kalau kali ini paman Sumi masih melukaimu, yang aku remehkan adalah paman Sumi, bukan kamu!"

Pani menghela nafas, "Aku berani apa? Ini masih sebulan, aku tidak tau sudah menangis berapa kali di hadapannya, he, benar-benar cengeng!"

"Siapa bilang orang yang berani tidak boleh menangis?"

Perkataan sampai sini, Ellen sudah melirik ke lantai dua, mendekati telinga Pani, dengan pelan berkata, "Ku beritahu diam-diam, orang kuat seperti paman ketigaku, juga pernah menangis."

Pani menutupi mulutnya, matanya melototi Ellen, hanya ingin bilang, sungguh sulit dipercaya!

"Sebenarnya karena aku." Ellen menghela nafas pelan, sudut matanya sebenarnya masih terdapat kesedihan, melihat Pani sambil berkata,

Pani mengangguk, "Paman ketigamu sunggh sangat mencintaimu. Di dunia ini, mungkin juga hanya kamu yang bisa benar-benar melukai paman ketiga, mempengaruhi emosinya."

"Paman Sumi terhadapmu juga sama. Aku dengar paman ketiga dengan kakak keempat kakak kelima pernah mengatakan, paman Sumi demi kamu, empat tahun ini sedikit-sedikit langsung minum bir untuk melupakan masalah, memabukkan diri sendiri sampai tidak tau sudah masuk rumah sakit berapa kali. Dan juga............"

Ellen melihat Pani dengan seriusm "Sekarang lambung Sumi tidak baik, karena minum bir. Pani, aku bisa merasakan paman Sumi benar-benar mempedulikanmu.

Mendengar Ellen menceritakan Sumi minum bir, Pani teringat 8 bulan lalu Sumi di club Bintang minum sampai mabuk, lalu hatinya terenyuh, dengan pelan berkata, "Kalau bukan karena kepeduliannya, aku juga tidak akan kembali dengannya. Ellen, sebenarnya......."

"Ehn?" Ellen melihat wajah Pani ragu, bertanya dengan penasaran.

"..........Beberapa hari yang lalu, Sumi pingsan karena kandunganku terganggu masuk rumah sakit." Pani berkata sambil menggigit bibirnya.

Sebenarnya Pani tidak berencana memberitahu Ellen tentang ini, bagaimana juga dia harus menjaga muka Sumi.

Tapi Ellen memberitahunya, orang sedingin William saja pernah menangis......

Ditambah hubungannya dengan Ellen sangat dekat, hal seperti ini, kalau tidak memberitahunya mau memberitahu siapalagi? Apakah mungkin dirinya membeli diary dan menulisnya disana?!

Dia merasa, orang, terkadang harus saling berbagi beberapa hal.

Tentu saja, orang ini adalah orang yang dipercaya.

"Ha?"

Ellen terkejut sekali hampir terlonjak dari sofa, "Paman Sumi pingsan?"

Pani menariknya, "Kamu jangan menggebu-gebu sekali!"

"Sepertinya paman Sumi sudah cinta mati sama kamu!" Ellen masih terkejut, berkata sambil melihat Pani, "Sifat paman Sumi lembut, aku sepertinya tidak pernah melihat perubahan suasananya yang terlalu drastis. Tapi dia malah pingsan karena mengkhawatirkanmu! Kalau bukan mencintaimu sampai ke tulang-tulang, dia tidak akan selemah ini."

"Pemikiranku tidak akan bersama dengannya lagi mulai goyah sejak itu."

Ucap Pani dengan jujur, "Kalau tidak ada kali itu, setelahnya aku juga tidak akan terus terang memberitahunya apa yang terjadi di club Bintang malam itu."

"............Itu, sebenarnya aku juga lumayan penasaran apa yang terjadi malam itu. Sebenarnya kenapa, kamu jelas-jelas berencana menerima paman Sumi, hari kedua kamu malah buru-buru pergi dan juga mengandung anak paman Sumi, juga tidak mau memberitahunya." Ucap Ellen.

Pani melihat Ellen, "Sampai sekarang aku juga tidak ada yang harus aku sembunyikan......."

Pani menceritakan semuanya dari awal sampai akhir dengan pembicaraannya dengan Sumi semalam kepada Ellen.

Ellen mendengarnya, terdiam cukup lama, lalu melihat Pani berkata, "Aku sama sekali tidak tau tentang kakak Linsan keguguran."

"Saat itu kamu tidak berada di kota Tong, tentunya tidak tahu." Ucap Pani mengerutkan alis.

"Kalau seperti yang kamu katakan, alasan beberapa tahun ini paman Sumi berhubungan dengan kakak Linsan, bukan karena mereka mempunyai hubungan, tapi karena paman Sumi tidak ingin berutang kepadanya, jadi mencari dokter untuk mengobatinya."

Ellen melihat Pani, "Aku yang sudah salah paham kepada paman Sumi. Aku terus mengira dia tidak bisa melupakan kakak Linsan, sekarang tampaknya bukan seperti itu. Pani..........."

Ellen menggenggam tangan Pani, "Aku harus mengatakan ini sekarang. Waktu aku sangat kecil sudah kenal dengan kakak Linsan, kakak Linsan tidak hanya berteman dengan paman Sumi, juga berteman dengan paman ketiga mereka. Abaikan hal mendirikan usaha dan lainnya, meskipun hanya dari sudut pandang teman, juga tidak mungkin tidak mempedulikannya. Kamu jangan karena seperti ini langsung mencurigai perasaan paman Sumi terhadapmu! Aku tau paman Sumi, kalau paman Sumi bilang dia tidak mencintai kakak Linsan, yang dia cintai adalah kamu, maka itu pasti dari lubuk hati, tidak ada kepalsuan. Kamu tidak perlu curiga dengan hal ini."

"Ellen, aku bukannya tidak percaya dengannya, aku hanya keberatan, kamu mengerti tidak?" Ucap Pani kesusahan.

"Aku sangat mengerti kamu Pani. Tapi aku berharap kamu mengerti, asalkan hatimu dengan paman Sumi terhubung, melihat lawan sebagai satu-satunya untuk diri sendiri, saling mempercayai, maka tidak ada orang yang bisa merusak hubunganmu dengan paman Sumi! Hanya seorang Linsan, dia tidak pantas membuatmu sampai curiga dengan masa depanmu dengan paman Sumi! Kalau kamu sekarang karena Linsan, tidak bisa mempercayai paman Sumi sepenuhnya, buka hatimu sepenuhnya, pada akhirnya yang terluka adalah kamu dengan paman Sumi! Kalian akan menghabiskan banyak sekali waktu indah berdua! Waktu akan berkurang sedikit demi sedikit, kalau menghabiskannya maka sudah tidak ada lagi."

Perkataan Ellen ini, sebagai status dari orang yang berpengelaman dan juga pengalaman bersama dengan William.

Pani terdiam, menatap Ellen,

Berpisah 4 tahun lamanya, Pani tidak menyangka, Ellen tetap sangat mengerti dirinya.

Karena Linsan, dia sekarang memang masih ragu!

Jadi saat pesawat lepas landas di kota Tong, Sumi bertanya padanya, mau tidak kembali ke rumah keluarga Nulu dengannya, dia pun menolaknya.

"Pani, kamu adalah temanku satu-satunya, temanku paling baik. Kalau aku tidak yakin, tidak akan mengatakan ini kepadamu! Kalau bukan seperti yang kupikirkan, paman Sumi tidak akan menyatakan perasaan kepadamu seperti itu. Dia sangat mencintaimu. Dan kamu juga sama sangat mencintai paman Sumi, kalian saling mencintai, kenapa ada begitu banyak pertimbangan dan keraguan? Kalian harusnya bersama, harus bersama! Tidak peduli apa yang terjadi kedepannya, kalian sama-sama menghadapinya bukannya sudah selesai? Bagaimana menurutmu?"

Darah Pani sedikit mendidih oleh perkataan Ellen.

Ellen benar!

Dulu dia ragu, takut, karena dia mengira Sumi tidak mencintainya!

Tapi sekarang dia yakin, Sumi mencintainya, seperti dia mencintai Sumi!

Jadi dia..... kenapa mau ragu?

Kedepannya, apapun yang terjadi, mereka sama-sama menghadapinya saja bukan?

Pani menarik nafas dalam, pupilnya penuh tatapan yang yakin.

Pani menggigit bibirnya, mengeluarkan telepon dari sakunya, lalu menghubungi sebuah nomor.

Telepon berbunyi 10 detik lebih, lalu di ujung sana menjawab, "Pani, ada apa?"

"Kamu dimana?" Suara Pani terdapat semangat.

"Aku di rumah sakit. Kamu tidak apa-apa bukan?" Suara pria yang jernih itu juga ada kekhawatiran yang jelas.

"Rumah sakit mana?" Tanya Pani.

"Pani........."

"Rumah sakit mana?"

"...........Yihe."

Setelah mendapatkan jawaban, Pani memutuskan sambungan telepon, mata jernihnya melihat Ellen, "Ellen, boleh tidak menyuruh supir antar aku pergi ke rumah sakit Yihe?"

Ellen tersenyum, menggangguk cepat, "Tentu saja."

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu