Hanya Kamu Hidupku - Bab 24 Calon Istri

Senyum mengembang di bibir William.

“Ellen, kemari.” Samir melambaikan tangan pada Ellen sambil tersenyum.

“Mau apa?” Ellen tidak bergerak, ia hanya menatap Samir dengan tatapan panuh waspada.

Di antara beberapa pamannya, Samir yang paling suka mengerjainya.

“Kemarilah, paman Samir tidak akan memakanmu.” Samir tertawa.

Ellen hanya mencibir, sambil melihat kearah William.

William menerima tatapan dari Ellen, matanya yang dingin sedikit menyipit, lalu menepuk tempat duduk di sampingnya.

Ellen tersenyum, kali ini ia tidak ragu, langsung melangkah maju dan duduk disamping William.

Samir menggertakkan rahangnya, jarinya menunjuk Ellen dengan kesal.

Ellen hanya mengangkat bahunya, tangan kecilnya sengaja merangkul tangan William.

Bibir Samir mengkerut sambil mendengus, punya backing hebat ya, besok-besok dia juga mau mencari backing.

“Sebulan lagi adalah ulang tahunmu yang ke 18.” William menundukkan kepalanya menatap Ellen sambil berkata dengan lembut.

Ellen hanya melihatnya dengan bingung, “Lalu?”

“Jadi kami semua datang kemari untuk berdiskusi bagaimana merayakan ulang tahunmu.” Samir memangku kakinya sambil berkata.

“Ha?” Ellen terkejut, wajahnya agak memerah, ia berkata dengan nada agak malu, “Kita rayakan asal-asalan saja, aku masih kecil, tidak perlu dirayakan besar-besaran.”

“Justru harus dirayakan besar-besaran!” Samir berkata sambil mengangkat dagunya tinggi,”Ini merupakan ulang tahunmu ke 18, perayaan kalau kamu sudah dewasa, mana boleh dirayakan asal-asalan?”

Eeh….

Ellen melihat kearah William.

Bibir William melengkuh manis karena senyumnya, “Apa yang Samir katakan benar, ini merupakan ulang tahun pertama di usia dewasamu, tidak boleh asal.”

“Benar sekali.” Samir mengangguk dengan keras.

Ellen tidak harus mengatakan apa, ia melihat Sumi dan Ethan, namun siapa yang menyangka mereka berdua juga mengangguk setuju.

Ellen hanya mengetatkan bibirnya, seolah apa yang ia katakan tidak berguna, ia hanya melihat William dengan menurut, “Aku ikut paman ketiga saja.”

William tersenyum sambil mengelus kepalanya lembut.

Lalu mereka berempat mulai membahas pesta ulang tahun Ellen .

Mereka bertiga memberi ide, lalu William yang memutuskan.

Dan Ellen hanya duduk dengan diam di samping William mendengar mereka berdiskusi.

……

Malamnya, Samir dan yang lainnya makan malam di villa.

Mereka baru duduk di meja makan, tiba-tiba terdengar suara mobil dari luar villa.

“Siapa yang datang?” Samir melihat kearah William .

William mengkerutkan alis, kelihatannya dia juga tidak tahu siapa yang datang.

“Aku pergi lihat.” Ellen yang duduk di samping William berkata dengan pelan.

William menggenggam tangannya lalu melepasnya.

Ellen melangkah kearah pintu dengan cepat.

Belum berjalan sampai depan pintu, dua orang yang berpakaian trendy dan mewah muncul di depan pintu.

Melihat orang yang datang, langkah Ellen langsung terhenti, ia mengetatkan bibir melihat dua orang yang datang.

“Ellen .” Rosa melihat Ellen, menarik tangannya yang digandeng oleh Vania, ia menghampirinya dengan senyuman yang begitu lembut, lalu menggandeng tangannya dengan lembut, siang ini aku dan Vania membuat janji untuk shopping, lalu tadi ia bilang mau kesini untuk main dengan kakak ketiganya, jadi kami langsung kemari.”

Ellen mengangguk, “Kami sedang makan, kalian mau makan bersama?”

Rosa mengangguk pelan.

“Ayo.” Ellen berkata.

Rosa menoleh kearah Vania yang berdiri di depan pintu, “Vania, ayo cepat kemari.”

Ellen menyipitkan mata.

Nada bicara Rosa, kenapa terdengar seperti nyonya rumah disini ya?

Vania melirik Ellen dengan angkuh, lalu maju dan menarik Rosa dari samping Ellen, berjalan kearah meja makan, “Kakak ketiga, adik kandung juga calon istrimu sudah datang, tapi kamu sama sekali tidak menyambut.”

Calon…….. istri?

Alis Ellen yang indah mengkerut, kenapa kedua kata ini terasa begitu menusuk telinga.