Hanya Kamu Hidupku - Bab 625 Skil Munafik Terlalu Rendah

Pani membuat janji untuk bertemu di sebuah cafe di dekat SMA Weiran.

Meskipun cafe-nya kecil, tapi cafe tersebut memiliki tata letak sastra dan artistik.

Pani datang lebih dulu, sedangkan Linsan tiba setengah jam kemudian. Begitu dia memasuki cafe dan menemukan Pani, dia tersenyum "Akhirnya aku menemukanmu."

Linsan mengenakan gaun retro definisi tinggi dengan jaket edisi terbatas terbaru dari merek fesyen internasional. Ia juga membawa tas kulit berukuran kecil yang merupakan edisi terbatas. Datang ke cafe kecil ini, gaya kelas atas bersinar.

Pani tersenyum "Tempat yang kupilih agak terpencil."

Linsan menyeringai, mengulurkan tangan untuk mengibaskan rambut, menampakkan jam tangan wanita mahal dan seikat gelang yang dilihat saja sudah bisa mengetahui betapa mahalnya itu. Dia seolah takut jatuh, melangkah kecil menuju Pani.

Pani menatapnya sambil tersenyum "Kamu mau minum apa?"

Linsan mengangkat alis, pandangan sekilas menyapu cafe "Bolehkah aku minta segelas air?"

Pani pun meminta segelas air kepada bos.

Linsan akhirnya berjalan kemari, tetapi tidak duduk, kelihatan terpojok.

Pani masih tersenyum “Saat aku masih sekolah, aku suka nongkrong di sini bersama Ellen. Jangan merasa tempat ini agak tua dan kecil, serta sepi karena lokasinya yang terpencil. Bosnya adalah pekerja keras, dia selalu membersihkan cafe ini beberapa kali dalam sehari."

Linsan tidak mengekspresikan kejanggalan, dia akhirnya duduk.

"Apakah Nona Linsan pernah mengunjungi Pataya di penjara?"

Saat Linsan baru saja duduk, Pani langsung bertanya.

Linsan agak tertegun, menatap Pani.

Pani meniliknya, kedua sudut mulut terangkat "Kenapa? Bukankah Nona Linsan dan Pataya adalah teman? Pataya sedang dipenjara, sesuai hubungan Nona Linsan dan Pataya, menurutku Nona Linsan tidak mungkin tidak mengunjungi Pataya, benar?"

Linsan tersenyum ringan, meletakkan tasnya di bangku samping. Satu tangannya diletakkan di atas jam tangan di pergelangan tangan lainnya. Suaranya lembut dan halus "Dulu aku memang berteman dengan Pataya, tapi sejak dia melakukan hal seperti padamu, aku sangat kecewa padanya. Dia terlalu ekstrim dan bertindak sewenang-wenangnya. Aku tidak berani berteman dengannya."

“Perkataan nona Linsan sesuai dengan perasaan yang diberi Nona Linsan kepada orang bahwa Nona Linsan adalah orang yang lemah… … dan penakut.” Pani menatapnya.

“Dalam masyarakat kini, wanita lemah tidak begitu menarik perhatian. Lebih baik seperti Pani.” Linsan tersenyum lembut.

"Aku baik?" Pani berkedip "Aku bahkan tidak tahu apa yang baik denganku. Aku selalu bertindak sesuai dorongan sesaat tanpa mempertimbangkan konsekuensi. Terlebih lagi, aku tidak tahan menanggung emosi. Siapa yang menyinggung atau merugikanku, aku akan berusaha membalasnya. Aku berpikiran sempit dan suka dendam. "

“Lihatlah dirimu sendiri, kenapa kamu mendeskripsikan dirimu seperti ini?” Linsan menggelengkan kepala dengan tidak berdaya.

Pani menatap lurus ke arah Linsan "Aku tidak main-main. Kita ambil contoh masalah Pataya kali ini. Dia hampir membunuhku dan anakku, jadi aku membuat dia tidak pernah bisa muncul di depanku. Sisa hidupnya hanya bisa dihabiskan di penjara."

"Semua itu merupakan apa yang seharusnya ditanggung Pataya atas perbuatannya sendiri." Linsan tersenyum.

"Iya." Pani mengangguk. "Ini memang seharusnya ditanggungnya, tapi apakah kamu tidak merasa bahwa aku terlalu kejam padanya? Meskipun dia ingin membunuhku dan anakku, tapi dia tidak berhasil. Aku dan anak baik-baik saja, bagaimana dengan dia? Dia hanya bisa berjuang hidup di penjara, tidak akan pernah ada hari yang cerah lagi. "

Linsan terdiam, memberi Pani senyuman.

“Nona Linsan.” Pani tersenyum pada Linsan, matanya penuh dengan cahaya yang bersinar terang “Kamu bilang kamu ingin bertemu denganku. Kenapa sesudah kita bertemu malah hanya aku yang bicara, kamu juga bicara dong."

Pipi Linsan yang tersenyum sekilas berkedut, dia menurunkan kelopak, berkata "Aku selalu mengira bahwa kamu keberatan dengan hubungan pertemananku dengan Sumi. Tapi setelah bertemu denganmu hari ini, aku menyadari bahwa aku terlalu banyak berpikir."

“Kenapa?” Pani tersenyum.

Linsan membuka bibir "Alasan kenapa aku ingin bertemu denganmu adalah untuk memberitahumu bahwa aku selalu memperlakukan Sumi sebagai teman baik, saudara kandung. Perasaanku terhadap Sumi hanyalah perasaan sahabat dan keluarga, tidak ada yang lain. Kuharap kamu tidak keberatan."

Pani mengangguk pelan, menatapnya dengan mata berbentuk sabit.

“Sejak kami kenal sampai sekarang, kami bersama-sama mengalami banyak hal. Kami nyaris bersama-sama melewati seluruh masa muda. Dia selalu ada dalam ingatanku, aku juga percaya bahwa Sumi selalu memilikiku dalam ingatannya. Kami adalah teman satu sama lain, bahkan kerabat." Linsan memandang Pani dengan tulus.

Pani tidak berbicara, melainkan meminum jus yang ada di tangan.

Bulu mata Linsan terkulai, melanjutkan “Ayah dan ibuku meninggal bersamaan. Saat itu, aku sangat sedih dan pasrah. Aku selalu merasa langit akan runtuh. Sumi yang menemaniku, membantuku mengurusi segala hal pemakaman kedua orangtuaku, termasuk pemilihan lokasi pemakaman."

Jari Pani mengetuk cangkir, mendengarkan dengan diam.

"Saat itu aku sangat pesimis, terpuruk, bahkan menelantarkan diriku sendiri. Sumi melakukan banyak hal untuk membantuku bangkit kembali. Dia meluangkan waktu dari jadwalnya yang padat untuk menemaniku jalan-jalan, bersantai, minum dan menghiburku. Dia memberitahuku walau kedua orangtuaku meninggalkanku, dia akan tetap tinggal bersamaku dan tidak akan pernah meninggalkanku. Dia menyuruhku untuk maju dengan percaya diri, sementara dia akan menjadi dukungan paling solid di belakangku."

Air mata terharu berkaca-kaca di mata Linsan, senyuman hangat menghiasi sudut mulutnya. Dia memandangi Pani yang agak menunduk "Sebenarnya perusahaan pialangku saat ini juga didirikan atas bantuan Sumi. Dia berharap aku bisa memiliki sesuatu yang bisa dilakukan. Setelah memiliki urusan, aku pun bisa melupakan banyak masalah yang menyedihkan."

“Paman Sumi sangat baik padamu, begitu baik sampai aku hampir cemburu.” Pani terkikik.

Linsan menarik napas, mengedipkan air mata dari dasar mata, menatap Pani dengan sungguh-sungguh, bersuara serak "Jangan salah paham, Pani. Aku memberitahumu semua ini hanya untuk memberitahumu bahwa aku benar-benar hanya menganggap Sumi sebagai teman dan kakak. Aku sama sekali tidak memiliki perasaan cinta terhadapnya. Jadi aku benar-benar sangat berharap kamu tidak mengambil hati atas hubunganku dengannya."

Dari tadi Linsan mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan cinta terhadap Sumi, tetapi tidak mengatakan bahwa Sumi tidak memiliki perasaan padanya. Setiap katanya memberi tahu Pani betapa baiknya perlakuan Sumi padanya, berapa banyak pengorbanan yang dilakukan Sumi untuknya.

Harus dikatakan.

Skil kemunafikan ini terlalu rendah!

Bulu mata Pani bergetar, dia memandang Linsan dengan senyuman yang menghiasi seluruh wajah "Aku tidak salah paham. Paman Sumi benar-benar baik banget sama kamu, dia masih mencari dokter untuk merawatmu sekarang. Dia bahkan tidak takut aku akan cemburu dan bertengkar dengannya."

Mata Linsan memerah, kesedihan menutupi wajah cantiknya "Pani, Sumi sangat mencintaimu. Dia berusaha sekuat tenaga mencarikan dokter terkenal untukku, sebenarnya hanya untuk menebusku. Aku mengerti."

Pani menatap mata sedih Linsan "Menebus? Kenapa dia harus menebusmu?"

"... …" Linsan mengernyit, menatap Pani dengan heran dan sedih.

Pani meletakkan tangan sendiri di tangan Linsan dan menggenggamnya dengan sedikit kekuatan.

Linsan sekilas melihat tangan yang menindih tangannya, tidak menarik tangannya kembali, hanya melihat Pani dengan bingung dan sedih.

“Linsan, apakah kamu tahu kenapa aku mengundangmu ke tempat terpencil ini?” Pani tersenyum tawar.

Pani tidak lagi memanggil "Nona Linsan", tapi memanggil namanya.

Pupil Linsan menyusut, menggelengkan kepala dengan bingung.

“Karena di tempat ini kita tidak mudah bertemu orang yang merupakan kenalan maupun orang yang mengenalku dan kamu.” Pandangan Pani mengunci pada Linsan “Jadi kamu dan aku bisa berbicara terbuka tentang pesta pertunangan saat itu.”

Secerca cahaya melintasi mata Linsan dengan kecepatan kilat, dia menatap Pani dengan heran "Pani, apa maksudmu? Kenapa aku tidak mengerti?"

“Nona Linsan, aku tahu kamu sangat penting bagi Paman Sumi, kamu juga sangat menghargai Paman Sumi. Aku mengajakmu keluar karena aku ingin menyelesaikan masalah ini tanpa merusak hubunganmu dan Paman Sumi yang sudah bertahun-tahun." Ujar Pani.

"... … Pani, aku benar-benar tidak mengerti." Linsan bingung.

Pani merapatkan bibir "Aku tahu aku tidak menabrakmu saat itu, tapi kamu sendiri yang terbentur sofa dan menyebabkan keguguran."

Linsan menatap Pani, tidak berbicara untuk waktu yang lama.

“Selain kamu dan aku tahu tentang ini, ada satu orang yang juga tahu.” Kata Pani pelan.

"... … Pani, karena keguguran itu, aku tidak bisa hamil atau punya anak lagi selamanya. Aku tidak memaksamu untuk merasa bersalah padaku, tapi setidaknya kamu harus mempertimbangkan perasaanku yang tidak bisa menjadi ibu. Jangan memutarbalikkan fakta, melukaiku dan memfitnahku." Mata Linsan memerah, dahi juga memerah karena menahan emosi.

"Tanjing."

Pani menatap mata Linsan, melontarkan kata itu tanpa pertanda awal.

Mata Linsan membelalak, kemerahan di bawah mata semakin tebal, tatapan pada Pani membeku.

Pani merasakan tangan Linsan gemetar tak terlihat di bawah telapak tangannya.

Pani sekilas meliriknya, pegangan pada tangannya menjadi lebih erat, mata tertuju pada matanya yang bergidik "Linsan, aku tidak pernah memberi tahu Paman Sumi bahwa kamu sendiri yang menabrak sofa dan menggugurkan anak, karena aku takut Paman Sumi akan terluka. Dia pernah berkorban dengan tulus untukmu. Selama itu urusanmu, dia akan membantumu tanpa perlu basa-basi. Demi kamu, Paman Sumi bisa dikatakan mengupayakan seluruh energi. Linsan, kamu punya hati, tolong pikirkan pengorbanan Paman Sumi terhadapmu tanpa keluhan atau penyesalan selama bertahun-tahun. "

Tangan Linsan yang digenggam erat oleh Pani agak memucat.

Dia tidak meronta, Pani juga tidak melepaskannya.

“Linsan, aku memberi tahu hal ini padamu bukan supaya kamu mengklarifikasinya di depan Paman Sumi. Aku hanya berharap kamu tidak menyiksa Paman Sumi. Dia mengira aku yang menyebabkan kamu tidak bisa hamil, sehingga dia berusaha mencarikanmu dokter di seluruh penjuru dunia. Dia selalu tersiksa oleh rasa bersalah setiap hari."

"Setiap kali aku melihatnya seperti ini, aku ingin memberitahunya bahwa bukan aku yang mendorongmu saat itu. Tapi kata-kata yang sampai di mulut tetap saja tidak bisa dikeluarkanku. Aku khawatir Paman Sumi akan semakin terluka setelah mengetahui yang sebenarnya."

Pani memandang Linsan, iba yang dalam melayang di mata aprikotnya "Linsan, sejujurnya aku sangat iri dengan hubunganmu dan Paman Sumi yang sudah bertahun-tahun. Awalnya aku juga berharap Paman Sumi bisa putus kontak denganmu, tidak berinteraksi lagi selamanya."

"Tapi setelah bertahun-tahun, aku mengerti bahwa itu tidak mungkin. Seperti yang kamu katakan, kamu dan Paman Sumi adalah kerabat, kalian telah mengalami begitu banyak pengalaman bersama. Semua kenangan itu tidak ada aku. Walau aku sangat keberatan, aku juga tidak dapat mengubah fakta ini."

"Oleh karena itu, aku tidak bermaksud mempersulit diriku sendiri. Lagipula kamu dan Paman Sumi tidak akan pernah bisa putus kontak dalam hidup ini. Sebaiknya aku melepaskan keberatan dan prasangka yang ada di hatiku, membuka hati dan berteman denganmu. Dengan begitu, Paman Sumi tidak akan merasa kesulitan karena terjepit di antara aku dan kamu. Bagaimana menurutmu?"

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu