Hanya Kamu Hidupku - Bab 8 Bocah Itu Dari Kecil Dekat Dengan William

“ Vania, lihat dirimu sudah kurus begitu, sendirian hidup diluar tidak makan enak ya?”

Ellen baru saja berjalan sampai di depan pintu, sudah mendengar suara manja Louis Birming dari luar.

Louis adalah ibu dari William, yang mempunyai dua anak perempuan dan laki-laki.

Putra sulung bernama Demian, putri sulung bernama Mila, putra bungsu bernama William, dan si bungsu Vania .

Di antara mereka, Vania adalah putri Louis dengan ayah William, Vania yang dilahirkan ketika Gerald hampir berusia 50 tahun, bisa dibilang putri kecil.

Jadi Louis dan Gerald sangat memanjakan Vania .

Dua orang ini sangat memanjakan Vania hingga kelewatan.

Yang anehnya adalah Vania hanya dua tahun lebih tua dari Ellen .

Jadi ketika William memutuskan untuk mengadopsi Ellen, dia mendapat pertentangan dari Louis dan Gerald.

Dan yang paling anehnya.

Sejak hari pertama sampai di keluarga Dilsen, entah kenapa Vania sangat membencinya.

Hingga membuat Louis dan Gerald sangat tidak menyukai Ellen .

Dua tahun lalu Vania lulus SMA, dan dikirim William sekolah keluar negeri, pandangan Louis dan Gerald pada Ellen berubah banyak.

Tapi sekarang Vania sudah kembali……

Ellen menggeleng, menengadah memandang langit, merasa cuaca hari ini lumayan bagus.

Ellen tidak memilih untuk masuk, dia berbalik pergi ke taman belakang, menunggu kedatangan seseorang baru masuk kedalam.

……

Hampir pukul 6, William baru sampai dirumah.

William yang baru sampai diruang tamu, Vania yang melihatnya langsung bangkit dari sofa, mengangkat rok, dan bergegas menyambutnya dengan bahagia, “Kakak ketiga, akhirnya kamu datang.”

William tidak bergerak sedikitpun lalu melirik sekilas ke seluruh ruang tamu, dan tidak mendapati bocah itu.

William memegang bahu Vania, mendorong Vania menjauh dari lengannya, dan menatap Hansen yang duduk disofa, “Kek, Ellen kemana?”

“Begitu datang langsung Ellen, Ellen, sebenarnya siapa adik kandungmu!”

Vania berjalan ke sofa duduk dengan wajah cemberut, menggrutu tidak senang.

William memandang Vania, tapi itu hanya sekilas lalu memandang Hansen lagi.

“Si bocah Ellen tidak bersama denganmu?”tanya Hansen terkejut.

William mengerutkan kening tidak mengatakan apapun, lalu berbalik jalan keluar.

“Kakak ketiga……”teriak Vania marah mengepalkan tangan, melihat William yang mengabaikannya, dia menggertakkan gigi, bangkit lari mengejarnya.

“ Vania, mau pergi kemana?”

Louis bangkit dari sofa dengan tergesa-gesa dan menatap Vania yang mengejar William .

“Biarkan, bocah itu dari kecil dekat dengan William . mungkin karena takut William pergi, jadi pergi mengejarnya.”ucap Gerald.

Mendengar ini, Louis baru duduk kembali.

Louis mencemberutkan bibir menatap Hansen, “Aku takut Vania begitu bertemu dengan Ellen langsung ribut. Dua anak ini mungkin sejak dilahirkan sudah ditakdirkan tidak cocok, begitu bertemu langsung berkelahi.”

Setelah itu, Louis berkata, “Aku sampai sekarang tidak mengerti, William waktu itu kenapa mau mengadopsinya……”

“Cukup, bukankah sudah kubilang, jangan ungkit masalah ini lagi. Ellen meskipun tidak bermarga Dilsen, tapi dia anggota keluarga Dilsen, di hatiku dia sama dengan setiap orang yang ada dirumah ini.”

Tidak menunggu Louis selesai berbicara, Hansen mengerutkan kening dengan kencang dan mengatakannya dengan suara serius.

Louis menjawab, “Aku mengerti.”

Demian dan Mila yang duduk di sofa saling memandang dan berkata “Mengerti”, wajah mereka sedikit sedih.

……

Dibelakang taman, mata William yang dingin menatap Ellen yang duduk di ayunan.

Hanya saja Ellen menutup matanya, seolah tertidur.

“Kakak ketiga, tunggu aku, kak……”

William mengerutkan kening, dan menatap Vania berlari kearahnya.

Tatapan tajam itu berhasil membuat Vania tidak bersuara, dan berhenti ditempat.

“Paman ketiga.”

Meskipun William berhasil membuat Vania tidak berbicara, tapi tetap saja membangunkan Ellen .

Ellen menggosok matanya, melihat ke belakang ada William yang berdiri tidak jauh di belakangnya, lalu sudut mulutnya tersenyum manis.

William mendengar suara itu, lalu memandangnya, “Sini.”

Ellen mengangguk, turun dari ayunan, berlari kearah William .

Sesampai didepan William, Ellen menengadah memandangnya, lalu tersenyum lebar, “Kapan kamu pulang?”

“Barusan.”ucap William, menjulurkan tangan menggandeng tangannya.

Ketika melewati Vania, William berkata dengan dingin, “Kembali.”

“……oohhh.” Vania mencemberutkan bibirnya, menjulurkan tangan ingin menggandeng lengannya, tapi malah diabaikan.

Vania menggertakkan gigi, marah setengah mati.

Vania melototi tangan Ellen yang menggandeng lengan William, menghentakkan kaki sekuat mungkin, lalu mengangkat roknya mengejar dengan penuh emosi, memaksa menggandeng lengan William, sambil menatap kejam kearah Ellen .

Dari awal Ellen selalu mengabaikan tatapan Vania .

Jadi sekarang ini Ellen juga memilih untuk terus mengabaikan tatapan provokatif Vania .

Vania menyipitkan mata dengan marah dan ingin menjulurkan tangan mencekik Ellen sampai mati.

Tapi Vania tidak bisa mencekiknya!

Karena jika Vania mencekiknya, dia tidak akan jauh dari tanggal kematiannya sendiri, siapa suruh dia punya seorang kakak yang “Pilih kasih”!

Setelah berjalan sebentar, mata Vania tiba-tiba berbinar, menengadah memandang kearah Ellen, tiba-tiba dengan suara keras berkata, “ Ellen, panggil tante muda, aku mau dengar.”

Ellen, “……”speechless!

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu