Hanya Kamu Hidupku - Bab 96 Sungguh, Sangat Merugikan

Mendengar itu membuat hati Louis bergetar.

Hansen dan Gerald juga melihat ke arah William.

William masih memasang wajah yang sulit ditebak, pandangannya terarah jelas ke Louis dan yang lain.

Ellen menutup mulut melirik William, dalam hati dia tahu walaupun bagaimana besar emosi dia, tapi pasti tidak akan melakukan hal yang tidak wajar kepada Vania, jadi dia tidak ikut campur, dengan perlahan meletakkan barang-barang di sisinya ke meja di depan.

“William, kamu lihat ini sudah dekat tahun baru, bagaimana kalau kita sekeluarga melewati tahun baru dengan damai?” Louis mengeluarkan suara rendah, berbicara dengan anaknya menggunakan nada bicara bernegosiasi .

“Aku ingin melewati dengan damai, tapi ada orang yang tidak ingin.” William berkata dengan datar.

Ada yang tidak ingin?

Pemikiran pertama Louis adalah Ellen.

Matanya melihat ke arah Ellen.

Ellen termenung, untuk apa melihat dia?

Bukan dia yang tidak ingin!

“Ellen, masalah terakhir kali, Vania sudah tahu salah, dia beberapa hari ini ada merenungkan, kamu lihat, hari ini kami datang, dia tidak berani ikut datang.”

Kata-kata Louis ini ada sedikit menyalahkan, seolah-olah menyalahkan Ellen terlalu keras kepala.

Saat kecelakan, mengatakan tidak akan menyalahkan siapa pun, bersikap lapang dada, sekarang sudah ada orang membantu di belakang, tiba-tiba ingin perhitungan.

Louis mengernyitkan dahi, melihat ke Ellen.

Ellen merasa di fitnah!

Hanya bisa menyalahkan seseorang, berbicara tidak jelas, membuat orang salah paham!

Ellen menekan bulu matanya yang panjang, melihat ke Louis, “Nenek, masalah itu sudah berlalu. Dan aku tahu tante muda bukan sengaja, aku benar-benar tidak menyalahkan dia.”

“Jadi … …”

“Ma, kalau saja wajah Vania yang di buat cacat oleh Ellen, kalian akan bagaimana?” suara William yang tadinya datar berubah menjadi dingin, merasa sangat tidak puas terhadap kelakuan Louis.

Louis tertegun, melihat ke arah William.

William berekspresi dingin, “Kalau saja kejadian itu terjadi pada Vania, apakah kalian akan melepaskannya saja tanpa menggores beberapa kali pisau di wajah Ellen? Masih bisa menganggap angin berlalu seperti sekarang ini, tidak peduli?”

“……” Wajah Louis menegang, melihat Ellen.

Ellen terus melihat ke bawah, wajahnya terlihat pucat.

Hati Louis bergetar, tidak bisa menghindar dan juga tidak tahan lagi.

Walau bagaimanapun, kalau Ellen dan Vania bertukar posisi, takutnya juga benar-benar tidak bisa diselesaikan dengan mudah seperti ini.

Jangan katakan dia dan Gerald, dia sangat mengerti sifat putrinya, yaitu Vania, juga tidak akan melepaskan begitu saja, tidak akan berhenti sebelum membuat keributan di keluarga Dilsen.

Jadi terhadap kata-kata William, Louis tidak bisa membantah.

Gerald mengernyit,” Masalah sudah terjadi, Vania adalah adik kandungmu, apakah kamu juga ingin menggoreskan pisau di wajahnya?”

“Kalian pikir aku tidak pernah berpikir begitu?” suara William mendalam, tatapan dinginnya membuat semua orang susah bernapas.

Louis melemaskan wajahnya, “William, walaupun bagaimanapun kesalahan Vania, dia adalah adikmu.”

William mengernyit lebih dalam, menatap Louis, “Apakah karena dia adikku makanya bisa bertindak semaunya?”

“……Vania, Vania sudah tahu salah……”

“Tahu salah?” William mendengus, “Aku lihat rasa bersalah dia yaitu bersenang-senang di Paris!”

“Tidak ada hal itu. Adikmu, dia tidak enak bertemu dengan Ellen, jadi baru bersembunyi ke Paris, ingin menunggu Ellen sembuh baru kembali pulang. Dan lagi, adikmu melewati beberapa hari ini di Paris dengan tidak nyaman…..”

“Ma.”

William tiba-tiba memanggil Louis.

Louis tertegun, kedua matanya melihat William.

“Apakah aku harus menyebutkan jadwal perjalanan Vania selama di Paris?”

“……” Louis tidak bisa berkata-kata lagi.

Sebenarnya tidak perlu jadwal perjalanan.

Melihat status media sosial Vania pun sudah tahu.

Vania setengah bulan ini berjalan-jalan di Paris, juga memotret banyak foto di toko, semuanya, semuanya di bagikan di status sosial medianya.

Bagaimana ini bisa terlihat seperti sedang merenungkan penyesalan?

“Ellen, kamu katakan, mau bagaimana baru bisa melepaskan Vania?” Wajah Gerald sangat gelap, matanya melihat ke Ellen.

Yang dia katakan adalah melepaskan... bukan memaafkan!

Alis Ellen berkerut, lalu mengangkat bulu matanya memandang wajah Gerald yang serius, bibirnya bergerak, berkata dengan ringan, “Kakek, kata-kata anda terlalu serius, aku tidak pernah berpikir menyuruh siapapun bertanggung jawab.”

Gerald menarik bibir, tidak peduli,” Kamu dan Vania dari kecil sudah tidak akur, kali ini Vania tidak sengaja merusak wajahmu, kalau hal ini di selesaikan dengan damai, tentu akan sulit untukmu. Langsung saja katakan, kamu ingin bagaimana?”

Ellen memijat jarinya.

Dia mengerti maksud Gerald.

Selama ini, Vania dan dia tidak akur, berlawanan, dan di matanya, itu karena dia yang duluan memulai, Vania tidak bersalah.

Jadi kali ini wajahnya di rusak oleh Vania, dia juga tidak ingin dengan mudah melepaskannya, ingin menyulitkan Vania, tidak ingin masalah ini berlalu begitu mudah.

Tapi Tuhan tahu, dia sebenarnya tidak pernah berpikir begitu!

Mengarang cerita untuk menutupi kesalahan.

Ellen menarik napas, menarik bibirnya, bola matanya yang besar melihat William yang ekspresi wajahnya tidak senang, “Paman Ketiga, apakah bisa jangan dibicarakan lagi?”

“Tidak bisa!” William keras kepala!

“Kenapa kamu tanya paman ketigamu? Masalah ini kamu yang tentukan.” Gerald menyipitkan mata, berkata.

Ellen mengencangkan bibir bawahnya, matanya yang hitam mengeluarkan uap air yang tipis memandang William.

Sungguh, sangat merugikan!

Tangan William yang diletakkan di atas sofa memutih pucat, berkata, “Setelah tahun baru, Vania harus segera ke Kanada, sebelum lulus sekolah, tidak boleh kembali!”

Louis terkejut, “Kenapa harus begitu?”

“Tidak bisa dirundingkan lagi.

“Jika Vania ingin pergi maka pergi, jika tidak maka tidak, siapapun jangan memaksa dia!” Gerald berkata dingin.

“Coba saja!” suara William mulai tenang.

“William!”

Gerald sangat malah sampai berdiri dari sofa.

“Duduk!”

Hansen yang belum mengeluarkan suara melihat Gerald berdiri dari sofa, wajahnya gelap, langsung berteriak.

Tuan Besar memang Tuan Besar, cukup mengagumkan.

Satu kata saja bisa membuat orang di ruang tamu terdiam.

Gerald menaikkan alis melihat Hansen.

Hansen melirik Gerald, “Duduk!”

Gerald menarik bibir, kembali duduk.

Wajah Louis muram, menatap sedih suaminya dan anaknya.

Hansen menutup mata, masalah ini sangat mencemaskan.

Tapi itu bukan karena William, melainkan Gerald.

Putri sendiri terlebih dahulu melakukan kesalahan, sudah datang, tidak bisa mewakili putri mengucapkan kata-kata baik, bersikap rendah hati dan meminta maaf? Untuk apa menjadi ayah!

Lagipula, kata-kata yang dia ucapkan tadi apakah pantas?

Hansen kali ini sangat ingin mengembalikan Gerald ke dalam perut ibunya membentuk ulang! Kalau saja ibunya masih hidup....

Berpikir seperti ini, lalu teringat lagi pasangan yang sudah meninggal.

Dalam hati Hansen sangat kecut, dia pergi sangat cepat, meninggalkan orang-orang tidak memiliki otak, dia benar-benar merasa sangat jengkel!

Menenangkan hatinya, Hansen menghela napas melihat William, “William, kamu lihat begini bisa tidak, aku akan menyuruh Vania datang dan membayar sendiri ke Ellen?”

“Pa ......”

“Tutup mulutmu ! Apa kamu merasa belum cukup keonaran ini?” Hansen melirik Gerald dengan pandangan marah, dimana otaknya?

Gerald menahan matanya, menoleh ke arah lain.

Hansen berdeham, menarik napas sedikit, melihat William dengan pandangan berdiskusi, “Boleh tidak?”

Ellen juga melihat ke William.

Sebenarnya dia tidak butuh Vania datang meminta maaf kepada dia, tapi kalau dengan begini bisa membuat seseorang tidak mengungkit masalah lagi, maka lakukan saja seperti itu, dia pikir akan lebih bagus.

Ekspresi wajah William dingin, kedua bibir tipisnya menutup, tidak mengeluarkan suara.

Tapi menyetujui perkataan Hansen.

Pada akhirnya, Vania kali ini memang tidak sengaja melukai Ellen, mereka bedua juga saudara kandung, William juga tidak akan berbuat apa-apa pada Vania.

Tentu saja, kalau saja dilakukan dengan sengaja, maka itu hal yang berbeda.

Melihat William menyetujui, Hansen menghela napas, mengernyit melihat Louis.

Louis merasa sulit.

Berdasarkan sifat Vania, bisa minta maaf dengan baik adalah hal yang aneh!

Tapi sampai saat ini, pilihan yang tersisa hanya meminta maaf.

Lalu, Louis hanya bisa memberanikan diri menelpon Vania, menyuruh dia cepat datang kemari.

Vania mengira William tidak menyalahkan dia lagi, dengan hati gembira datang ke paviliun.

Tidak sampai 40 menit, Vania masuk dengan mengenakan gaun baru, langsung berjalan ke pelukan William.

Hanya saja saat orangnya belum dekat dengan William, sebuah tatapan dari William membuat dia tidak mendekat.

Jantung Vania bergetar hebat, dengan cepat berhenti, wajahnya yang gembira menegang, menatap William dengan malu, “Kakak ketiga.”

“Vania, minta maaf ke Ellen.”

Hansen langsung saat itu mengatakan pada Vania.

Vania,“……”

Terkejut melihat Hansen, kedua matanya dengan jelas menampakkan kata-kata--- kenapa harus?!

Wajah Hansen serius, “Cepat!”

“Aku tidak mau!” Vania menggoyangkan badannya, menolak.

“Kamu...”

“Pa, aku akan bicara dulu dengan Vania.”

Louis melihat Hansen murka, dengan cepat membawa Vania pergi, menarik tangan Vania berjalan ke arah toilet.

“Ma, kamu ngapain? Ada masalah apa sampai tidak bisa dibicarakan di sini?” Vania tidak sabar menjawab.

Louis memelototinya, “Kamu ikut saja.”

“......” Mulut Vania merosot.

Louis melihat dia seperti ini, merasa sangat pusing.

……

Toilet.

“Apa? Kakak ketiga ingin aku pergi ke Kanada, dan tidak boleh kembali sebelum tamat?” Vania melihat Louis dengan tatapan terkejut dan kecewa.

Louis mengangguk, “Jadi Vania, kamu turuti kata-kata mama, bersikap lembut pada kakak ketigamu, minta maaf ke Ellen, em?”

“Kenapa aku harus meminta maaf ke Ellen? Mama, aku lah putri keluarga Dilsen, aku adik kandung kakak ketiga, Ellen dia termasuk apa, apakah dia bisa menanggungnya jika aku meminta maaf ke dia?!” Vania melipat tangan di dada, berkata dengan emosi.

Louis menarik ujung bibir dengan cepat, “Apa yang kamu katakan, kali ini memang kamu yang salah, apa salahnya jika kamu yang meminta maaf? Dan juga, kakekmu sudah bilang beberapa kali, Ellen adalah orang keluarga Dilsen, sama denganmu, kamu meminta maaf ke dia, kenapa dia tidak bisa menanggung?”

Vania menarik napas dalam, tidak rela berkata, “ Ma, aku tidak akan meminta maaf ke Ellen, paling tidak aku setelah tahun baru pergi ke Kanada dan tidak akan kembali lagi!”

Mendengar dia mengancam dengan menggunakan kata-kata “Tidak kembali lagi”

Wajah Louis berubah dingin, yang semula mennggenggam tangan dia, melihat wajah Vania beberapa detik, berkata dengan datar,” Terserah kamu saja.”

Setelah selesai berbicara, Louis berjalan menunduk keluar dari toilet, benar-benar tidak memperdulikan Vania lagi.

Vania tertegun.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu