Hanya Kamu Hidupku - Bab 230 Cinta Dia Sangat Dalam Dan Kuat

Iya, hasilnya pasti tidak akan mengecewakan. (* __ *)

Sore hari, Ellen menyelesaikan laporan wawancaranya kepada Samir, berpikir tentang besok pagi sudah bisa menyerahkan laporannya kepada direktur, Ellen pun akhirnya bisa menghela nafas lega.

Setelah selesai menulis laporan, waktu sudah sekitar jam 4 5 sore, Ellen melakukan stretching tubuh dan wajahnya tiba-tiba memerah ketika berpikir tentang mau mencari William malam ini.

Ellen pergi ke kamar untuk keramas, setelah mencuci rambut, Ellen keluar dari kamar mandi dengan handuk membungkus rambutnya, tetapi siapa tahu Samsu Ming malah berada di dalam kamar.

Jantung Ellen berdebar dengan kuat.

Dia baru saja selesai mandi, sekarang hanya mengenakan sebuah gaun mandi, karena tidak menyangka ada yang di kamar, Ellen tidak mengikat gaun mandinya dengan erat........ Melihat keberadaan Samsu Ming, Ellen langsung mengikat tali gaun mandinya dengan erat, api kemarahan memenuhi di tatapan Ellen, dia melirik ek Samsu Ming dan berkata, "Keluar!"

Samsu Ming sepertinya baru kembali dari luar, penampilannya terlihat agak berantakan.

Bahkan jasnya yang biasanya selalu rapi pun terlihat agak keriput.

Samsu Ming sepertinya juga tidak menyangka Ellen sedang mandi tadi, karena.... jam segini memang terlalu pagi untuk mandi.

Tangan Samsu Ming yang berada di dalam saku celana mengerat, wajahnya yang biasanya polos dan elegan bahkan dipenuhi dengan alis mengerut.

Samsu Ming menyipitkan matanya dan melihat dari kaki Ellen yang putih ke arah atas, tatapannya berhenti sejenak di leher Ellen yang putih, kemudian akhirnya berhenti di wajah Ellen yang memerah karena marah.

Tatapan Ellen memiliki kemarahan yang lembut seperti seekor kucing, penampilan ini memang sangat mempesona.

Samsu Ming menjilat bibirnya sendiri secara tidak sadar dan tatapannya terhadap Ellen pun mendalam.

Melihat gerakan Samsu Ming, Ellen langsung mengerutkan alisnya, " Samsu Ming, anak kecil sekarang saja tahu bagaimana menulis kata menghormati!"

Samsu Ming menatap Ellen dengan tatapan yang berisi kagum, suka dan sedikit kegelapan, kemudian dia berkata, "Setiap kali kamu melihatku, aku selalu memiliki perasaan seolah-olah yang kamu lihat bukan Samsu Ming, tetapi seekor binatang"

Sudut bibir Ellen bergetar.

"Apakah kamu tidak bisa bersikap lebih ramah kepadaku? Ellen, kamu coba pergi keluar mencari tahu, di kota Rong siapa tidak akan berkata aku adalah orang yang paling bijaksana dan anggun? Mengapa sampai di matamu, aku berubah menjadi begitu memalukan?" Samsu Ming mengerutkan alisnya dan melirik Ellen dengan tatapan yang tidak senang.

"Kalau kamu benar-benar bijaksana, kamu tidak akan terus memasuki kamar tidur wanita tanpa izin!" Ellen mengerutkan alisnya.

Mendengar kata-kata Ellen, Samsu Ming menjilat bibirnya dan berpikir dan serius setelah itu dia berkata, "Sepertinya benar juga"

Ellen, "........"

"Kalau begitu kecuali kamu!"

Samsu Ming berkata dengan nada suara seolah-olah sedang memberikan berkah kepada Ellen, "Sayangku, selain bersikap tidak bijaksana kepada kamu, aku bersikap sangat bijaksana kepada semua orang"

Wajah kecil Ellen bergemataran beberapa saat, dia mengigit giginya dan melirik ke Samsu Ming, "Apakah aku harus mengucapkan terima kasih?"

"Tidak perlu"

Samsu Ming menyipitkan matanya dan berkata sambil menghampiri Ellen dengan cepat, "Kamu cukup bekerja sama denganku saja"

Pong---

Hidung Samsu Ming hampir saja tertabrak dengan pintu.

Dia berdiri di depan pintu kamar mandi dengan wajah gelap, menatap ke bayangan hitam yang terpancar dari kaca dengan tatapan marah, wanita ini bahkan bisa bereaksi begitu cepat dan berani menghindarnya terus!

"Sayangku, aku hanya bercanda saja" Samsu Ming tertawa.

" Samsu Ming, jangan membuatku benci kepadamu!"

Suara marah Ellen berdering dari dalam.

Samsu Ming menarik nafas dan memasang ekspresi tegas, "Agnes, aku baru saja kembali dari luar kota, hal pertama yang kulakukan setelah pulang adalah mencarimu, aku bahkan tidak pulang rumah duluan. Aku benar-benar menempatkanmu ke dalam hatiku"

Di dalam kamar mandi.

Ellen menyandar di pintu kamar mandi dengan bahu yang masih gemetaran.

Tadi Samsu Ming tiba-tiba menghampirinya, kalau bukan karena reaksinya cepat......

"Keluar, biarkan aku melihatmu dengan teliti. Setelah beberapa hari tidak bertemu denganmu, aku kangen kepadamu" Nada suara Samsu Ming tiba-tiba menjadi lembut lagi, kemudian dia memukul pintu kamar mandi dengan lembut.

Suara ketukan pintu membuat Ellen menarik nafas dan menoleh ke arah pintu, "Samsu Ming, aku sudah berkata banyak kali, aku tidak menyukaimu"

Setelah Ellen berkata, Samsu Ming hening beberapa saat, tetapi Ellen tahu bahwa Samsu Ming masih belum meninggalkan kamar.

"Kamu tidak menyukaiku karena kamu merasa aku mendekatimu itu karena kekayaan dan kekuasaan keluarga Nie kalian. Tetapi Agnes, mungkin kamu belum mengerti kondisi keluargamu. Aku tidak membantah bahwa kalau aku menikah denganmu, hal ini bisa membantu posisi keluarga kami di kota ini. Tetapi hal yang sama juga, keluarga Nie kalian juga membuntuhkan kolaborasi seperti ini. Kalau tidak, dalam beberapa tahun ini aku mendekatimu, semua orang mengetahui, kamu tidak menyukaiku, bahkan merasa kamu membenciku. Tetapi Kakak dan nenekmu tidak pernah berkomentar tentang hal ini juga kan?"

Ellen melihat ke arah lantai.

Jelas, Ellen sendiri juga mengerti semua ini.

"Kakak dan nenekku tidak akan memaksaku melakukan hal yang aku tidak suka" Ellen berkata dengan suara kecil.

"Mereka sayang kamu, tentu saja mereka tidak akan memaksamu. Tetapi apakah kamu benar-benar merasa mereka tidak ingin kamu bersama denganku? Dalam beberapa tahun ini aku mengejarmu, Kakak dan nenekmu terus mempertahankan sikap netral, berkata dengan kelas, kalau kamu benar-benar menerimaku, mereka akan mendukung. Agnes, bagaimanapun kamu adalah generasi muda keluarga NIe, kamu seharusnya tahu, berada di dalam keluarga seperti kita, jangankan pernikahan, setiap hal di dalam kehidupan kita itu tidak akan bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita" Pada saat berkata tentang hal ini, nada suara Samsu Ming terdengar kesepian.

Ellen menjilat bibirnya dan tidak berbicara.

"Agnes, apakah kamu tahu seberapa bersyukur aku merasa setelah mengenal kamu? Aku sangat bersyukur orang itu adalah kamu. Karena kamu, aku memiliki harapan terhadap pernikahan. Aku benar-benar menyukaimu" Samsu Ming berkata dengan perlahan.

Ellen melihat ke arah belakang dan berkata dengan suara tenang, "Tetapi aku tidak memerlukan kesukaan seperti ini"

Mungkin saja Samsu Ming benar-benar ada menyukai Ellen, tetapi kesukaan Samsu Ming itu tidak tulus.

Kalau misalnya Ellen bukanlah generasi muda keluarga Nie, Ellen yang memilliki dua anak sekarang mana mungkin bisa mendapat perhatian Samsu Ming ?

Mungkin karena pernah dicintai oleh William dengan keras dan dalam, permintaan Ellen terhadap cinta juga menjadi sangat tinggi.

Sementara Ellen juga percaya bahwa di dunia ini tidak akan ada William kedua yang bisa memberikan Ellen kisah cinta seperti ini.

Kalau tidak ada kisah seperti ini, Ellen tidak akan mau.

Ellen lebih memilih menjalani kehidupan sendiri daripada harus bersama dengan orang yang tidak tulus dan melewati hari-hari tanpa berarti.

Setelah Ellen berkata, Samsu Ming pun tidak berkata lagi.

Setelah beberapa saat, Samsu Ming baru berkata dengan dingin, "Semoga kamu bisa terus mempertahankan pemikiranmu"

Ellen mengerutkan alisnya, "............."

Samsu Ming meninggalkan kamar.

Ellen keluar dari kamar dan langsung mengunci pintu kamar.

Menyandar di pintu kamar beberapa saat, Ellen menarik nafas dalam dan mulai mengeringkan rambutnya sebelum pergi ke ruang pakaian.

Setelah memakai baju, Ellen mendengar suara getaran ponselnya yang berada di atas meja.

Setelah melihat nomor yang tertera di layar, tatapan Ellen memancarkan cahaya terang, setelah menghela nafas berat, Ellen baru mengangkat tombol menerima telepon, "Paman ketiga"

"........"

Mendengar panggilan Ellen, orang yang berada di sebelah telepon tiba-tiba tidak bersuara.

Ellen yang merasa bingung melihat ke ponselnya dan tertawa secara diam-diam setelah melihat nomor yang tertera di layar.

Kemudian Ellen meletakkan ponsel ke telinganya lagi, pada sat itu suara baru berdering, "Kamu, kapan mau datang?"

Meskipun telah berusaha menahan, suara Ellen tetap terdengar bergetar, "Tidak tahu"

Mendengar suara Ellen, orang itu menahan nafasnya, "Kamu tahu aku yang telepon?"

".........Apanya?" Ellen berpura-pura bodoh.

"Pura-pura lagi!" Suara William agak dingin, sepertinya dia sedang mencoba menutup kegugupannya.

Ellen tidak bisa menahan dan tertawa.

Sementara William mengigit giginya dengan kuat.

Karena takut WIlliam marah, Ellen pun berhenti tertawa setelah beberapa saat, "Paman ketiga, kamu meneleponku dengan ponsel Kakak kelima ya? Ini adalah nomor Kakak kelima"

William, "........." Ingin menekan leher Ellen.

"Iya" Ellen mengeluarkan sebuah batuk kecil sebelum menambah, "Oh iya paman ketiga, nomor ponsel kamu itu berapa, beri tahu aku, biar aku menyimpannya"

"....... Kamu minta dipukul ya?" William memerahinya.

Ellen mengeluarkan lidahnya dan duduk di atas kursi, "Sepertinya aku harus menunggu Tino mereka bangun baru bisa keluar"

"Mereka bangun jam berapa?" Suara William terdengar risau.

Hal ini membuat Ellen tertawa, dia berkata dengan suara lembut, "Mungkin harus jam 10 lewat"

William pun tidak bersuara lagi.

Sudut mulut Ellen pun tertarik semakin lebar, "Paman ketiga, sore tadi aku sedang menulis laporan, belum sempat menemani Tino mereka main, sekarang aku mau menemani mereka dulu, sampai jumpa nanti malam"

Ellen berkata dengan cepat dan mematikan telepon tanpa memberi William kesempatan untuk berbicara.

Setelah itu, Ellen tertawa dengan suara berpikir tentang reaksi William yang frustrasi.

Setelah beberapa saat, melihat William tidak menelepon lagi, Ellen baru meletakkan ponsel di atas meja dan meninggalkan kamar untuk pergi mencari Tino dan Nino .

Siapa tahu.

Pada saat Ellen baru jalan keluar dari kamar tidur, Ellen sudah mendengar suara marahan Nurima dari ruang tamu lantai bawah, suaranya terdengar marah dan sakit hati, "Keluarga kami tidak ada anak sepertimu, aku juga tidak memiliki cucu sepertimu!"

Jantung Ellen mengerat, dia berjalan ke dekat tangga dan melihat ke arah ruang tamu lantai bawah.

Seorang wanita sedang berlutut di depan Nurima .

Mendengar Nurima berkata cucu tadi....

Berarti wanita itu adalah Eldora Nie?!

"Eldora tidak ada muka meminta nenek memaafkanku. Eldora hanya ingin pulang menjenguk nenek karena kangen kepada nenek, melihat nenek sehat, Eldora sudah tenang" Suara Eldora terdengar sangat pahit.

Pada saat itu, wajah Nurima yang tua dan berkeriput sudah dibasahi oleh air mata.

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu