Hanya Kamu Hidupku - Bab 84 Semuanya Menyukai Gadis Yang Lebih Kecil

Sore hari, William tidak keluar lagi, dia menangani pekerjaannya di ruang kerja.

Ellen masih duduk belajar diantara sofa dan meja.

Keduanya sibuk dengan kerjaan masing-masing, saling tidak mengganggu, sangat harmonis.

Pada jam lima, Sumi membawa seorang guru les datang.

William dan Ellen turun ke bawah, langsung melihat seorang wanita yang terlihat lebih tua dari Darmi sedang duduk tegap di sofa, terlihat sangat serius, sangat.......erhmm.... kuno!

Gigi Ellen terasa sakit.

Sama seperti murid lain, Ellen paling takut dengan guru yang begitu serius.

Sedangkan William sepertinya sangat puas, menatap Sumi dengan tatapan memuji.

Tatapannya itu sepertinya sedang mengatakan: Dari awal kamu seharusnya mencari yang seperti begini!

Sumi tersenyum.

Darmi membawakan dua gelas teh dan dua gelas jus, dia menyerahkan dua gelas teh pada William dan Sumi, kemudian menyerahkan jus pada Ellen dan guru itu.

“Aku minum teh saja.”

Guru les mendorong jus yang diserahkan Darmi dan berkata.

Darmi melihatnya, tersenyum dan berkata, “Oke, aku akan menggantikannya untukmu.”

Guru les mengangguk, “Terima kasih.”

Darmi tersenyum, mengambil jus itu dan berjalan menuju ke dapur.

Ellen diam-diam menelan ludah.

Ini sangat mengerikan!

“Ellen, ini adalah Gu Lihua, guru Gu.” Sumi memperkenalkannya kepada Ellen.

Ellen segera mengangguk, berdiri dan membungkukkan tubuhnya, memberi hormat pada Gu Lihua, “Guru Gu.”

William dan Sumi, “......”

Gu Lihua mengamati Ellen dari kepala hingga kaki, mengangguk dengan serius, “Ya.”

Ellen menggerakkan bibirnya, menegakkan punggungnya dan duduk.

“Kita janji dulu, aku tidak nginap, aku akan datang pagi jam delapan dan pulang jam enam sore.” Gu Lihua langsung menatap William dan berkata.

“Boleh.” William berkata, “Aku akan menyuruh seseorang menjemputmu di pagi hari.”

“Tidak perlu, aku bisa menyetir sendiri.” Dia berkata.

Ellen membuka lebar matanya.

Dia terlihat sudah berusia sekitar tujuh puluhan, apakah tidak masalah dia menyetir sendiri?

Namun, dia merasa dirinya sangat luar biasa!

William mengangkat alis sebelah kanan, dan tidak mengatakan apapun.

Sumi tersenyum, “Guru Gu adalah mantan kepala sekolah universitas G, dia telah menerbitkan banyak buku tentang pengajaran di kantor penerbitan, dan pernah berpartisipasi dalam pengeluaran soal ujian perguruan tinggi selama beberapa tahun.”

Sangat hebat!

Ellen menatap Gu Lihua, hatinya semakin merasa hormat.

Itu adalah masalah dulu, tidak perlu sengaja membicarakannya.” Gu Lihua berkata.

“Apa yang kamu katakan benar.” Sumi tersenyum.

“Hari ini datang terutama untuk melihat situasi. Sekarang aku sudah mengerti situasinya, jadi tidak perlu terlalu lama berada di sini, besok aku akan datang tepat pada waktu jam delapan.”

Selesai berkata, Gu Lihua melihat Ellen dan berkata, “Aku tidak suka menunggu orang. Jadi, sebelum aku datang, kamu harus menjamin dirimu sudah bangun.”

“Ya!”

Ellen hampir saja bersumpah.

Gu Lihua mengangguk dan berdiri.

Ellen tertegun dan segera bangun.

Gu Lihua menatapnya, “Tidak perlu antar.”

“Ini yang seharusnya aku lakukan, silakan.”

Ellen berjalan menuju keluar, berdiri di luar dan berkata pada Gu Lihua.

Wajah Gu Lihua sepertinya tersenyum, tetapi tidak terlihat jelas, tanpa mengatakan apapun, dia mengangguk pada Sumi dan William, lalu berjalan menuju ke arah pintu.

Ellen mengikutinya seperti seorang bawahan.

Melihat Ellen mengantar Gu Lihua keluar, Sumi tidak menahan diri tersenyum dan berkata pada William, “Dia benar-benar hanyalah seorang anak.”

William tidak membantah.

Terdengar suara mobil dinyalakan dari luar Villa.

Hingga tidak terdengar suara apapun, Ellen baru menundukkan kepalanya, dan masuk dari luar.

William menyipitkan matanya, wajahnya yang tampan menatap Ellen dengan lembut dan manja.

Ellen datang dan duduk di sofa, punggungnya menyandar ke sofa, “Guru Gu lebih luar biasa daripada Direktur pengajaran di sekolah kami.”

“Apa benar begitu mengerikan?” Sumi tersenyum.

“Tidak, bukan mengerikan, itu adalah suatu kesucian dan tidak boleh disentuh.” Ellen berkata.

Sumi mengangkat alis, dan ingin mengatakan sesuatu.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara ceria dari luar.

“Ellen, aku sudah datang, cepat datang menyambutku.......”

Sumi tertegun, kemudian muncul senyuman di matanya.

Ini, apakah ini adalah jodoh?

“Itu adalah Pani!”

Ellen langsung turun dari sofa, sosok tubuh yang lembut bergegas menuju ke luar.

“Ellen, ah Tuhan, wajahmu bengkak bagaikan kepala babi!”

William mengerutkan kening, mencibir dan menatap Ellen.

Sumi berkata, “Cukup terus terang!”

William mendengus.

“Pani, apakah kamu datang mengejekku?” Ellen tidak tahu harus tertawa atau menangis.

“Hehe.... meskipun bengkak seperti kepala babi, Ellen tetap adalah yang tercantik.”

“Pernyataan ini terlalu sulit dipercaya, siapa yang wajahnya bengkak akan tetap cantik?!”

Ellen menggandeng tangan Pani dan masuk ke dalam.

“Makanya aku bilang kamu spesial, kamu adalah orang pertama.....”

Tiba-tiba suara Pani berhenti.

Ellen ditarik olehnya, tertegun dan menatapnya dengan curiga.

Pani membuka lebar matanya, mulutnya juga sedikit terbuka, menatap takjub ke arah sofa di ruang tamu.

Ellen merasa aneh, menatap mengikuti arah pandangannya, dia langsung terlihat Sumi yang duduk bersandar di sofa, yang sedang duduk tersenyum menatap Pani.

Mata Ellen berkedip.

Jadi sekarang apa situasinya?

……

Di ruang tamu.

Ellen dan Pani duduk di sofa tunggal, sedangkan William dan Sumi duduk di sofa panjang di sebelah sofa tunggal.

Ellen menyipitkan matanya dan menatap Sumi.

Begitu Pani muncul, Sumi tidak pernah mengalihkan pandangan darinya.

Dan mengapa tatapannya begitu licik?

Seolah-olah ingin memakan si Pani!

Ellen mendengus dan berkata, "Paman Sumi, teh di depanmu sudah dingin, apakah kamu ingin meminumnya?”

Sumi melirik Ellen dengan tatapan malas dan tersenyum, “Paman Sumi belum merasa haus sekarang.”

Ellen diam-diam memutar bola matanya ke atas dan berkata pada Pani yang agak tegang, “Pani, ayo pergi ke kamarku.”

Pani mengangguk, "Oke."

“Paman, aku naik ke atas bersama Pani.” Ellen berkata pada William.

William mengangguk.

Ellen membawa Pani naik ke atas.

Sumi menyipitkan matanya, melihat Ellen dan Pani naik ke atas, mereka berdua masuk ke kamar Ellen, dan ada sesuatu yang bergerak dengan cepat di depan matanya.

“Masih belum mau pergi?” William menatap Sumi dan berkata.

“Tidak pergi, aku akan tinggal untuk makan malam.” Sumi menyilangkan kakinya, dan tersenyum.

“Apakah aku mengundangmu?” William mengangkat alis.

Sumi menatapnya, “Tidak masalah, aku berwajah tebal.”

William menggerakkan sudut mulutnya, dia bahkan mengucapkan kata-kata seperti wajah tebal, apa lagi yang bisa dia katakan?

……

Lantai atas, kamar Ellen.

Ellen dan Pani duduk di ranjang dengan kaki bersilang.

Pani membuka lebar matanya melihat kain kasa di wajah Ellen dengan hati-hati, suaranya yang lembut bergumam dengan khawatir, “Mengapa begitu serius? Apa yang Vania gunakan untuk melukaimu?”

"CD," Ellen memegang tangannya dan berkata.

"Tidak heran!" Pani mengerutkan kening, “Apakah ini akan meninggalkan bekas luka?”

Tatapan Ellen agak suram, “Aku tidak tahu.”

Pani tertegun, melangkah mundur, dan memandangnya, “Sebenarnya kalau ada bekas luka juga tidak apa-apa, bisa melakukan pembentukan wajah, ini hanya pembentukan ulang bukan operasi plastik.”

Ellen mengangguk, “Aku juga berpikir seperti itu.”

“Haiks.” Pani menghela nafas dan memandang Ellen dengan penuh simpati, “Tahun ini benar-benar kurang beruntung. Menurutmu apakah kamu telah dikutuk, mengapa begitu sial akhir-akhir ini?”

Ellen mengangkat bahu, “Jangan bicara tentang aku, ceritakan tentangmu padaku.”

"Aku?" Pani tertegun, lalu tersenyum, “Tidak ada yang ingin kukatakan."

“Hiks. Masih berpura-pura denganku. Mengatakan yang sejujurnya, apa yang terjadi diantara kamu dan Paman Sumi? Ellen mengangkat dagunya dan bertanya.

“... Apa yang bisa terjadi padaku dan pamanmu? Dia lebih tua dua tahun dari paman ketigamu, sudah tiga puluh dua tahun, dia hanyalah seorang pria tua.” Pani mencibir dan berkata.

Ellen memutar bola matanya ke atas, “Sudah mengatakan sampai begini, masih berani bilang tidak ada hubungan apapun bersama Paman Sumi?”

Berhenti sejenak kemudian Ellen terus berkata, “Namun aku tidak setuju dengan perkataanmu, Paman Sumi bukan pria tua, usia 31 tahun adalah masa terbaik bagi seorang pria, mana tua?”

“Sudahlah, kalau bukan karena pamanmu, bagaimana mungkin kamu akan berpikir seorang pria berusia tiga puluhan tahun bukan pria tua? Aku tidak akan percaya itu!” Pani berkata.

“Uhuk uhuk.” Ellen batuk, wajahnya memerah, dan kembali ke topik semula, “Jangan mengalihkan topik pembicaraan, ayo katakan, apa yang terjadi padamu dan Paman Sumi?”

“……”

Pani mengerutkan kening, menatap Ellen dengan tatapan rumit.

Mungkin merasa selain Ellen, dia juga tidak dapat memberitahu siapapun, jadi dia menghela nafas dan berkata, "Apakah kamu masih ingat, terakhir kali Ayahku mengajakku makan malam?”

Ellen berpikir sejenak dan mengangguk, “Yah, masih ingat. Ada apa?”

“...... Hari itu Ayahku memberitahuku perusahaannya terjadi masalah besar, dan hanya aku yang bisa membantunya.” Pani menertawakan dirinya sendiri, “Aku hanyalah seorang siswa sekolah menengah, apa yang bisa aku lakukan?”

Ellen mengerutkan kening, tidak menjawab, dia mendengarkan apa yang dikatakan Pani.

“Aku memberitahu ayahku, meskipun dia menjualku, aku juga tidak dapat membantunya, lalu apakah kamu tahu apa perkataan yang dikatakan ayahku?” Pani mengangkat alisnya dan tersenyum memandang Ellen.

Ellen melihat matanya berlinang, dia menggenggam erat tangan Pani, “Apa kata ayahmu?”

Pani menarik napas dan menjilat bibirnya, “Dia bilang, ada seseorang bersedia berinvestasi 200 juta untuk membantu perusahaan menangani kesulitan, tetapi syaratnya adalah aku harus menikah dengannya.”

“......” Ellen mengerutkan kening, “Kamu sudah menyetujuinya?”

Pani menggelengkan kepalanya, “Belum.”

Ellen menghela nafas lega, memandang Pani, dan perlahan-lahan berkata, “Apa hubungan masalah ini dengan paman Sumi?”

Pani mengedipkan matanya, menatap Ellen dan tidak mengatakan apapun.

Melihat situasi ini, Ellen menarik nafas, “Apakah orang itu adalah paman Sumi? Dia yang memintamu untuk menikah dengannya?”

Pani menurunkan bahunya dan mengangguk.

Ellen terkejut dan tidak dapat mengatakan apapun!

Dan dia juga teringat suara pria yang dia dengar dari telepon Pani pada siang tadi, itu adalah Sumi.

Ekspresi wajah Ellen agak rumit.

Paman dan dia, lalu Paman Sumi dan Pani.......

Apakah para pria semuanya menyukai gadis yang lebih kecil dari mereka?

Mengapa semakin berpikir, dia merasa semakin mengerikan......

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu