Hanya Kamu Hidupku - Bab 525 Gaun Yang Dirobek

Gaya berpakaian Pani selalu kasual dan biasa, tidak mewah dan tidak membuat orang merasa aneh, yang paling penting adalah harus cocok.

Bukan Pani tidak ingin berdandan, tetapi dia tidak mempunyai waktu dan energi.

Banyak orang tidak pernah melihat penampilan Pani yang dirias dengan teliti dari rambut sampai riasan dan pakaian.

Semua orang menyampingkan prasangka mereka, Pani hari ini terlihat sangat cantik!

Kesadaran kuat untuk kecantikan Pani, yang merasa paling tersinggung adalah Linsan dan Pataya.

Kenapa merasa tersinggung?

Karena mereka merasakan ancaman dan tekanan dari Pani!

Berkata dengan adil, tidak ada pria yang tidak akan merasa Pani cantik dan luar biasa ketika mereka melihat penampilannya sekarang.

Hal ini sepertinya juga sama untuk Sumi yang menyukai Pani.

Yuki melihat ke Pani dengan mata menyipit, sudut matanya memancarkan cahaya berisi kekaguman secara tidak sadar diri. Pria mana yang tidak merasa tersentuh dan menyukai gadis yang muda dan menarik mata?

Bahkan permusuhan dan ketidaksukaan di mata Tanjing pun menghilang.

Tidak tahu ponsel siapa mulai bergetar.

Hal ini sukses mengalihkan perhatian yang berkumpul pada Pani.

Semua orang menarik nafas dan melihat ke ponsel berwarna merah yang terletak di atas meja.

Setelah menatap ke arah tersebut 2 detik, Linsan pun menoleh ke Lira, "Kak Lira, ponselmu"

"Ponselku?"

Lira melepaskan Pani dan melirik ke ponsel yang di atas meja.

Linsan pun mengambilnya dan menyerahkan kepada Lira, "Sepertinya tante Siera menelpon kamu"

Lira mengambil telpon dan mengangkatnya, "Bu"

"Lira, apakah Pani sudah bangun?" Suara Siera yang agak tertekan berdering melewati telpon.

Lira menyipitkan matanya dan menoleh ke Pani, "Iya, sudah bangun"

"......." Siera berhenti beberapa detik, "Lira, ibu ada satu tugas mau berikan kepada kamu"

Lira melihat ke Pani dan merasa firasat yang tidak baik, "Iya"

Siera berbicara.

Wajah Lira pun memucat, tangannya yang memegang ponsel menjadi mengerat, tatapannya langsung mengalih dari Pani, kemudian dia berputar balik badan dan suaranya terdengar agak ringan, "Aku sudah tahu"

Telpon berakhir.

Lira meletakkan ponsel ke depan dadannya dan menarik nafas dengan kuat.

"Kak Lira, apakah kamu baik-baik saja?" Tatapan Linsan kepada Lira memancarkan ketajaman untuk sesaat.

"Tidak apa-apa"

Lira memegang ponselnya dengan erat, memejamkan matanya dan menarik nafas kemudian menoleh ke Pani dengan sudut mulut terangkat, "Pani, aku ada urusan harus keluar sebentar"

Pani mengangguk.

Jari Lira bergetar sejenak, kemudian dia tersenyum lagi kepada Pani dan menambah, "Nanti Sumi akan datang membawa kamu ke tempat acara"

Pani mengangguk lagi.

Tatapan Lira memancarkan cahaya, sudut bibirnya sudah menjadi kaku secara tidak sadar.

Dia menahan diri dan menoleh ke Linsan mereka selama dia masih bisa mengontrol diri, "Aku ada urusan harus pergi sebentar, kalian duduk saja"

Linsan mengnagguk dengan senyuman, "Kamu pergi sibuk saja, tidak perlu peduli kami"

Lira tidak berkata apa lagi, dia berdiri di tempat dengan kaku selama beberapa detik sebelum berjalan ke arah pintu dengan cepat.

Pani menoleh ke arah pintu dengan tatapan kosong yang melamun.

Pak.

Pintu tertutup lagi.

Bulu mata Pani bergetar, tatapannya mengalih dari pintu ke Linsan mereka.

Selain Yuki yang sedang menatap ke arah luar pintu sambil melamun, tatapan semua orang berkumpul lagi pada Pani.

Lira tidak ada.

Jadi Pataya pun malas mau berpura-pura lagi, dia mengangkat alisnya kepada Pani dan berakta, "Kak saudara, aku pertama kali melihat kamu berpakaian seperti ini, ternyata kamu cantik juga!"

Pani melihat ke Pataya dengan diam.

Linsan melihat ke Pataya sebelum berjalan ke Pani dengan senyuman, "Pani, hari ini kamu benar-benar sangat cantik. Sumi pasti akan terkejut waktu melihat kamu nanti"

Melihat Linsan berjalan ke arah Pani, Tanjing yang khawatir Pani akan melakukan tingkah laku kasar kepada Linsan juga ikut berdiri dan mengikuti di sisi Linsan seperti seorang petugas keamanan.

Pataya melipat tangannya di depan dada dan berdiri dari sofa, Yuki juga ikut berdiri dengan mendadak.

Pataya melihat Yuki dengan aneh.

Yuki tertawa, "Aku tiba-tiba teringat dengan sesuatu yang aku lupakan tadi, aku pergi urus dulu. Sampai jumpa di acara nanti"

Setelah itu, Yuki pun berjalan ke arah pintu.

Pintu ruangan tertutup lagi.

Pataya menggembangkan bibirnya dan menghampiri Pani dengan perlahan, "Kakak Linsan, selama ada kamu, sepertinya tuan Nulu akan sangat kesulitan untuk terkejut dengan kecantikan wanita lain"

Mendengar kata-kata Pataya, Linsan tidak membantah dan cemas lagi seperti dulu, malahan dia tersenyum kepada Pani, "Hari ini Pani tidak hanya adalah wanita tercantik di antara kita, di acara nanti dia juga adalah wanita yang paling bersinar"

Pani melihat ke Linsan dan Pataya tanpa berkata apa pun.

"Kak saudara, kami sedang berbicara dengan kamu, kenapa kamu tidak mengatakan apa pun? Hari ini kamu adalah tuan rumah, kami adalah tuan yang diundang kalian. Mau bagaimanapun bukannya kamu harus menyambut kami dengan senang? Sekarang satu kata saja tidak mau berkata, apa maksud kamu?" Pataya berdiri di samping Linsan.

"Pani terlihat sangat capek, kita jangan meminta terlalu banyak. Dia tidak menyambut kita tidak berarti dia tidak senang dengan kedatangan kita, iya kan Pani?" Linsan berkata.

Pani bersuara dengan ekspresi datar, "Kalau aku berkata aku senang dengan kedatangan kalian dan kalian bisa meninggalkan ruangan ini, biarkan aku sendirian, maka aku akan berkata, aku sangat senang dengan kedatangan kalian. Sudah puas?"

Mungkin karena benar-benar merasa capek, Tanjing hanya mengerutkan alisnya ketika dia mendengar kata-kata Pani.

Malahan Pataya yang langsung bersikap emosional, "Pani, ini adalah cara kamu menyambut tamu yang kamu mengundang untuk menghadiri acara pertunangan kamu ya?"

"Aku tidak mengundang kalian datang. Kalau kalian merasa sikapku tidak baik, silahkan pergi mencari orang yang mengundang kalian untuk menyambut kalian dengan baik" Pani berkata dengan tatapan dingin.

"Apa maksud sikap kamu ini?" Pataya melirik Pani dengan marah.

"Kamu juga sudah berkata tadi, acara hari ini adalah acara tunangan aku, aku adalah tuan rumah. Meskipun yang mengundang kamu bukan aku, aku tetap memiliki hak untuk persilahkan kalian pulang, ini adalah sikapku!" Pani berkata dengan tidak sabar.

"Tuan rumah? Kamu memiliki wajah menyebut dirimu sebagai tuan rumah di depan kakak Linsan? Pani, jangan-jangan kamu polos sampai mengira Tuan Nulu memilih untuk bertunangan dengan kamu karena benar-benar menyukai kamu? Kamu mau membohongi dirimu sampai kapan? Kalau bukan kakak Linsan telah menikah, masih ada masalahmu?"

Pataya menunjuk ke Pani, "Persilahkan aku pulang? Bagaimana kamu mau mempersilahkan aku pulang? Menuangkan air ke aku lagi seperti di rumah sakit kemarin? Pani, tingkah laku kamu ada perbedaan apa dengan gadis nakal seperti Snow?"

Berkata dengan jelas.

Tujuan kedatangan Pataya itu karena dia masih marah kepada masalah Pani menuangkan dia air kemarin dan membuat dia terlihat malu di depan Sumi, tujuan kedua adalah acara tunangan Pani dan Sumi hari ini membuat Pataya sangat iri dan membenci, dari dalam hati dia tidak ingin acara hari ini berlangsung dengan lancar, dia sangat iri kepada Pani, sangat iri!

Iri dan dengki orang dewasa masih bisa sedikit terkendali, tetapi justru iri dan dengki pada usia Pataya sekarang yang paling mengerikan!

Karena tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan mereka lakukan karena dorongan iri dan dengki.

"Pataya, kalau kamu ada penyakit, pergi makan obat! Aku bukan orang tua kamu, jadi jangan bersikap liar seperti ini di depanku, aku tidak akan bersikap toleransi kepada kamu seperti orang tuamu!" Setelah berkata, Pani pun berjalan ke arah pintu, bermaksud meninggalkan ruangan.

Kalau mereka tidak mau pergi, biarkan Pani yang pergi saja!

"Berhenti di sana!"

Pataya bergegar menuju Pani sambil berjerit.

Nadi di sisi dahi Pani tiba-tiba meloncat, dia melirik ke Pataya dengan tatapan marah.

Pataya yang terkejut pun segera mundur satu langkah, tetapi jarinya tetap menunjuk ke Pani, "Pani, kamu harus meminta maaf kepadaku!"

Pani melihat ke Pataya.

Dia tidak tahu yang memiliki pemikiran yang salah dan kecerdasan yang lemah itu dia atau Pataya!

Sudut pandang Pani terhadap dunia ini berhasil diperbarui lagi karena Pataya!

Yang penting, kalau bukan Pani yang aneh, berarti yang aneh itu Pataya.

Linsan berdiri di samping dengan diam, kali ini dia tidak bermaksud mau menjadi 'orang baik'

Malahan Tanjing yang berkata, "Nona Zhao, hari ini adalah acara tunangan abang Nulu, kalian kakak adik ada masalah apa juga harus tunggu sampai acara selesai"

Tanjing tidak menyukai Pani, tetapi dia semakin tidak menyukai Pataya.

Setidaknya Pani dan Sumi adalah hubungan dimana mereka ikhlas dengan sesama, Pataya ini termasuk apaan?

Mendengar kata-kata Tanjing, bulu mata Linsan bergetar sejenak, "Kata-kata Jing Jing benar. Pataya, anggap saja melihat mukaku, ada masalah apa pun, bahas setelah acara selesai, boleh?"

"Tidak boleh!"

Pataya melirik ke Pani, "Pani, segera meminta maaf kepada aku sekarang!"

"Mimpi!" Pani berkata dengan dingin dan alis mengerut.

"Kamu masih berani berkata begitu setelah menuangkan sebaskom air kepadaku di rumah sakit! Mengapa kamu tidak meminta maaf kepada aku?"

Pataya bergegas ke depan Pani dan menarik gaunnya dengan kuat, "Pani, minta maaf kepada aku, kamu harus mmeinta maaf kepada aku, kalau tidak aku tidak akan melepaskan kamu hari ini!"

"Pataya, kamu benar-benar sudah gila!" Pani adalah seorang gadis yang sering bekerja paruh waktu, tenaga dia tentu saja lebih kuat daripada gadis biasa.

Melihat Pataya sengaja mencari masalah dengan dia, Pani langsung memegang tangannya dan mendorognya dengan kuat tanpa berpikir panjang.

Pataya jatuh duduk di atas lantai, gaun yang dia kenakan juga ikut terlepas.

Ini adalah pertama kali Tanjing melihat Pani memulai tangannya, dia melihat ke Pani dengan tatapan kaget.

Tatapan Linsan terhadap Pani tenggelam.

"Ah..."

Pataya sudah menggila, dia menjerit dan berdiri lantai kemudian bergegas ke Pani lagi.

Dia menabrak dada Pani dengan kepalanya, rasa kesakitan membuat Pani menarik nafas dingin dan mundur ke belakang 2 langkah.

"Pani, aku beri tahu kamu, aku itu tidak mudah diganggu! Hari ini aku akan menghabiskan kamu!"

Sambil menggunakan kepalanya untuk menabrak Pani dengan kuat, Pataya menarik gaung Pani dengan kuat.

Gaun yang kelas tinggi pun tidak sanggup ditarik dan robek seperti ini.

Dalam waktu sejenak, Pani pun mendengar suara gaun dirobek.

Mata Pani memerah, kesabaran dia sudah mencapai batas.

Tanjing menyaksikan seluruh proses, dia melihat siapa yang benar dan salah, melihat Pataya merobek gaun Pani sampai menjadi sangat berantakan, alis Tanjing mengerut dan dia menghampiri mereka untuk memisahkan kedua orang itu.

Tetapi, sebelum dia sempat bergerak, Linsan yang berada di sisinya sudah bergegas menuju Pani.

"Pergi sana!"

"Ah...."

"Ah...."

Ting---

Suara jeritan ketiga wanita beserta suara pintu hotel terbuka dari luar dengan kartu kamar berdering pada waktu yang sama.

Setelah 3 detik.

Suasana di dalam kamar jatuh ke dalam keheningan yang mematikan.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu