Hanya Kamu Hidupku - Bab 462 Cara Menghibur Dia

Sandy juga sedikit tertegun, kedua matanya beralih dari koran yang dipegang ditangannya, melihat ke arah pintu luar.

Tidak sampai 10 detik, sebuah bayangan pria tinggi muncul di pintu.

Sandy saat itu membeku, buru-buru berdiri dari sofa, “Sumi?”

Bibir Sumi terangkat, tersenyum ramah kepada Sandy, “Sumi langsung datang tanpa memberi tahu terlebih dahulu, apakah Paman akan menyalahkan Sumi terlalu berani?”

“Mana bisa?”

Senyum di wajah Sandi tidak bisa ditahan, dengan langkah cepat berjalan ke pintu, “Ayo masuk, ayo masuk.”

Sumi sedikit mengangguk, berjalan masuk.

“Bibi Yumari, cepat ambilkan sepasang sandal bersih untuk Sumi.”Sandy berkata dengan keras.

“Baik.” Yumari buru-buru berjalan ke depan pintu, sampai di pintu masuk, membuka lemari sepatu dan mengeluarkan sepasang sandal pria baru dan meletakkan didepan Sumi, menundukkan badan ingin mengganti sepatu Sumi.

Sumi sedikit menghindar, membungkuk memapah Yumari untuk berdiri, senyum menggantung di wajah tampannya, “Aku lakukan sendiri saja.”

Yumari tertegun, melihat Sumi.

Sumi melepaskan tangannya, dan dengan sendiri mengganti sepatu.

Bibir Yumari tertutup rapat, melangkah mundur, berbalik dan berjalan ke arah tangga.

“Sumi, kamu hari ini benar-benar memberiku kejutan besar.” Sandy mengulurkan tangan ke arah ruang tamu untuk membawa Sumi kesana, berkata sambil tersenyum.

Wajah Sumi tampak tenang, mengikuti Sandy berjalan ke ruang tamu.

Sampai di ruang tamu, Sandy berkata, “Sumi, ayo cepat duduk.”

Sumi berjalan ke sofa, mata jernihnya melihat sekeliling, berkata, “Sudah bagus paman tidak menyalahkan aku yang tiba-tiba datang.”

“Sama sekali tidak, sama sekali tidak.” Sandy berkata sambil tertawa, “Kamu bisa datang, aku sangat senang sekali.”

Kata-kata Sandy ini sama sekali tidak palsu.

Alis mata panjang Sumi naik.

……

Setelah Yumari pergi memanggil Reta, Troy dan Suli, baru pergi ke kamar Pani untuk membangunkan dia.

Pani tidak ada kebiasaan tidur kesiangan, baiklah, sebenarnya, dari kecil, Tuhan tidak memberikan dia waktu untuk mempunyai kebiasaan tidur kesiangan.

Saat kecil dia takut Reta memilih kesalahan dan kebiasaannya, ditambah lagi ingin membantu Bibi Yumai berbagi pekerjaannya, jadi selalu bangun pagi.

Setelah sedikit besar, harus pergi kesekolah dan bekerja paruh waktu, sama sekali tidak ada waktu untuk tidur kesiangan.

Jadi saat Yumari pergi ke kamar Pani, Pani sudah bangun, dan sudah berpakaian rapi, dandanan seperti akan pergi keluar.

Yumari melihat, mengira Pani tahu Sumi akan datang, dan dia nanti akan pergi keluar dengan Sumi, jadi baru mengganti pakaiannya.

Karena sudah ada pemikiran seperti ini, Yumari tidak memberitahu kepada Pani jika Sumi datang.

Jadi hasilnya.

Saat Pani melihat Sumi yang duduk di ruang tamu, dia sangat terkejut, sepasang mata hitamnya melotot.

“Haha. Pani, kemari, duduk disebelah Papa.” Sandy juga melihat Pani berpakaian rapi dan bersih, berpikiran sama seperti Yumari, tidak bisa menahan tawanya, mengulurkan tangan melambai kepada Pani.

Pani menggerakkan sudut bibirnya, melirik Sandi, tidak mempedulikan dia, alisnya yang indah ditarik dengan ringan, menatap Sumi, ada sedikit emosi terlihat di matanya.

Mata Sumi menyipit, menatap Pani dengan lembut.

“Pani...”

Sandy melihat Pani tidak bergerak, lalu memanggil dia lagi.

Tidak ingin berbicara, Pani dengan dingin berbalik dan berjalan ke ruang makan.

Wajah Sandy membeku, sudut matanya sedikit menunduk, bibirnya tertutup rapat, menatap punggung Pani dengan sedikit marah.

“Pani biasanya tidak seperti ini, kamu jangan merasa aneh.”

Suara tidak berdaya Yumari terdengar.

Alis Sumi bergerak, matanya memandang Yumari.

Yumari terlihat agak kesakitan, menggerakkan tubuhnya, melihat mata Sumi, ada ketegangan dan kecemasan.

Sumi menundukkan matanya, denagn suara lembut berkata, “Benarkah? Kenapa aku merasa sifatnya di hari biasa memang seperti itu?”

“sama sekali tidak.”

Suara ini sangat panik, tapi bukan dikatakan oleh Yumari, tapi oleh Sandy.

Sumi mempertahankan sikap menurunkan matanya, terdiam, tidak menjawab.

Yumari mengerutkan dahinya, bernafas ringan memperhatikan Sandy.

Sandy diam-diam menarik nafas dalam, menatap Sumi dan berkata sambil tersenyum, “Pani adalah anak paling besar dirumah, dari kecil sangat penurut, dari kecil, dia tidak pernah membuatku merasa khawatir.”

Penurut.

Sumi menaikkan alisnya, melihat Sandy, “Kalau begitu, apakah dia baru bersikap begitu karena melihatku? Sepertinya kedatanganku ini adalah kesalahan, dia tidak menyambutku.”

“Tidak...”

Sandy belum menyelesaikan kata-kata di mulutnya, Sumi sudah bangkit berdiri dari sofa.

Sandy dan Yumari terkejut bersamaan, menatap Sumi.

Mendengar Sumi menaikkan alis dan bergumam, “Aku pergi menanyakan pada dia.”

Sandy, Yumari : Masih mengira dia akan langsung pergi.. Apa-apaan?!

……

Selesai Sumi berkata, dengan langkah besar dia berjalan ke ruang makan.

Sandy mengendalikan hatinya, buru-buru mengikuti.

Yumari berdiri ditempat, terus bertahan, tapi pada akhirnya tidak bisa tahan lagi, juga pergi mengikuti.

Reta baru keluar dari kamar, melihat Sandy dan Yumari dengan buru-buru berjalan ke arah ruang makan, tertegun sebentar, matanya menyipit, dengan cepat berjalan turun dan mengikuti.

Sumi berjalan masuk ke ruang makan dengan langkah besar, Pani sudah duduk di atas meja makan sambil memakan sandwich dengan senang.

Sudut matanya melihat Sumi berjalan masuk, Pani menarik kembali bola matanya, kelopak matanya bergerak ke atas, tidak berencana mempedulikan Sumi.

Sumi berjalan ke samping dia, melebarkan kakinya dan duduk, menatap dia, “Paman bilang, biasanya kamu penurut, tidak pernah kehilangan kesabaran dengan sembarangan.”

Pani sengaja menggigit sandwich dengan suapan besar, mengunyah dan berkata samar-samar, “Kamu percaya dengan kata-kata dia? Aku beritahu kamu, aku tidak hanya kekanak-kanakan, temperamen ku juga suram, tidak sopan! Jika Sandy mengangguku, aku juga masih memarahinya.”

Sandy yang berjalan ke ruang makan, “....”

Yumari memegang dahinya, dalam hatinya membaca doa.

Sumi menatap dia, “Kalau begitu bukan karena melihatku jadi dengan sengaja memperlihatkan wajah jelek, benarkah?”

Gerakan mengunyah Pani sedikit berhenti, menyipit ke arah Sumi, “Kamu tebak.”

Sumi menarik bibirnya, “Aku tebak kamu merasa tidak senang bukan karena melihatku.”

“Hehe.” Pani tersenyum dingin.

Sumi melihat Pani meminum satu teguk susu setelah makan 3 suapan sandwich, baru tiba-tiba duduk tegak, melihat Sandy yang berdiri didepan pintu, “Paman, Sumi ingin memintamu mengajarkan satu hal.”

“.... Katakan.” Sandy memegang kepalanya, menatap Sumi dan bertanya.

“Pani marah, apa yang harus aku lakukan, untuk menghibur dia, membuat dia tidak marah lagi kepadaku?” Sumi bertanya ringan.

Pani yang mendengar kata-kata ini, tertegun terlebih dahulu, lalu wajahnya memerah, menggertakkan gigi menatap Sumi, apakah orang ini datang kemari untuk membuat keributan?!

Sandy tidak bisa menjawab pertanyaan Sumi.

Dia mana tahu bagaimana membuat dia tidak marah lagi kepadanya?!

“Pertanyaan yang ditanyakan Tuan Nulu ini, bukannya Sandy tidak bisa menjawab, tapi sama sekali tidak bisa diselesaikan.”

Suara wanita terdengar dari belakang Sandy.

Alis Sandy saat itu mengernyit erat, berbalik memberi tatapan peringatan kepada wanita yang berdiri dibelakangnya.

Reta tidak mempedulikan peringatan Sandy, berjalan keluar dari belakang tubuhnya, masuk ke ruang makan, sudut bibirnya sedang tertawa sombong, matanya melewati Pani, lalu sampai ke Sumi, melanjutkan berkata, “Tuan Nulu kamu tidak tahu, temperamen Pani kita ini seberapa besar, saat dia murka, ckck, sangat menakutkan.”

“Reta!”

Sandy emosi, menarik Reta dengan kuat.

Lengan Reta terluka karenanya, emosi yang ditahan satu malam akhirnya bisa dilampiaskan.

Reta dengan sekuat tenaga mengibaskan tangan Sandy, mengangkat dagunya, berkata sambil tersenyum, “Aku hanya mengatakan kenyataan, untuk apa kamu melukaiku? Apakah Pani tidak seperti itu? Kapan kamu pernah melihat dia memberi wajah kepada kita? Dia itu tidak sopan, liar dan tidak ada didikan! Apakah aku salah mengatakan?”

“Kamu sudah gila?”

Sandy tanpa sadar mengepalkan tangannya, urat nadi ditangannya terlihat.

Jika bukan karena Sumi ada disini, kali ini Sandy bisa memukul Reta.

“Apakah kamu masih belum sadar dari tidurmu? Em?” suara Sandy merendah, berkata dengan marah.

“Belum sadar? Hehe.” Dia tidak tidur semalaman!

Reta menatap Pani dengan terengah-engah, “Kamu tahu apa yang dia katakan kepadaku kemarin malam? Dia mengatakan jika dia setuju menikah dengan Tuan Nulu, dan syaratnya adalah kamu harus menceraikanku dan mengusirku dari rumah keluarga Wilman, apakah kamu akan langsung menyetujui?”

“Tuan Nulu, kamu lihat, dia adalah orang seperti ini, hatinya jahat, melakukan segala cara untuk mencapai tujuan! Dia sama sekali tidak ingin menikah denganmu, dia hanya ingin memanfaatkanmu untuk mencapai tujuan dia! Wanita seperti ini, apakah pantas untukmu?”

Pani menggenggam erat sandwich di tangannya, tenggorokannya perlahan tersedak, saat Reta mengatakan kata-kata ini, kedua matanya tanpa sadar melirik Sumi.

Sumi mendengar kata-kata Reta, wajahnya tidak ada ekspresi, tapi matanya menatap Pani.

Mereka bertukar pandang, satu emosi tidak bisa di prediksi, satu lagi merasa kesulitan.

“Reta, aku lihat kamu sudah gila, pergi kamu dari sini!” Sandy akhirnya tidak tahan lagi, merasa geram.

Reta memandang wajah marah Sandy, tubuhnya sedikit gemetar.

Tapi dia bersikeras tidak ingin keluar, dan melanjutkan berkata, “Sandy, putrimu orang seperti apa, kamu tahu lebih jelas. Kamu tidak bisa demi membuat hubungan dengan keluarga Nulu, menikahkan putrimu dengan Tuan Nulu, kamu berbuat seperti ini, bukankah mencelakai seumur hidup Tuan Nulu?”

“Kamu sebenarnya sedang omong kosong apa?” wajah Sandy terlihat garang, berteriak keras kepada Reta.

“Nyonya, kamu tidak boleh mengatakan Pani seperti itu?”

Wajah Yumari penuh dengan air mata, tidak bisa menahannya, menatap Reta dengan mata penuh air mata, “Berbicara harus menggunakan hati nurani. Pani dia sama sekali tidak seperti yang kamu katakan, kenapa kamu harus mengatakan seperti itu? Bagaimanapun, bagaimanapun kamu adalah senior Pani. Kamu mengatakan Pani seperti itu, apakah tidak takut?”

“Takut? Apa yang aku takuti? Apakah aku perlu untuk takut?” Reta memelototi Yumari, berkata kejam, “Kamu siapa? Kamu hanya seorang budak di rumah keluarga Wilman, apa hakmu berbicara seperti itu denganku? Pergi!”

Sandwich ditangan Pani sudah digenggam rusak oleh dia.

Mendengar sampai disini, dia melemparkan sandwichnya, akan berdiri dengan wajah dingin.

Tapi tubuhnya baru saja bergerak, tangannya tiba-tiba ditangkap oleh sebuah tangan besar.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu