Hanya Kamu Hidupku - Bab 581 Ada Kesenjangan Generasi Tapi Kamu Tetap Milikku

“Ellen, William, mereka sudah sampai, ayo kita cepat-cepat masuk kedalam… …”

Sumi menarik Pani keluar, matanya masih menatap Pani dalam-dalam “Malam ini ada permainan khusus yang dibuat untukmu, tidak pantas kalau kamu terlambat.”

Pani berdiri disampingnya, mendengarkan, menatapnya dan mengangguk “Apa yang kamu katakan benar juga. Ellen, mereka bermaksud baik, aku tidak seharusnya mengecewakan mereka.”

Sumi mengulurkan tangan dan membelai sudut matanya dan berkata “Masuklah.”

“Hm.. Iya.”

……

Saat Sumi dan Pani masuk ke dalam ruangan, Ellen, William dan lainnya sudah duduk ditempat masing-masing.

“Pani,Paman Nulu, sini.” Panggil Ellen, matanya menatap Pani dengan cerah.

Sumi dan Pani berjalan masuk.

Pani duduk berdampingan dengan Ellen.

Ellen meraih salah satu lengannya dan melihatnya dengan khawatir.

Pani tersenyum padanya, berbicara dengan bentuk bibir “Tidak apa-apa.”

Ellen menghela nafas dalam hati, matanya memerah seperti itu, bagaimana bisa baik-baik saja?

Pani menyapa William dan beberapa orang lainnya, berkata “Anak-anak dimana? Tidak datang kah?”

“Besok masih harus masuk sekolah, jadi tidak mengizinkan mereka ikut.” Kata Ellen.

Pani menarik bibirnya “Saat aku tadi ketempat mu, aku tidak melihat Tino dan Nino, aneh sekali.”

“Kamu sekarang sudah kembali, kalau ingin bertemu bisa kapan saja bertemu mereka.” Ellen berkata dengan lembut.

“Benar juga.” Kata Pani, lalu menatap Ethan “Kakak ketiga, Bobo juga sedang masuk sekolah?”

“Iya.” Ethan mengangguk.

“Perbedaan umur Bobo dan Tino dan Nino mereka bertiga tidak beda jauh, jadi mereka pergi ke sekolah bersamaan.”

Ellen menatap Ethan, tertawa dan berbisik ke telinga Pani “Ajaib sekali kan? Dulu aku tidak pernah membayangkan, anak ku akan pergi kesekolah bersama dengan anak Kakak ketiga!”

Pani juga tertawa “Iya. Kamu dulu memanggil Kakak ketiga jadi Paman Hunt.”

Frans menyipitkan mata elang nya dan menatap ke dua perempuan yang berbisik disampingnya, mengerutkan bibir dan berkata “Ku bilang, kalian anak-anak perempuan ini, kalau sudah berkumpul jadi satu, bagaimana bisa ada banyak bisikan?”

Anak perempuan?

Ellen dan Pani saling menatap, mereka berdua bahagia, pada saat yang bersamaan menatap Frans, Pani tertawa dan berbicara “Kakak keempat, pertama-tama aku dan Ellen sangat senang bisa mendapat kehormatan sebagai anak-anak perempuan dimatamu. Hehe. Tetapi, jangan heran kalau kami anak-anak perempuan ini bisa banyak berbisik-bisik, karena diusia kalian ini, kalian tidak akan mengerti!”

Frans memutar mata pada Pani.

“Bisa dibilang, kami anak-anak perempuan dengan paman-paman seperti kalian, memiliki kesenjangan generasi!” mata besar Ellen menatap William yang ada disampingnya.

William bahkan tidak mengangkat kelopak matanya “Ada kesenjangan generasi tapi kamu tetap milik ku.”

“……” wajah Ellen memerah!

“Yo~~”

Samir Moral diam-diam tersenyum “Pria gombal ini benar-benar sulit untuk dicegah!”

Ellen menggigit bibir, diam-diam menatap William, apa, menurutmu kamu sangat agresif saat berkata seperti itu? Walaupun memang sedikit, ehem.

Pani menaikkan bibir, sudut matanya mengarah ke pria yang duduk disampingnya.

Wajah Sumi tenang, sudut bibir tipisnya juga melengkung, tetapi di mata itu, Pani tidak bisa melihat sedikit pun emosi, hanya kegelapan yang tidak dapat diprediksi.

Pani menurunkan bulu matanya perlahan, memegang tangan satunya yang ada diatas kaki.

Makanan sudah datang semua.

William memimpin, ia berdiri, menatap Pani dengan kelembutan yang langka dimatanya.

Pani menatap William dengan tatapan tercengang, wajah kecilnya sampai berkedut.

“Pani, selamat datang kembali.” Suara William tenang dan jelas, ia menyembunyikan ketidakpeduliannya yang biasa, masih terdengar samar, tetapi terasa berbeda.

Pani cepat-cepat berdiri, wajahnya memerah, mengangkat jus buah didepannya, ia tidak bisa berbicara, mengangkat kearah William, lalu meminumnya.

Ellen menyaksikannya dengan gembira.

Pani datang dengan atribut kakak perempuan dan penampilannya sangat lucu.

Setelah William, Ethan mereka bertiga berdiri semua.

Walaupun mereka merasa tidak perlu begitu formal, tetapi ada orang yang memulai dengan formal, kalau tidak formal begini, rasanya mereka tidak cukup tulus menyambut mereka.

Pani jauh lebih santai menghadapi Ethan mereka bertiga.

Tetapi melihat mereka begitu tulus, Pani merasa sangat hangat, juga tersentuh.

Tapi ia juga tahu jelas.

Di Kota Tong ini bisa mendapat rasa hormat dan hormat dari William dan Ethan yang terkenal, bukan karena ia begitu baik, tetapi karena laki-laki yang duduk disebelahnya itu!

Begitu.

Kembali ke tempat duduk, Pani dengan sendirinya menatap Sumi lagi.

Kali ini Sumi juga menatapnya, matanya penuh dengan kelembutan.

Pani merasa dirinya tidak pantas, ia tersenyum kaku padanya.

……

Selesai makan malam.

Karena Ellen dan Pani hamil dan mereka tahu kejadian sebelum makan malam yang terjadi pada Pani, jadi mereka tidak mengatur hiburan setelah makan malam.

Setelah makan, mereka keluar dari Pavilion Terang Bulan, Ethan, Frans, Samir Moral mereka bertiga kembali ketempat masing-masing.

Ellen menarik tangan Pani, ada perasaan tidak rela untuk pergi.

“Sekarang Pani sudah kembali, nantinya kalau ingin bertemu maka bertemulah, tidak perlu tidak rela seperti ini.” William berkata pada Ellen.

Pani mengangguk “Apa yang dikatakan Paman ketigamu itu benar. Kamu cepat pulang dengan Paman ketigamu, dirumah masih ada anak-anak kecil yang menunggumu.”

Ellen melihat William, menutup mulut dan menatap Pani, lalu berkata “Kalau begitu aku pergi dulu.”

“Iya, hati-hati dijalan.”

“Kalian juga.” Kata Ellen.

“Iya.” Pani tersenyum.

Ellen melepaskan tangan Pani, lalu berjalan kedalam mobil.

Sampai disamping mobil, tidak tahu kenapa, Ellen berhenti lagi, ia berbalik dan menatap Pani, lalu berkata “Pani, aku selalu ada.”

Pani tercengang, matanya dengan cepat dipenuhi kehangatan, sudut bibirnya terangkat tinggi, sambil menatap Ellen dan mengangguk dengan semangat.

Ellen baru merasa lega dan masuk ke mobil.

William menutup pintu mobil, mengangguk kecil pada Pani, pandangannya mengarah pada Sumi yang ada disebelahnya, lalu masuk ke mobil.

Mobil William perlahan-lahan hilang dari pandangan Pani, tangan yang tergantung disisinya masuk kedalam tangan yang lebar dan hangat.

Pani menunduk dan menatap tangan yang terbungkus erat, membuka bibirnya dan menarik nafas, mengangkat kepalanya untuk melihat wajah laki-laki yang ada diatas kepalanya, berkedip dan berkata “Ayo kita juga pulang kerumah.”

Pani menggunakan “pulang kerumah” dua kata ini.

Jantung Sumi berdebar, matanya menatap Pani dengan cermat.

Pani mengulurkan tangannya yang lain untuk memeluk lengan nya, setengah tubuhnya bersandar pada lengan laki-laki itu, ia mengangkat wajah kecilnya dan tersenyum cerah padanya “Kamu seperti ini, apa kamu berencana untuk pulang sekarang? Atau kamu punya rencana lain?”

Menanggapi Pani.

Sumi tiba-tiba menundukkan kepalanya dan mencium sudut bibirnya.

Pani membuka matanya lebar-lebar, memandangi wajah tampannya yang mendekat, setelah beberapa detik, ia berinisiatif membuka bibirnya, dengan lembut mencium bibir tipisnya dan berkata dengan lembut “Ayo pulang, aku sedikit lelah.”

Sumi mengulurkan tangan dan memeluknya dengan penuh semangat dan berkata dengan bodoh “Ayo kita pulang!”

Pani tersenyum dan mengangguk.

……

Duduk dimobil.

Pani membiarkan Sumi menggantikannya memasang sabuk pengaman, setelah dia menyalakan mobil, membuat mobil melaju dengan mulus, ia menatapnya dan berkata “Aku ingin menelpon Riki dan Bibi Wijaya, menanyakan malam ini mereka tinggal dimana.”

Jakun Sumi naik dan turun “Kamu, tidak perlu bilang padaku, lakukan apa yang ingin kau lakukan, aku tidak melarang.”

Tidak tahu kenapa, hati Pani sedikit perih.

Sedikit menunduk.

Pani mengeluarkan ponsel, membuka layar ponsel yang ada ditangannya dan menelepon nomor Riki.

Disaat Pani menelpon nomornya, Sumi menggenggam setir dengan kedua tangannya dan menjadi lebih erat, tetapi pandangannya mengarah kedepan, ia tidak mengatakan apa-apa.

“Pani.”

Telepon berbunyi cukup lama, sampai akhirnya diangkat, suara yang terdengar adalah suara milik Britania.

Mata Pani meredup, ia menarik nafas dalam-dalam, mencoba membuat suaranya terdengar normal “ Bibi Wijaya, kamu dan Riki sudah aman kah?”

Britania berhenti sejenak, berkata dengan tersenyum “Aku dan Riki sudah di hotel, kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami. Kami juga bukan anak kecil lagi, bisa mengurus diri kami sendiri, kamu sekarang sedang hamil, kurangi khawatir, jaga suasana hati yang baik.”

“… … maaf Bibi Wijaya, kalian datang ke Kota Tong demi aku, tapi aku mengabaikan… …”

“Pani, Bibi Wijaya dan Riki bukanlah orang yang perhitungan seperti itu, selama kamu memiliki Riki dihatimu.” Kata Britania.

Pani merasa tidak nyaman “ Bibi Wijaya, Riki baik-baik saja kan?”

“ Bibi Wijaya ingin memberitahumu sekarang dia tidak memiliki apa-apa, apa kamu percaya?” Britania menghela nafas.

Pani mengerutkan alis “Riki, dia kenapa?”

“Minum bir, lalu menarik tanganku dan memanggil namamu, bicara omong kosong. Tapi setelah itu dia tertidur.” Kata Britania.

Tenggorokan Pani tersumbat “ Bibi Wijaya, aku, aku minta maaf.”

Britania menghela nafas dan tertawa “Kenapa kamu meminta maaf? Riki menyukaimu berarti itu adalah urusan Riki ! Kalau Riki menyukaimu, tapi kamu tidak menyukainya, maka itu adalah kesalahanmu kah? Tidak ada alasan seperti itu di dunia! Pani, Bibi Wijaya memberitahumu keadaan Riki sekarang bukan untuk membuatmu merasa bersalah dan menyesal, tetapi Bibi Wijaya hanya tidak ingin membohongimu saja. Lagipula, hm, Bibi Wijaya ingin memberitahumu, bahkan jika suatu saat nanti kamu menyesal, jangan takut, pelukan Riki akan selalu terbuka untuk mu. Ini, yang Riki ingin katakan kepadamu.”

Mata Pani memanas “ Bibi Wijaya, mengenal Riki adalah keberuntunganku.”

Pani selalu merasa dirinya tidak beruntung, semua hal tragis terjadi pada dirinya.

Tetapi sekarang ia merasa, dirinya sangat beruntung!

Karena dimasa tersulitnya, selalu ada orang yang menemaninya.

Dulu ada Yumari, Ellen, setelah 4 tahun ada Riki… …

“Aku harap pemikiran Riki sama sepertimu.” Kata Britania “Pani, jangan mangkhawatirkan Bibi Wijaya dan Riki ya? Bersantai dan istirahat lah lebih awal.”

“Iya, besok aku akan pergi ke hotel menemui kalian.” Kata Pani.

Britania tersenyum ringan “Sampai jumpa besok.”

Menunggu sampai Britania menutup telepon, Pani baru menurun kan ponsel dari telinganya, matanya tertuju kearah Sumi yang sedang mengemudi, perasaan bersalah terhadap Riki menjadi rumit ketika menatap wajah Sumi yang terkendali.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu