Hanya Kamu Hidupku - Bab 127 William, Aku Sangat Kecewa Padamu

Tidak tahu apa yang dia pikirkan, Pani memegang ponselnya, mencari nomor Sumi dan meneleponnya.

Pani bergegas ke rumah sakit, karena tidak terlalu kenal jalan, jadi bertanya lumayan banyak orang kemudian baru ketemu departemen kandungan.

Meskipun baru jam sembilan pagi, ruang tunggu di luar departemen kandungan sudah penuh dengan orang, tetapi Pani tidak menemukan Ellen, ponslenya juga tidak ada yang angkat, Pani sangat cemas.

Pani bagaikan seekor lalat tanpa kepala mencari Ellen di departemen kandungan, dia takut Ellen melakukan hal bodoh.

Pani tiba di rumah sakit sekitar dua puluh menit kemudian Sumi dan William bergegas datang.

Melihat wajah Pani yang cemas dan pucat, hati Sumi bagaikan tertusuk, dia melangkah maju, memegang lengan Pani.

Pani terkejut dan bergetar, ketika melihatnya, matanya memerah, dia mengulurkan tangan memegang erat lengan baju Sumi, “Bagaimana? Bagaimana? Aku tidak menemukan Ellen, aku tidak menemukannya. Dia juga tidak menjawab telepon, dia....apakah dia, apakah telah......”

Memikirkan kemungkinan ini, bibir Pani yang gemetar menjadi pucat, air matanya langsung mengalir keluar dari sudut matanya.

Hati Sumi terasa sakit, dia memegang erat lengannya dan menariknya ke dalam pelukannya, memeluknya sebentar lalu melepaskannya, dia mengangkat tangannya, menyentuh kepalanya, dan berkata, “Kamu duduk dan istirahat duludi ruang tunggu, aku dan William akan pergi mencarinya.”

Pani mengangkat kepala, “Aku pergi bersama kalian.”

Sumi memandang Pani, dia tahu sebelum menemukan Ellen, dia pasti tidak mungkin dapat istirahat dengan tenang, jadi dia mengangguk dan menyetujuinya.

Namun, ketika Sumi dan Pani melihat ke arah di mana seseorang berdiri, sudah tidak menemukan bayangan seorangpun di sana.

Hati Sumi dan Pani menjadi suram, mereka segera mencari Ellen di sekeliling.

.......

Pada saat ini, William bagaikan iblis yang baru saja merangkak keluar dari dalam tanah, wajahnya sangat mengerikan, dia tidak berhenti menelepon nomor ponsel Ellen dan sambil bergegas menuju ke ruang operasi.

Ellen, Ellen, kalau kamu berani menggugurkan kandunganmu, kalau kamu berani!

Dan saat ini, Ellen yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan, bersin beberapa kali berturut-turut.

Karena membutuhkan waktu cukup lama untuk mengambil hasilnya.

Jadi Ellen menunggu di ruang tunggu.

Baru saja duduk di kursi, ponsel di dalam tas langsung berdering.

Karena melakukan tes darah HCG, jadi ketika masuk ke ruang pemeriksaan, dia meletakkan tasnya di ruang penyimpanan koridor rumah sakit, selesai melakukan tes darah HCG, dia langsung mengambilnya.

Ketika mengambil ponsel, dia menyangka Pani yang meneleponnya.

Namun, ketika melihat layar ponsel, bukan Pani yang menelepon, tapi “Paman ketiga yang tidak masuk akal”, hati Ellen tiba-tiba berdebar kencang.

Diam-diam menelan ludah, Ellen meletakkan ponsel di telinganya dan menjawab.

Ketika telepon terhubung, kedua pihak tidak berkata, suasananya sangat aneh.

Tiba-tiba.

William berkata, “Ellen Nie!”

“.......”

Hati Ellen terasa dingin.

Seseorang jarang memanggil nama panjangnya, kecuali di saat sangat marah!

“Ellen, katakan padaku!” William hampir berteriak.

“...... Paman, Paman ketiga.” Ellen terkejut, memanggilnya sambil bergetar.

“Posisi!”

Ellen tertegun diteriak olehnya, tiba-tiba tidak tahu posisi apa yang dia maksud?

Apakah yang dia maksud adalah tempat keberadaannya sekarang?

Ellen menjadi bingung, menjilat bibirnya, dan menjawab dengan jujur, “Aku di rumah sakit.”

“Lantai berapa!” William berkata.

“...... di ruang tunggu lantai tiga.” Ellen berkata.

“Tunggu di sana, jangan pergi ke mana-mana, dengarkah?” William berkata dengan tegas.

“...... Ya.” Ellen bingung.

........

Dua menit setelah menutup telepon, William muncul di depan Ellen bagaikan hembusan angin badai, membuat kedua kaki Ellen menjadi tegang.

Ellen mengangkat wajahnya yang putih bersih, menatap pada pria yang berwajah ganas, berdiri di depannya ini.

Wajah William terlihat tegang, dan matanya yang dingin mengamati Ellen dari atas ke bawah, dan berkata dengan suaranya yang agak serak, “Apakah sudah melakukannya?”

Ellen menatapnya dengan bingung dan mengangguk.

Seluruh tubuh William tertegun, matanya yang dingin segera memerah, dan menatap pada Ellen.

Penampilannya itu, terlihat bagaikan kemarahan mencapai puncak, bagaikan sakit hati, dan juga....... kecewa! Kekecewaan terhadap Ellen!

Ini adalah pertama kalinya William menunjukkan ekspresi yang begitu aneh dan dingin kepada Ellen.

Kedua tangan Ellen mengepal tanpa sadar, dan bibirnya tertutup rapat.

“Ellen, apakah karena aku terlalu memanjakanmu dan membuatmu menyangka aku tidak akan melakukan apapun padamu? Jadi kamu menentangku tanpa rasa takut?” William menatap Ellen, suaranya begitu dingin, tajam, dan kejam!

Ellen bergetar dan menggelengkan kepalanya.

“Sudah berusia delapan belas tahun, sudah bisa mengambil keputusan sendiri!”

William mengatakan sekata demi sekata, menatap Ellen, dengan galak dan kesal!

“Paman ketiga......”

“Diam!” William membungkuk, mencubit dagu Ellen yang gemetar, matanya yang merah, seolah-olah ditusuk beberapa tusukan oleh seseorang dengan pisau, membuat sekeliling matanya dipenuhi darah, terlihat sangat mengerikan.

Ellen tidak bisa menahan diri bergetar, dia melihat kemarahan dan kebencian William dengan gelisah.

“Kelihatannya aku terlalu baik padamu, dan membuatmu menyangka aku tidak akan bersikap kejam padamu, kan?” William menatap Ellen dengan tatapan mengerikan, menggertakkan giginya dan berkata dengan kejam.

“.......” Sampai sekarang Ellen masih bingung! Tidak mengerti mengapa William tiba-tiba begitu marah.

Apa mungkin karena dia melakukan pemeriksaan tes darah HCG di rumah sakit?

“Ellen, disaat kamu menggugurkan anak kita, adakah kamu memikirkan aku? Meskipun hanya sesaat?” Ketika William berteriak, wajahnya yang tampan berubah menjadi sangat mengerikan.

Menggugurkan anak kami dengan kejam?

Ellen mengedipkan matanya.

Pikirannya berputar, akhirnya dia mengetahui intinya!

Ellen melihat wajah William yang mengerikan, jadi dia menyangka dirinya datang ke rumah sakit untuk melakukan aborsi?

Dan kata “Sudah melakukannya?” yang dia katakan tadi, sebenarnya bukan bertanya apakah dia sudah melakukan pemeriksaan tes darah HCG, tetapi “Aborsi”!

Ellen berpikir kembali masalahya dalam hati, dan melihat lagi pada wajahnya yang marah, perasaan takut menghilang. Sisanya, selain tidak berdaya, adalah sedih.

Sebenarnya, dua hari sebelumnya ketika dia tiba-tiba datang ke kamarnya, dan tidak berhenti menciumnya, serta kemudian mereka berdua berbaring di ranjang, dia mengatakan kata-kata yang tak terjelaskan itu padanya, Ellen samar-samar bisa menebak dia telah mengetahui kehamilannya.

Hanya saja dia agak emosional pada saat itu, dia selalu berpikir setelah melakukan tes darah pada hari Sabtu dan memastikan hasilnya baru memberitahunya.

Meskipun tidak ada hubungan diantara kedua hal ini, namun dia ingin memastikannya.

Dan hari ini, setelah melakukan tes, dia langsung mendapat panggilan telepon darinya. Dia menyangka dia marah karena dirinya datang ke rumah sakit dan melakukan tes tanpa memberitahukannya.

Dia sama sekali tidak terpikir, William akan menyangka dirinya datang melakukan aborsi!

Atau dalam hatinya, dia memang orang yang begitu kejam hingga dapat membuang daging darah dalam perutnya tanpa memiliki perasaan apapun?

Ellen menarik nafas, matanya memerah, menatap William dan berkata dengan suara serak, “Aku tidak melakukan aborsi!”

“.......” Pandangan William tiba-tiba menjadi mendalam, menatap fokus pada Ellen.

Ellen menundukkan bulu matanya dan mengerutkan kening, “Lepaskan tanganmu dari daguku, kamu menyakitiku!”

Ellen berkata dengan marah.

William tertegun, matanya yang dingin menyipit, dan melepaskan tangannya yang mencubit dagunya, dia masih berdiri di depan Ellen dan menatapnya dengan tatapan mendalam.

“William, aku sangat kecewa padamu!" Ellen tiba-tiba mengatakan ini.

William mengerutkan kening, menatapnya.

Ellen mengangkat wajahnya yang pucat, memelototi William dengan matanya yang merah, “Aku tidak menyangka ternyata dalam hatimu aku adalah orang seperti ini!”

“.....” Apa? William menggerakkan bibirnya yang tipis dan menatapnya tanpa berkata.

“Ternyata di hatimu, aku adalah seseorang yang manja dan sombong, keras kepala dan kejam!” Ellen sangat sedih, dia menatap William dengan tatapan kecewa.

Sudut mulut William menjadi tegang, alisnya berkerut, dia menahan kesabarannya mendengar Ellen berkata.

“Aku tidak menyangka kamu akan berpikir seperti itu.” Ellen berkata.

William, “.......”

“Sayangnya, aku selalu menganggapmu sebagai orang yang paling kupercayai dan orang yang paling penting.”

“.......”

“Aku......”

“Masih ingin berpura-pura?”

Ellen masih ingin melanjutkannya, namun William kehabisan kesabarannya, mengerutkan kening dan berkata dengan nada dingin.

Ellen merapatkan mulutnya, melirik William dengan tatapan penuh keluhan.

Dia tidak berpura-pura, oke?

Sekarang dia benar-benar merasa sedih dan merasa dirugikan!

Meskipun dia agak panik, bingung, dan takut ketika baru mengetahui kehamilannya.

Tetapi dia benar-benar tidak pernah berpikir ingin membunuh anak ini.

Tapi sekarang dia malah disalahpahami ingin menggugurkan anaknya, dan orang ini adalah orang yang dia percaya, Ellen pasti akan merasa sedih!

Jadi, apa salahnya dia mengeluh sebentar?

Tidak bolehkah dia mengeluh! Huft!

Meskipun berpikir seperti ini dalam hati, namun Ellen tidak terus berkata.

Selain itu, dia juga melihat seseorang benar-benar cemas, cukup dengan melihat pembuluh darah biru yang muncul di dahinya sudah tahu.

Ellen menarik nafas dan berkata, “Aku datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, aku ingin memastikan apakah aku benar-benar hamil, tadi kamu bertanya padaku apakah aku sudah melakukannya, aku menyangka yang kamu tanyakan adalah pemeriksaan tes darah HCG, jadi aku mengangguk.”

Jadi...... anaknya masih baik-baik dalam perutnya?!

Aura yang mengerikan di sekeliling tubuh William memudar dengan sangat cepat, pandangannya pada wajah Ellen juga perlahan-lahan menjadi lembut, dan suaranya juga menjadi lembut, “Kamu tidak berbohong padaku?”

Ellen sangat marah dan memelototinya dengan kesal, “Apakah aku terlihat seperti sedang berbohong padamu? Apakah kamu menganggapku sebagai Iron Man? Bisakah aku duduk tenang setelah melakukan aborsi?”

“Hehe.”

Diteriaki oleh Ellen, William tidak merasa marah, malah tertawa.

Ellen, “…..”

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu