Hanya Kamu Hidupku - Bab 575 Paman Sumi, Aku Disini

Ellen menyuruh Suno mengantarkan Pani pergi ke rumah sakit Yihe.

Mobil sampai di rumah sakit Yihe, saat Pani turun dari mobil, jantungnya berdetak kencang, karena dia sangat tau, dia datang dengan sendirinya ke rumah sakit menjenguk Siera maksudnya apa, maksudnya, dia sekali lagi memberi Sumi semua kepercayaannya dan juga.........ketergantungannya!

Artinya, dia bersedia menyerahkan sisa hidupnya kepada Sumi!

Pani menarik nafas dalam, pamit dengan Suno, lalu menegakkan pinggang berjaan ke rumah sakit.

Hanya saja, melangkah belum setengah anak tangga, sebuah bayangan yang ringan dan sangat keren berjalan turun dari arah anak tangga.

Pani menatapnya, dia juga menatap Pani.

Meskipun saling menatap, tapi ekspresi dua orang ini malah berbeda.

Pani membawa kecurigaan dan keraguan, sedangkan orang itu malah tampak dalam dan juga sedikit tidak mudah merasakan kehindaran.

Orang itu akhirnya berjalan mendekatinya, Pani mengira dia akan langsung melewati tubuhnya, tidak akan berhenti.

Tidak menyangka, saat berjalan melewati tubuhnya, juga berhenti di sampingnya.

Pani terdim melihatnya, tatapan juga dari paling awal penasaran dan ragu berubah menjadi heran, "Tanjing?"

Tanjing menghadapnya, mengangguk, "Lama tak berjumpa."

Mulut kecil Pani pelan-pelan membesar, matanya beberapa kali melihat Tanjing dari atas sampai ke bawah, berkata, "Aku, bisa bilang aku, mengenalmu sangat lama bukan?"

Tanjing empat tahun yang lalu masih tetap rambut sepanjang bahu, gaunnya juga ramping dan feminim, sudut mata dan alisnya terdapat keeleganan dan keangkuhan.

Tanjing yang saat ini, rambutnya pendek berwarna merah anggur, memakai kemeja putih boyfriend, terdapat sebuah dasi hitam longgar di kerahnya, memakai celana kasual menutup kaki, memakai sepatu kasual yang tinggi dan tampan, keren!

Pani diam-diam menghembus nafas, berpikir dalam hati kekuatan waktu memang kuat, bisa mengubah seseorang menjadi seseorang yang lain!

Bulu mata Tanjing bergerak, bibirnya sedikit tersenyum, "Apakah aku merasa aneh?"

"Bukan aneh." Ucap Pani, "Sejujurnya dengan gayamu yang dulu perbedaannya sedikit besar, tapi, lumayan keren juga."

Tanjing menatap Pani, "Kamu, perubahannya juga lumayan besar."

Pani langsung terpikir dengan perutnya sendiri, daun telinganya sedikit memerah, lalu tersenyum.

Tanjing melihat wajah Pani yang memerah, sudut bibirnya tak tertahankan naik lebih tinggi, "Maksudku adalah, kamu kurus banyak sekali."

".....Oh." Pani tersenyum.

Tanjing mengangguk, mungkin karena bergaul dengan Pani seperti ini sedikit canggung, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong, melejitkan bahunya melihat ke arah rumah sakit, berkata: "Kamu datang ke rumah sakit, karena tidak enak badan?"

"Bukan aku, aku datang menjenguk."

Pani melihat Tanjing, "Bagaimana denganmu?"

Tanjing mengangkat tangannya yang dibalut dengan kasa, "Ada sedikit kecelakaan."

"Kecelakaan?" Pani terkejut, melihat pergelangan tangan Tanjing, "Kamu tidak apa-apa bukan?"

Mungkin tidak menyangka Pani akan bertanya, Tanjing terdiam, diam-diam menari nafas dan tersenyum mengatakan, "Tidak apa-apa, luka kecil."

"Tapi yang terluka adalah tanganmu, bukannya kamu adalah pelukis? Apakah tidak apa-apa?" Pani mengerutkan kening, bertanya dengan pelan.

"........" Tangan Tanjing sedikit gemetaran, dalam hatinya langsung muncul ombak, membuatnya menatap Pani dan tidak bisa berkata-kata.

Dalam beberapa saat tidak mendengar suara Tanjing.

Pani terdiam, matanya melihat Tanjing.

Saat melihat wajah Tanjing sepertinya canggung juga sepertinya ekspresi yang lain, kelopak mata Pani tiba-tiba berkedip, menyadari kalau perhatiannya terlalu berlebihan, bagaimana juga hubungan dia dengan Tanjing, bahkan temannya saja bukan, sebelumnya Tanjing juga lumayan membencinya karena Linsan.

Pani menghela nafas di dalam hati lagi.

Mungkin karena 4 tahun yang lalu Tanjing yang mengantarkannya masuk ke rumah sakit, juga dia yang mengantarkannya ke bandara, jadi bagi Tanjing, dalam hati Pani ada sedikit banyak terimakasih dan kebaikan.

Saat ini melihatnya, dia pun sudah melupakan ketidak senangan yang terjadi pada dua orang ini dan juga kenyataan bahwa Tanjing dan Linsan adalah teman baik.

Karena juga tidak mengendalikan diri sendiri, jadi dia pun mengatakan perhatian yang tidak ada apa-apanya baginya.

Memikirkannya.

Pani menarik seluruh pikiran, kembali menjadi ketidakpedulian yang biasa, mengangguk kepada Tanjing, lalu ingin lanjut berjalan masuk.

"Pani." Tanjing malah memanggil Pani.

Langkah Pani sedikit bergetar, melihatnya dengan penuh bertanya.

Tanjing melihat tatapan Pani sedikit mengetat, "Boleh, temani aku duduk sebentar?"

"............" Pani terkejut sekali.

Pani mengedipkan matanya, malah sedikit tidak tau harus bagaimana menghadapinya.

".....Kalau merasa kesulitan yasudahlah, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya." Kedua tangan Tanjing yang di dalam saku tertarik, dengan canggung melihat Pani dan tersenyum paksa.

Pani, "........"

..............

Toko dessert di sekitar rumah sakit.

Tanjing memesan segelas kopi, bertanya Pani, "Kamu, ingin memesan minum apa?"

"Jus saja." Ucap Pani.

Tanjing memesankan segelas jus untuk Pani.

Menunggu pesanan mereka datang, Pani dengan Tanjing keduanya sedikit banyak juga merasa sedikit canggung.

Tapi dibandingkan dengan Tanjing, Pani jauh lebih baik.

Karena Pani melihat kaki Tanjing tidak bisa terkendali terus gemetaran.

Sudut mata Pani tertarik pelan, mengulurkan tangan dan merapikan anak rambutnya, berkata, "Empat tahun lalu, terimakasih sudah mengantarkanku ke rumah sakit."

Saat itu Pani rapuh dan ragu, sedangkan Tanjing waktu itu memilih untuk menolong, kebaikan yang dia berikan kepada Pani, bagi Pani, cukup untuk menghilangkan ketidaksenangan yang terjadi diantara mereka berdua dan juga membuat Pani tulus berterimakasih.

Pani menyendiri, tapi tidak berarti dia menutup mata dan telinganya, tidak bisa merasakan kebaikan orang di sekitarnya kepadanya.

Tubuhnya penuh duri, tapi tidak berarti dia akan menusuk siapapun yang dia temui!

Tanjing mendengar perkataan ini, hatinya malah menjadi berat, tatapannya yang melihat Pani yang membawa harapan mulai bersinar, "Sudah lewat begitu lama.......Apalagi, itu hanya kejadian sepele, kamu tidak perlu memasukkannya ke dalam hati."

"Tidak sama. Aku yang waktu itu...........bagaimana ya mengatakannya." Pani tertawa, "Aku yang waktu itu, pasti termasuk di ambang kehancuran. Aku tidak terpikir siapalagi yang bisa menolongku, tapi kamu, sudah menolongku. Jadi, terimakasih."

Tenggorokan Tanjing tersendat, hanya bisa melihat Pani, dia bahkan bisa merasakan, paras wajahnya sendiri menjadi kaku.

Pelayan membawakan minuman.

Tanjing mengaduk minumannya dua kali, lalu meminum kopi sampai setengah gelas.

Pani menggenggam jus sendiri, dengan sedikit terkejut melihat Tanjing, ".........Kopinya, apakah tidak panas?"

Tanjing terdiam, saat ini, dia menarik nafas panjang, melihat Pani dan berkata, "Aku sudah terbiasa, malah tidak merasa panas."

"...........Baiklah." Pani menggigit bibirnya dan berkata.

Tanjing menurunkan kelopak matanya, kedua tangan menurun di atas pahanya, "Oh iya, aku akan membuka pameran lukisan, harusnya sudah dibuka dari kemarin, tapi karena beberapa hal jadi tertunda. Jadi waktu pembukaan pameran juga ditunda sampai tanggal 15 bulan depan."

Tanggal 15 bulan depan?

Berarti masih ada 20 lebih hari.

Pani menghitung di dalam hati.

Tanjing mengangkat matanya melihat Pani, ragu sejenak, berkata, "Kamu, tertarik?"

Pani terkejut, melihat Tanjing.

Tanjing tidak sedang mengundangnya bukan?

Tatapan Tanjing berharap, "Kalau kamu bisa datang........maka bagus sekali."

".........." Pani terkejut sekali dengan undangan Tanjing yang tiba-tiba, tercengang beberapa saat, baru menarik nafas dalam dan berkata, "Aku, kalau kondisi nantinya memungkinkan, aku akan pergi........Terimakasih sudah mengundangku!"

Kondisi memungkinkan yang dikatakan Pani, adalah kondisi perutnya memungkinkannya.

Kalau anak ini tidak bisa tunggu mau lahir bagaimana? Hal seperti ini juga tidak bisa bilang tidak boleh bukan?

Tapi ucapan terimakasih Pani itu tulus dari dalam hati!

"Aku menunggu kedatanganmu!"

Kedua mata tanjing berbinar, tersenyum tulus melihat Pani dan berkata.

Melihat ini.

Pupil Pani malah tiba-tiba berkedip.

.............

Pani dan Tanjing duduk di toko dessert tidak sampai 40 menit lalu pergi.

Awalnya Tanjing ingin mengantarkan Pani pergi ke rumah sakit baru pergi, tapi keluar dari toko dessert Tanjing menerima sebuah panggilan, mengatakan ada sebuah detail yang harus Tanjing ambil keputusan langsung, Tanjing pun hanya bisa berpisah dengan Pani di depan pintu toko dessert.

Pani melihat Tanjing naik taksi pergi, kedua pupilnya yang bersih malah muncul sedikit penasaran.

Sikapnya terhadap Tanjing berubah karena Tanjing pernah membantunya.

Jadi karena apa sikap Tanjing terhadapnya bisa berubah 180 derajat?

Tanjing adalah teman baik Linsan, dilihat dari pengalaman pergaulan mereka, Tanjing sangat membela Linsan.

Sedangkan anak Linsan bisa hilang karena kesalahannya dan juga karena itu, Linsan juga kehilangan hak menjadi seorang ibu.

Sesuai dengan hubungan Tanjing dan Linsan, Tanjing bukannya harus lebih membencinya dari sebelumnya baru benar?

Tapi kenyataannya adalah.

Tanjing tidak hanya tidak menunjukkan sedikitpun kebencian, malah ramah terhadapnya.

Dia berubah seperti ini, tidak mungkin karena sikapnya sudah berubah bukan?

Pani berdiri di depan pintu toko dessert tidak bergerak, otaknya malah berkerja dengan cepat!

Pani tidak tau dirinya apakah karena sudah terbiasa sedih, atau mempunyai pikiran teraniaya!

Dia tiba-tiba merasa, aneh sekali, sepertinya ada yang aneh!

Telepon di tasnya berdering.

Pemikiran Pani langsung terpotong, dia tersadar kembali, mengeluarkan telepon dari dalam tas, saat kedua matanya melihat layar telepon, seluruh tubuhnya terdiam, langsung menjawab, "Paman Sumi..........."

"Kamu dimana?" Suara Sumi terdengar keras.

"........Aku di sekitar rumah sakit, segera sampai." Ucap Pani dengan pelan.

"Beritahu aku lokasinya!" Sumi sedikit toleran dan serius.

Pani dengan cepat melirik toko dessert, dengan pelan mengatakan namanya, lalu berkata, "Aku segera sampai ke rumah sakit............"

Perkataan Pani masih belum selesai, Sumi sudah memutuskan teleponnya.

Pani mengerutkan keningnya, bergumam dan menurunkan teleponnya dari samping telinga, bibir kecilnya mengerecut lalu dengan pelan berjalan ke arah rumah sakit.

Berjalan tidak sampai 3 menit.

Pani melihat postur tubuh yang tinggi berjalan kearahnya dari sudut belokan di depan, mata aprikotnya cerah, mengangkat lengan kurusnya dan menyapa sosok yang ada di depannya, juga tidak takut mematahkan lengannya yang tipis, dengan kuat berkata, "Paman Sumi, disini!"

Sumi, "..........."

Panik sampai mau mati, benci sekali sampai ingin mencekik orang! Tapi mendengar tenggorokan kecil Pani yang tinggi dan cempreng, kemarahan di dalam hatinya langsung hilang, hanya ingin memeluk gadis ini, paling bagus kalau memasukkan ke dalam tubuhnya, bisa dibawa kemana saja!

"Paman Sumi, uh......."

Sumi berjalan dekat, Pani memanggilnya dengan senyum manis, sepatah kata masih belum selesai, bahunya sudah dirangkul, membuatnya masuk ke dalam pelukan dan memeluk dengan kuat!

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu