Hanya Kamu Hidupku - Bab 39 Demimu Rasa Dingin, Angin Bertiup pun Kutahan

Ibu jari William menyentuh bibir bawah Ellen, pupil hitamnya bersinar, bibirnya sekali lagi menciumnya.

Tapi kali ini, disaat bibirnya menyentuh Ellen, Ellen memiringkan kepalanya pelan.

Bibir Wiliam menyentuh pipinya.

Walaupun demikian, ketika bibirnya membawa nafas yang hangat berhembus kewajah Ellen, punggung Ellen masih bergidik.

Mata William menggelap, bibir lembutnya berdiam di pipinya sebentar, lalu pelan-pelan menjauh.

Telapak besarnya mengelus pelan pipi dan telinganya, suara seraknya berkata, "Pergi istirahatlah."

Ellen langsung berdiri, meninggalkan ruang makan.

Melihat punggung Ellen yang pergi, William mengepalkan tangannya di atas meja makan, rahang bawahnya yang tajam dengan jelas terangkat, mata dinginnya tertutup, nafasnya berat.

------

Ellen masuk ke kamarnya, begitu pintu kamar tertutup, punggungnya bersandar ke pintu, belakang kepalanya menempel pintu yang keras.

Tangannya terangkat memegang dada kirinya.

Di sana, seperti kelinci yang berlari, tidak tau kenapa berdetak sangat cepat.

Di atas bibirnya masih tertinggal sedikit rasa pahit nikotin orang itu, walaupun pahit, tapi sangat membuat kecanduan, tanpa terasa tergoda olehnya.

Ellen menutup matanya, menghentikan dirinya untuk memikirkannya lagi.

-----

Hari Sabtu, tidak perlu bangun cepat.

Biasanya kalau akhir pekan, Darmi tidak akan membangunkan Ellen, jarang-jarang bisa beristirahat, dia membiarkan Ellen tidur cukup.

Bagaimana juga ini pernah diperintahkan oleh seseorang.

Ellen sebelum tidur menyetel jam 10 pagi hadphonenya akan hidup otomatis.

Handphonenya baru hidup tak berapa lama, panggilan dari Pani tersambung.

Awal berdering dua kali Ellen tidak menjawab, menarik selimutnya sampai ke kepalanya berpura-pura tidak mendengar dan lanjut tidur.

Hari ini dia berencana tidur sampai siang baru langsung bangun makan siang, siapapun jangan berharap untuk membangunkannya sebelum siang.

Ellen ngotot tidak mau angkat, tetapi orang yang menelepon lebih bersikukuh.

Ellen sudah gila, langsung membuka selimut dari kepalanya, menarik rambutnya dan bangkit duduk, dengan kesal memutar kepalanya kearah handphone yang diletakkan di rak di sebelah tempat tidurnya.

Untuk menghindari dirinya baru mengangkat telepon langsung memarahi orang, Ellen menarik nafas dalam-dalam beberapa kali, baru mengulurkan tangannya mengambil handphone, melihat layar handphone, mengangkatnya, menggertakkan giginya berkata, "Lebih baik hal besar yang terkait begitu banyak nyawa orang, kalau tidak ......"

"Ya ampun, sudah jam 10 lewat, jangan bilang kalau kamu masih tidur? Ellen, hidupmu bahagia sekali, aku sangat kagum padamu!" Diikuti dengan suara besar dan jernih milik Pani, juga ada suara ribut kerumunan orang.

Ellen kembali berbaring ke tempat tidurnya, wajahnya tegang, mata besarnya yang marah memandang langit-langit, "Baru saja bisa tidur bermalas-malasan, langsung kamu ganggu, darimana aku hidup bahagia?!"

Pani tertawa, "Waktu berharga ini kamu habiskan untuk tidur, sangat disayangkan."

"Aku tidak keberatan." Ellen mengerang.

"Sudahlah, jangan mengeluh padaku, aku bentar lagi sampai di jalan Dongcheng, kamu segera datang." Kata Pani.

"......" Ellen mengerutkan keningnya, "Untuk apa?"

"Apa harus ada apa-apa baru boleh mengajakmu keluar?"

"......Kamu hari ini tidak kerja paruh waktu?" Ellen merapikan rambutnya, bangkit duduk di atas tempat tidurnya dengan alis berkerut.

Karena panggilan Pani ini, walaupun dia masih sangat ngantuk, juga sudah hilang.

Dia memutuskan panggilan itu lanjut tidur, tampaknya tidak bisa tidur lagi.

Lebih baik keluar jalan-jalan.

Berpikiran seperti ini, Ellen turun dari tempat tidurnya, dari telinga kirinya menurunkan handphonenya, menyalakan mode loudspeaker.

"Hari ini aku shift malam. Paginya bisa menemanimu bermain sebentar." Ucap Pani.

"Kamu mau bermain, pergi sendiri, jangan mengajakku." Ellen berjalan kearah kamar mandi.

“Tidak boleh. Kamu adalah teman baikku, daripada bermain sendiri lebih baik bermain bersama." Pani tertawa kejam.

Ellen memutar matanya.

Berjalan masuk ke kamar mandi, meletakkan handphone di sebelah wastafel, Ellen mengambil gelas dan sikat gigi eletrik dari rak, berkumur.

"Ellen, kamu tebak aku tadi pergi jalan-jalan ada bertemu siapa?"

"......#¥%@" Ellen sedang berkumur, jadi suaranya terdengar sangat tidak jelas, benar-benar tidak terdengar.

Tapi Pani sangat mengerti Ellen, dengan santai bisa mengerti apa yang dia katakan, jadi dia berkata, "Aku bertemu Bintang. Dia sedang jalan dengan perempuan yang sangat cantik, bahkan membawakan tas perempuan itu, sangat gentle."

“@%*……” Ellen membalasnya dengan sederet bahasa alien.

"Bukan dari sekolah kita. Tapi melihat gerak-geriknya dengan perempuan itu, lumayan dekat." Kata Pani.

Ellen membersihkan busa di mulutnya dengan air, berkata, "Mungkin pacarnya."

Pani mengecap bibirnya, "Tidak tau. Tapi perempuan itu lumayan cantik. Tentunya tidak secantik kamu."

"Terimakasih atas pengakuanmu." Ellen tertawa.

"Heng." Pani tertawa mengerang, "Tentu saja. Seleraku sangat tinggi. Tapi kawan, mendengar Bintang berjalan-jalan dengan perempuan lain, kamu tidak merasakan apapun?"

"Kenapa aku harus merasakan sesuatu? Bukannya yang penting mereka saja yang memiliki rasa?" Ellen memencet sabun cuci mukanya untuk mencuci wajahnya.

"Kita ini bukan orang luar, kalau kamu sedih, jangan dipendam, katakan padaku." Ucap Pani.

Ellen langsung mengabaikannya, membuka keran dan membilas wajahnya, lalu meraih handuk dan mengelap buliran air di wajahnya, lalu membawa handphonenya keluar dari kamar mandi, masuk ke ruangan pakaian.

"Kamu tidak sedang menangis kan?" Setelah beberapa saat tidak mendengar Ellen berbicara, suara jernih Pani tersirat gosip dan semacam harapan.

Ellen, "......"

Mempunyai seorang teman yang begitu dingin di hadapan orang lain, tapi di hadapan kita sendiri malah begitu lucu dan cerewet adalah hal yang beruntung atau yang memusingkan?

"Kenapa aku harus nangis? Aku dan Bintang hanya teman sekolah dan teman biasa yang pernah berbicara beberapa kali. Dia mau pacaran atau sekarang langsung menikah, hubungannya denganku apa?" Ellen meletakkan handphonenya disisi sebelah, dari ruangan pakaiannya memilih sebuah dress panjang putih salju dan sweater birunya dan memakainya, lalu mengambil jaket padding hitam sepanjang lutut berjalan dari ruangan pakaian.

"Ya ampun, Ellen, kalau kejam kamu yang nomor satu."

"Heng, aku anggap kamu memujiku ya. Aku segera keluar, kamu kirimkan lokasimu padaku, aku pergi cari kamu." Kata Ellen.

"Oke."

Pani memutuskan panggilan, langsung mengirimkan lokasinya dari wechat ke Ellen.

------

Darmi yang sedang membersihkan ruang tamu dengan kemocengnya melihat Ellen berpakaian rapi turun kebawah, terbingung, "Nona, nona mau keluar ya?"

Ellen mengangguk, "Pani mengajakku berjalan-jalan."

"......Oh." Darmi berdiri diposisi awal, melihat Ellen berjalan dari hadapannya, setelah berpikir-pikir, dia bertanya, "Nona, apa anda sudah memberitahu tuan kalau anda mau keluar?"

"Belum." Ellen berdiri di ruang depan menukar sepatu.

Darmi menggigit bibirnya, tidak mengatakan apa-apa.

Setelah Ellen selesai, menggunakan jaket paddingnya dan memakai tasnya, berkata pada Darma, "Bibi Darmi, aku mungkin tidak akan pulang makan siang, bibi buat nasi porsi sendiri saja. Aku pergi dulu."

"Suruh Pak Suno antar kamu." Kata Darmi.

"Aku tau."

Suara Ellen terdengar dari luar pintu.

Darmi menundukkan matanya, menurunkan kemoceng ditangannya, berjalan ke arah telepon rumah di ruang tamu, mengabil teleponnya, menekan satu angka, "Tuan......"

......

Xinghui Times Square, Jalan Dongcheng

Saat Ellen tiba, Pani sudah membeku di tengah angin dingin.

Dari jauh melihat Ellen, Pani menggetarkan wajah kecilnya, berlari kearahnya, bergegas masuk ke badan Ellen.

Ellen melihatnya yang berlari kearahnya sudah mempersiapkan dirinya, jadi walaupun ditabrak oleh seluruh badan Pani, juga hanya mundur 2 langkah.

"Kalau kamu tidak datang lagi, aku sudah dingin membeku." Kata Pani dengan gemetaran.

Ellen merasa lucu tapi juga tidak tega, mengulurkan tangannya untuk memeluk Pani dan menggosok punggungnya, “Kamu bodoh ya? Didepan itu toko, kamu kan bisa masuk kesana tunggu aku."

"Aku masuk sendirian menunggu akan tampak seperti orang bodoh saja." Pani mencari kehangat dari badan Ellen.

"......Jadi kamu berdiri sendirian disini tidak bodoh?" Ellen menarik kedua sudut mulutnya.

"Ada sebuah lagu apa ya judulnya, demimu rasa dingin, angin bertiup pun kutahan. Demi menunggumu, aku juga sudah menahan rasa dingin dan tiupan dingin. Terharu tidak?"

"......Pani, nanti kubelikan suplemen Sakatonik ABC, untuk pertumbuhan otakmu."

Begitu Ellen selesai berbicara, Pani langsung melepaskan badannya, berputar jalan kedepan, bahkan kepalanya tidak berbalik.

Ellen tertawa melihatnya punggungnya yang berjalan tegak.

Dia memegang keningnya, berlari kecil dan mengaitkan lehernya.

Pani dengan dingin melihat Ellen.

Ellen tertawa merasa bersalah, "Tidak, tidak jadi belikan Sakatonik, belikan yang lain untukmu, yang lain untuk pertumbuhan otakkmu."

"......" Kamu ya, memangnya beda! Bagaimana ini, rasanya sangat ingin menyetujuinya!

......

Ditarik masuk oleh Pani ke toko perbelanjaan Xinghui Times Square, Ellen sedikit terkejut, "Hari ini matahari terbit dari Barat ya?"

"Hari ini mendung, tidak ada matahari." Pani tersenyum kepada Ellen, lalu menarik Ellen masuk ke sebuah toko pakaian wanita.

Ellen menaikkan alisnya.

Begitu dua orang ini masuk, kepala toko wanita yang ramah langsung menyambut mereka, "Dua gadis cantik butuh apa? Atasan, bawahan, atau dress?"

"Tidak perlu menyambut kami, kami lihat sendiri saja." Pani dengan sembrono berkata kepada kepala toko wanita itu.

Kepala toko wanita menahan dirinya, menganggukkan kepalanya kepada dua orang ini, lalu berjalan pergi.

Melihatnya berjalan jauh, kepala Ellen menghadap Pani, "Kamu mau beli apa? Aku bantu kamu cari."

Pani tidak langsung menjawab Ellen, malah menariknya mengelilingi toko.

Ellen bingung, tapi tidak mengatakan apa-apa, menemaninya mengelilingi toko.

Terakhir, Pani berhenti di depan dress berwarna merah koral.

Ellen melihat dress itu.

Designnya sangat bagus, model dressnya juga sangat cocok untuk anak gadis, lengannya berenda, sekali lihat sudah tau ini adalah dress dalaman yang dipakai pada saat musim dingin, sangat cocok dengan usia mereka.

"Menurutmu cantik tidak?" Pani memandang lekat dress itu sambil bertanya Ellen.

Ellen mengangguk, "Lumayan cantik."

Pani memanyunkan bibirnya, "Menurutku juga seperti itu."

Sambil berkata, Pani melihat kearah dua pelayan toko wanita yang tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat, "Tolong ambilkan 2 dress ukuran XS, kami mau mencoba dress ini."

"Baik, segera." Pelayan toko wanita itu berjalan kemari, dengan cepat mengambil 2 buah dress dengan ukuran XS, lalu memberikannya kepada Pani.

Pani menerimanya, salah satunya dia oper ke tangan Ellen, "Ayo kita coba."

Ellen, "......" Apa dia berencana membelikan satu untuknya?

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu