Hanya Kamu Hidupku - Bab 407 Dia Adalah Iblis Yang Selalu Dibicarakan Orang Lain

Belum selesai Venus menyelesaikan ucapannya, Mars memejamkan matanya lalu berkata dengan wajah sangat gelisah, “Terlalu menyedihkan, Vania, terlalu sangat menyedihkan.”

Venus terkejut hatinya bagaikan tergulung, diam-diam dia mengeratkan kepalan tangannya, lalu bertanya heran, “Tante muda, apa maksudmu? Apa sudah dapat kabar Vania?”

Mars menggenggam erat tangan Venus, lalu perlahan membuka mata memandang Venus, suaranya gemetar, “Masalah semacam ini, Tante muda hanya melihatnya di berita saja. Aku tidak pernah menyangka kalau suatu hari hal semacam ini bisa terjadi di orang-orang sekitarku.

Venus mengerutkan kening dan berkata, "Tante muda, aku tidak mengerti."

Mars mencoba menenangkan suasana hatinya lalu memandang Venus, dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kamu lebih baik tidak perlu tahu ini. Supaya kamu tidak perlu khawatir sepertiku.”

“....Tante muda, kamu baru saja memintaku untuk berhati-hati kalau keluar. Tapi kamu belum mengatakan kepadaku, aku harus berhati-hati untuk apa?” kata Venus dengan mata yang berbinar.

Mars menatap Venus, berpikir sejenak lalu menggigit bibir dan berkata, “Sudahlah, aku akan memberitahumu. Terkadang takut juga bukanlah hal buruk.”

Venus bernapas ringan.

Selanjutnya.

Mars pun mengatakan semua hal buruk yang dialami oleh Vania. Dia juga mengatakan mengenai kondisi Vania sekarang. Ketika menceritakan ini gigi Mars sampai gemetaran.

Selesai mendengar ini, Venus pun diam terkejut, wajahnya langsung memucat. Kedua matanya membelalak lebar menatap Maras.

Mars sendiri juga kembali ketakutan lagi setelah menceritakan ini.

Ketika perlahan kembali tersadar dari ketakutannya, tiba-tiba Mars merasa tangan yang sedang digenggam di telapak tangannya jadi dingin sekali.

Mars terkejut melihat Venus.

Dia menyadari bibir Venus sangat pucat dan ekspresi wajahnya tampak sangat terkejut dan ketakutan.

Pada saat ini.

Mars hanya merasa kalau Venus ketakutan, dia pun menghela napas. Lalu menggenggam tangan Venus yang ada di telapak tangannya kemudian berkata dengan lembutnya, “Vania sekarang ada di unit perawatan intensif. Tidak tahu kapan bisa melewati masa kritisnya!”

“Bagaimana mungkin bisa begini?”

Venus bergumam dengan sulitnya menggerakkan bibirnya. Tapi suaranya sangat pelan sampai Mars yang duduk berhadapan dengannya tidak bisa mendengar ucapannya itu.

Mars menatap Venus dengan bingung, “Venus, apa yang baru saja kamu ucapkan?”

Ekspresi wajah Venus lepas kontrol. Wajahnya sekarang seolah bukan miliknya, dia sulit mengendalikan ekspresi yang muncul di wajahnya, “Tante muda, apa yang kamu ucapkan semua itu, benaran? Sangat sangat benar? Vania dia benar-benar...telah mengalami hal seperti itu?”

“Tante muda juga berharap kalau itu tidak benar. Tapi paman dan Bintang melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka juga mendengar semua itu dari dokter, jadi tidak mungkin salah.” Kata Mars.

“Oh Tuhan!”

Satu tangan Venus gemetaran tidak karuan sambil menutup bibirnya. Matanya seketika memerah seperti sekali berkedip saja sudah bisa langsung meneteskan dua baris air mata darah dari matanya.

Mars mengerutkan keningnya diam-diam memegang erat tangan Venus.

Lalu dia tiba-tiba teringat dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad.

Mars berkedip langsung dan buru-buru menarik tangan Venus lalu menatap matanya dan berkata dengan serius, “Venus, kamu dengarkan aku ya. Masalah ini hanya kamu yang tahu, jangan sampai kamu katakan ke orang lain, paham ya?”

Venus menatap Mars lalu mengangguk.

Dia tentu saja tidak mungkin akan mengatakan hal ini ke siapapun. Mati pun dia tidak akan mengatakan ke siapapun!

Jika hal buruk yang dialami Vania tersebar, itu akan menimbulkan kegemparan dan badai opini publik.

Di dalam badai publik itu, tidak hanya Vania dan keluarga Dilsen yang akan diperbincangkan, masih ada calon suami Vania, Bintang dan keluarga dari Bintang yaitu Keluarga Hamid yang pasti ikut dibicarakan.

Ahmad adalah walikota Kota Tong. Setiap sikap dan tingkah lakunya di bawah pengawasan masyarakat dan bisa dibilang mewakili seluruh Kota Tong.

Jika berita Vania ini tersebar, sudah pasti akan menerima banyak sekali rasa kasian dan belas kasih.

Vania dan Bintang sudah ada perjanjian pernikahan di awal.

Meskipun Keluarga Hamid telah memiliki pemikiran untuk membatalkan pernikahan karena kejadian yang menimpa Vania ini. Tapi nantinya yang ada malah akan jadi perhatian publik.

Ahmad tentu saja juga tidak berani mengusulkan ucapan untuk pembatalan perjanjian pernikahan seperti itu.

Malah seballiknya, demi citra Keluarga Hamid dan citranya sendiri, bisa-bisa malah menyuruh Bintang untuk segera menikahi Vania. Tujuannya untuk memperlihatkan kebaikan dan keikhlasan Keluarga Hamid.

Oleh karena itu, hanya demi hal ini saja. Venus juga tidak mengijinkan dirinya untuk mengatakan hal buruk ini ke orang lain.

.....

Venus tidak tahu bagaimana dirinya meninggalkan rumah Keluarga Hamid.

Dia hanya merasa apa yang dia injak sekarang bukanlah tanah yang keras, tetapi awan yang lembut dan mengambang.

Dia merasa seluruh tubuhnya begitu ringan dan seolah mengambang, seolah-olah dia tidak memiliki cangkang dan hanya tersisa jiwa yang berkeliaran.

Venus berjalan ke depan mobil, dia berusaha sekuat tenaga membuka pintu mobil di bagian bangku pengemudi. Dia sendiri seolah tidak punya tenaga untuk masuk dan duduk di bangku pengemudi.

Tangannya gemetaran membuka pintu mobil. Lalu, ketika dia bersandar di bangkunya, tanpa sadar dia mengaca dan melihat wajahnya yang sangat pucat seperti hantu!

Tenggorokan Venus menegang, tangannya gemetaran tidak berhenti bagaikan tersetrum listrik.

Dia menyeka keringat di keningnya, lalu tanpa sadar air mata tiba-tiba menetes deras begitu saja dari matanya.

“Hiks.......”

Telapak tangan Venus memegangi keningnya yang basah, punggungnya membungkuk menahan sakit di hatinya dan dia pun merintih.

Dia menggeliat di kursi pengemudi, seolah-olah ada rasa sakit yang dia tahan di bagian tubuhnya yang terus menyiksanya!

“Hiks....tidak mungkin, tidak....”

Venus menggigit punggung tangannya, keringat dan air mata terus saja mengalir.

“Tidak mungkin! Tidak mungkin, tidak akan mungkin....”

“Hiks hiks, pasti bukan seperti itu, pasti bukan.”

“Ayah pasti difitnah. Jadi ini pasti tidak benar, ini tidak mungkin benar!”

“Huwaaahhhh...”

Seluruh perasaan yang menjerat hatinya seolah begitu saja meluap dan meledak di tenggorokannya. Perasaan Venus saat ini begitu hancur. Dia memukulkan kedua tangannya dengan keras di stirnya sambil menangis sampai kehilangan suaranya!

“Tidak seperti ini, pasti tidak seperti ini! tidak....”

....

Zaenab menjawab telepon dari Venus lalu ketika dia menemui Venus dengan segera, Venus sedang berbaring di bangku belakang mobil dengan kedua tangannya menggantung di celah antara kursi depan dan belakan. Matanya bengkak, bola matanya semerah darah, berkedip-kedip menatap atap mobil.

Di seluruh tubuhnya tidak terlihat sedikitpun napas manusia.

Seperti, orang mati!

Zaenab bergidik. Dia langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Tidak menyangka.

Belum sampai dia mendekati Venus.

Suara dingin dan rendah seolah tak bernyawa Venus tiba-tiba terdengar, “Selama bertahun-tahun ini, pernahkah kamu memikirkannya kalau kasus dulu itu memang benar dan sebuah kenyataan?”

Baru saja Zaenab masuk ke dalam mobil dan dia masih dalam posisi membungkukkan tubuhnya.

Mendengar ucapan Venus ini, Zaenab diam terkejut lalu mengangkat kepalanya menatap Venus.

Ekspresi di wajah Venus masih sama saja ketika Zaenab baru datang menemuinya tadi. Hanya lehernya yang menoleh ke Zaenab.

Pemandangan itu sangat mengerikan.

Zaenab merapatkan bibirnya. Dia menundukkan pandangannya sampai ke kaki Venus yang disandarkan di luar bangku. Lalu, dia menoleh dan bertanya ke Venus, “Ada apa denganmu?”

“Kakak, apa kamu masih ingat anak-anak yang tinggal bersama dengan kita waktu masih kecil di Panti Asuhan Kasih?” tanya Venus.

Mata Zaenab bersinar.

Venus perlahan menoleh lagi dan menatap mata Zaenab, “Saat itu ucapan yang dikatakan mereka semua sama menunjuk Ayah lalu menuduh dan mengatakan Ayah mencabuli mereka. Sampai sekarang, kita masih sangat membenci anak-anak itu, iya kan?”

“Iya!” Alis Zaenab terangkat, “Ayah begitu baik terhadap mereka, bahkan lebih baik daripada denganmu dan aku. Tapi mereka malah tidak tahu berterima kasih dan malah bekerja sama dan bersatu berbohong dan menjebak ayah! Mereka semua kebanyakan tidak tahu hasil dari tuduhan mereka itu akan berpengaruh apa kepada ayah. Tapi juga karena ketidaktahuan mereka itu yang mengakibatkan ayah difitnah akhirnya dipenjara selama dua puluh tahun! Aku selamanya tidak akan pernah memaafkan mereka! Aku juga sama tidak akan pernah memaafkan para polisi bodoh dan hakim yang telah menjatuhkan hukuman ke ayah!”

Venus menatap wajah Zaenab yag marah. Sudut matanya tiba-tiba mengalir dua baris air mata, “Vania sekarang ada di unit perawatan intensif rumah sakit Yihe. Dia masih tidak sadarkan diri.”

Zaenab terkejut lalu membelalakkan matanya menatap Venus.

“Dokter bilang kalau sebelum Venus dilarikan ke rumah sakit, dia dipukuli secara brutal dan dilecehkan secara seksual. Banyak sekali tulang yang patah di tubuhnya. Tidak tampak sedikitpun kulit yang baik-baik saja. Bahkan karena robek terlalu parah sampai harus dijahit beberapa kali!” kata Venus dengan suara serak.

“...Bagaimana bisa begitu?” wajah Zaenab memucat.

“Kondisi Vania yang tinggal di rumah sakit seperti itu. Kakak, menurutmu siapa yang bisa melakukan itu?” sudut bibir Venus terangkat dan memperlihatkan senyum pahit.

Zaenab membuka bibirnya, matanya terperanjat tapi seolah tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya.

“Sejak Vania hilang yang selalu mengawasi dan mengurusnya adalah ayah. Di samping Vania, selain dia, apa masih ada orang lain?” tanya Venus.

“Tidak, tidak mungkin, tidak mungkin!”

Zaenab melambai-lambaikan tangannya menolak untuk percaya kenyataan ini.

“Aku juga berharap kalau ini tidak mungkin. Aku juga berharap aku hanya sedang berpikiran sembarangan. Tapi kenyataan sudah terpampang di depan mata dan aku tidak bisa untuk tidak percaya ataupun menipu diriku sendiri.” kata Venus sambil mengeratkan kepalan

Zaenab menutup telinganya sendiri dengan kedua tangannya. Dia juga memejamkan matanya erat-erat. Dia berusaha untuk tidak mendengarkan setiap ucapan Venus.

Dia tidak akan percaya!

Dia tidak akan percaya!

Venus menatap Zaenab, air matanya terus mengalir, “Kita sangat percaya kalau dia tidak bersalah, dia hanya dijebak, difitnah. Kita percaya itu sudah selama dua puluh tahun! Kita selalu menunggu sampai datangnya waktu untuk pembebasan bersyaratnya. Kita tidak pernah menyerah dengannya. Akhirnya, kita bisa membawanya kembali. Tapi di waktu bersamaan, dia juga telah membawa kenyataan yang kejam ikut kembali! Dia, dia adalah iblis, psikopat yang selalu dibicarakan oleh orang-orang di Kota Rong yang punya dosa besar dengan mencabuli anak-anak! Dia memang adalah iblis! Kita salah mempercayainya.....”

“Jangan bicara lagi, jangan bicara lagi!”

Hati Zaenab hancur, dia memegang erat kepala sambil berteriak, “Aku tidak percaya, aku tidak percaya ayah adalah orang seperti itu. Aku tidak percaya....”

Zaenab berkata sambil mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Venus. Air matanya mengalir dengan gilanya, menatap Venus dan memohon, “Venus, kamu juga tidak boleh percaya. Kamu juga tidak boleh percaya ! ini semua pasti hanya jebakan, pasti ini adalah rencana buruk untuk memfitnah dan menjebak ayah! Kita jangan sampai masuk ke dalam jebakan ini. Kita tidak boleh percaya.....ayah bukan seperti itu, dia bukan seperti itu!”

“Apa kamu lupa? Ayah begitu baik sekali kepada kita, iya kan? Jika ayah adalah iblis yang dibicarakan oleh orang-orang. Lalu mana mungkin dia begitu baik kepada kita,, iya kan? Tidak mungkin, ini jelas tidak mungkin Venus.” Zaenab terus memaksa agar Venus ada di sisinya.

Juga memaksa diri agar Venus bisa setuju dengan semua ucapannya.

Dia tidak bisa menerima ayah baik hati yang selama ini ada di matanya, ayah yang citranya sangat hebat itu ternyata benar-benar penjahat kejam yang diberitakan di koran! Dia bisa hancur !

Kenyataannya.

Zaenab sekarang sudah hancur!

Ucapan Venus selanjutnya malah membuat Zaenab semakin hancur dan bingung, tak tahu harus berbuat apa.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu