Hanya Kamu Hidupku - Bab 23 Apakah Kamu Punya Orang Yang Disukai?

Tadi pagi dia hampir memporak porandakan kamarnya namun tidak ketemu, ketika dia pulang dan mencarinya langsung ketemu?

Kenapa dia merasa ada yang janggal dengan kejadian ini?

William tidak mempedulikan rasa curiga Ellen, ia langsung mengalihkan topiknya, “Tidak kamu buka untuk lihat isinya?”

Ellen melihat hadiah di atas meja, menggeleng, ia menatap William sambil berkata lirih, “Tidak perlu dilihat, toh aku akan mengembalikannya.”

Mengembalikannya?

Ada rasa aneh yang terlintas di mata William, ia menatap Ellen .

Ellen tidak banyak bicara, dia menyipitkan mata dan memandang William, berkata pelan, “Paman ketiga, benarkah hadiah ini kamu temukan di kamarku?”

“Em.” Mata William agak mengkerut ketika menjawabnya, namun nada bicaranya ketika menjawab terdengar begitu yakin.

Ellen tercengang.

Bukan curiga, tapi dia sungguh sudah mencari semua sudut kamarnya, namun tetap tidak menemukannya.

Ketika Ellen sedang berpikir, William bangkit berdiri dari sofa.

Ellen menatapnya dengan tatapan heran.

William melirik Ellen sekilas, lalu berjalan kearah tangga.

Ellen melihat William naik ke lantai atas, tubuhnya yang tinggi dan proporsional menghilang di balik ruang baca, ia mengalihkan pandangan, lalu melihat kearah hadiah di atas meja, mengetatkan bibirnya, hanya merasakan keanehan.

……

Di ruang baca, William duduk di kursi kerjanya yang besar di balik meja kerjanya, tangan besar dengan ruas jari yang begitu jelas membuka sebuah laci di meja kerjanya, sebuah hadiah yang terbungkus begitu rapi dan indah muncul di dalam laci itu.

Dan hadiah itu sama persis seperti yang berada di atas meja ruang tamu lantai bawah, sungguh sangat mirip.

William menatap hadiah itu beberapa detik, lalu menyipitkan matanya dengan dingin, kemudian menutup laci itu.

……

Di belakang bukit buatan yang berada tidak jauh dari lapangan basket SMA Weiran yang tidak terlalu menarik perhatian orang.

“Maaf Bintang, aku tidak bisa menerima hadiahmu.” Ellen menyerahkan kantung berisi kotak hadiah pemberian Bintang kepada pemiliknya.

Bintang tidak menyangka Ellen mengajaknya bertemu untuk mengembalikan barang pemberiannya, matanya yang begitu segar terlihat murung.

Dadanya terasa sangat sesak, membuat suara Bintang terdengar begitu serak, “Hadiah yang sudah diberikan mana boleh ditarik kembali.”

Ellen melihat wajahnya yang murung, seketika merasa bersalah, “Maaf.”

Ketika ia memberikan hadiah ini ketika itu, seharusnya dia tidak menerimanya.

Jika ketika itu ia tidak menerima hadiah ini, mungkin sekarang mereka berdua tidak akan merasa tidak nyaman seperti ini. Semua salahnya.

Ellen menarik nafas, matanya yang jernih menatapnya, berkata dengan suara agak serak, “Bintang, aku tahu meskipun sekarang aku berkata sebanyak apapun tidak akan membuatmu merasa jauh lebih baik, aku sungguh minta maaf.”

Tangan Bintang mengepal erat, menatap wajah Ellen yang cantik, berkata dengan suara yang serak, “Jika kamu benar merasa bersalah, maka terimalah hadiah ini. Aku tidak punya maksud lain, kamu boleh menolakku menyukaimu, namun hadiah yang kuberikan hanya hadiah biasa, tidak ada maksud lain.”

“Aku tidak bisa menerima pemberian tanpa sebab seperti ini….”

“Ellen, jika kamu menganggapku sebagai teman, jangan membuatku lebih merasa kesulitan lagi, ok?” wajah tampan Bintang terlihat semakin murung.

Tangan Ellen yang menggenggam erat kantung berisi hadiah mengepal erat, tidak lagi bersikeras untuk mengembalikannya.

Bagaimanapun, bahkan ucapan ‘kesulitan’ saja sudah dia ucapkan.

Jika dia tetap bersikeras mengembalikan hadiah ini padanya, bukankah sungguh membuatnya kesulitan?

“Boleh aku tanyakan satu pertanyaan padamu?” Bintang bertanya pada Ellen .

“….. apa?” Ellen menatapnya.

Bintang mengepalkan tangannya dengan erat, setelah menarik nafas panjang baru bertanya, “Kamu punya orang yang disukai?”

Ellen tercengang lalu menggeleng.

Dia memang tidak punya orang yang disukai sekarang.

Dan Bintang, dia akui dia merasa dia pria yang cukup nyaman untuknya, namun belum sampai tahap suka.

Dan dirinya sekarang baru menginjak kelas 3 SMA, masih terlalu cepat untuk membicarakan ini.

Sehingga Ellen menolak Bintang.

“Kalau begitu aku masih punya kesempatan.” Mata Bintang yang suram sekarang kembali bersinar, seketika seperti ada api yang kembali membara, membuatnya menatap Ellen dengan tatapan membara.

Dan ketika Ellen melihat ini, senyum di bibirnya sedikit mengembang, ia membuka mulut ingin mengatakan sesuatu.

Namun Bintang sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk itu, ia mengulurkan tangan mengelus kepalanya, lalu pergi sambil tersenyum.

Ellen yang berada di sana, “…….”

……

Detik berganti menit, waktu berlalu dengan cepat, dalam satu kedipan mata semester satu sudah berlalu setengah.

Siang ini sepulang sekolah, Ellen kembali ke villa, dia menemukan bukan hanya William yang sudah pulang dari kantor, bahkan Samir, Sumi sampai Ethan Hunt yang sulit sekali dijumpai juga berada di rumah.

Ellen melihat Ethan dengan wajah senang dan terkejut, lalu melihat lagi kearah Samir dan Sumi, akhirnya mendaratkan pandangannya pada William, nada bicaranya penuh dengan rasa heran, “Paman ketiga, malam ini kalian berencana main mahjong?”

Senyum seketika mengembang di bibir William .

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu