Hanya Kamu Hidupku - Bab 558 Aku Sedang Memasak Sup Ayam Untuk Panpan

Kedua orang dalam kamar pasien tersebut sama-sama dalam keadaan suasana hati yang kacau.

Dan wanita yang sedang berdiri di luar kamar pasien sambil memegangi bunga segar juga menjadi kacau.

Wajah wanita tersebut menjadi pucat, tangan yang sedang memegangi bunga segar juga menjadi gemetar, akan tetapi sepasang matanya yang menatap pintu kamar pasien malah terlihat sinis seperti hantu.

Bagaimana bisa, bagaimana bisa dia berpindah hati dengan begitu mudahnya?

Dia mengatakan bahwa dia akan berada disisinya! Saat memberikannya kalung tersebut ia pernah mengatakan bahwa dia akan selalu ada! Saat orangtuanya meninggalkannya, dia juga pernah mengatakan bahwa dia akan menjaganya, dia adalah sandaran baginya!

Tetapi apa yang di ucapkannya saat ini?

Dia ternyata mengatakan bahwa dia hanya mencintai Pani ?

Dia mengatakannya begitu!

“ Sumi, mengapa kamu mengikari janjimu padaku? Mengapa kamu tidak bisa mempertahankan janjimu padaku?!”

Linsan dengan suram menatapi pintu kamar pasien, tangannya bergetar hebat.

Akan tetapi ia masih bersabar, tidak merusak bunga di tangannya!

“Kamu yang terlebih dahulu mengkhianatiku Sumi, jangan salahkan aku, kamu jangan salahkan aku!”

Linsan menyeringai, ia segera berbalik dan pergi!

……

Keesokan siangnya.

Dokter melakukan pemeriksaan terhadap Pani dan mengatakan bahwa dia sudah dapat keluar dari rumah sakit.

Sumi mengurus prosedur keluar dari rumah sakit dan membawa Pani keluar dari rumah sakit.

Berjalan keluar dari rumah sakit, Sumi merangkul Pani dengan hati-hati, bahkan sedikit gerakan dari Pani saja membuat ia melototinya.

Pani mungkin sudah terbiasa dengan kondisi tidak normal dari Sumi sebelumnya.

Sekarang dia tiba-tiba berubah menjadi normal, Pani merasa sedikit tidak terbiasa.

Setelah Sumi merangkulnya hingga naik ke mobil, Pani terus menatapnya dari sudut matanya.

Sumi memiringkan tubuh membantu dia memakaikan sabuk pengaman, setelah itu ia tidak menaikkan tubuhnya dengan posisi seperti itu menatap Pani.

Alis Pani bergetar, ia mengangkat mata dan melihatnya, “Ada apa?”

Sumi mengangkat alisnya, ia mengulurkan tangan menyentuh dagu Pani sejenak lalu berdiri tegak dan menutup pintu mobil, kemudian berjalan menuju ke kursi pengemudi.

Pani, “…..”

Ia merasa aneh, ketika dagunya di sentuh olehnya seperti akan jatuh saja!

Sumi menaiki mobil dengan sorotan mata yang hangat menatap Pani, “Mau makan dulu atau pulang dulu?”

“Makan!” Pani berkata.

“Sudah lapar?” Sumi memandangi perutnya kemudian menjalankan mobil.

Pani mengatupkan bibirnya dan menutup mulutnya, ia memutar kepalanya menoleh ke arah jendela mobil, tidak menjawab perkataannya.

Melihat kondisi tersebut Sumi hanya sedikit menyipitkan matanya dan tidak berkata apa-apa.

……

Salah satu restoran ala cina kelas atas di Kota Yu.

“Perbanyak makan daging.”

“Juga perlu makan sayur.”

“Tidak boleh memilih makanan.”

“Sup.”

“Aku sudah membantumu mengupas kulit udang, makanlah semuanya.”

“Minum dua mangkok sup ayam lagi.”

“Bagus…”

“Berhenti!”

Pani mengambil serbet mengelap mulutnya, sambil mengerutkan alis memandangi Sumi, “Kamu, kamu kenapa? Apakah aku adalah anak umur tiga tahun? Apakah aku tidak tahu harus makan apa? Kamu, kamu terus mengoceh disana, apa tanggapan orang lain terhadapku? Orang yang tidak tahu akan mengira kalau aku adalah orang dengan keterbelakangan mental!”

Mendengar perkataan Pani tersebut.

Sumi juga hanya mengangkat kepala melihatnya, dengan sabar memberikan sup ke dalam tangan Pani, “Minum supnya maka aku tidak akan berkata-kata lagi.”

“Aku tidak mau minum!”

Pani meletakkan sup ke atas meja, “Aku sudah makan sangat banyak, kalau makan lagi maka aku bisa muntah! Kamu makan saja tidak perlu mempedulikanku!”

Sumi melihat mangkok sup tersebut kemudian melihat Pani, sambil sedikit mengerucutkan bibir tipisnya ia berkata, “Oke, aku tidak memaksamu! Nanti aku akan meminta pelayan untuk membungkus sup ayam ini dan membawanya pulang ke apartemen, sore nanti aku akan memanaskannya untukmu.”

Pani mengerutkan alisnya menatap Sumi, walaupun wajahnya terlihat datar namun jantungnya sedang berdetak kencang!

Orang ini begitu cepat berubah seperti angin topan!

Pani terlihat sama sekali tidak memiliki persiapan hati!

……

Setelah itu, Sumi tidak meminta pelayan untuk membungkus sup yang tersisa, namun….ia menyetir mobil ke supermarket, langsung membeli seekor ayam hidup, dengan serius berkata ingin memasakkan sup ayam untuknya!

Pani merasa malas untuk berdebat dengannya hingga ia tidak berkata apa-apa.

Seorang pria yang hanya bisa memasak mie ingin membuatkannya sup ayam, dia juga harus berani meminumnya!

……

Sampai di apartemen, Pani memasuki kamar untuk beristirahat sedangkan Sumi setelah sampai langsung masuk ke dapur.

Sekarang ayam hidup sudah menjadi ayam mati, Sumi hanya perlu mencabuti bulunya, membelah perutnya untuk mengeluarkan dan membersihkan jeroannya.

Mungkin tidak akan ada yang percaya bahwa Pengacara besar Nulu memerlukan waktu dua jam untuk mencabuti bulu ayam, mengeluarkan jeroan saja sudah menghabiskan waktu setengah jam, benar-benar orang yang berbakat bukan?

Akhirnya ayam tersebut sudah berhasil dibersihkan.

Selanjutnya adalah memasaknya!

Pengacara besar Nulu adalah orang yang sangat terorganisir juga sangat stabil.

Ia mencari di web terlebih dahulu, mencari cara memasak sup ayam, langkah-langkah yang ditemukannya begitu cermat dan teliti, seperti ukuran dan berat ayamnya, juga takaran bumbu-bumbu untuk membuat sup ayam yang membuat ia sedikit bingung, apakah harus pergi membeli timbangan terlebih dahulu untuk menimbangnya?

Tidak perlu dikatakan.

Pengacara besar Nulu memang mempunyai rencana seperti itu, akan tetapi setelah melihat waktu sudah tidak sempat.

Setelah berpikir, pengacara besar Nulu meminta bantuan kepada koki besar yaitu Ellen yang sekarang memiliki ketrampilan memasak nomor satu.

Ellen menerima telepon dan setelah mendengar tujuan dari Sumi meneleponnya, ia merasa itu adalah sesuatu yang tidak dapat dipercaya!

Ellen menahan rasa penasarannya hingga ia selesai menjelaskan cara memasak sup ayam kepada Sumi, baru bertanya, “Paman Nulu, untuk apa kamu menanyakan ini? Apakah kamu ingin minum sup ayam?”

“Bukan, aku memasaknya untuk Panpan. Sudah tidak sempat lagi, sudah ya, aku matikan teleponnya.” Sumi sungguh terlihat buru-buru, ia tidak menunggu Ellen membalas perkataannya ia sudah langsung mematikan teleponnya, kemudian ia meletakkan ponselnya di satu sisi lalu dengan serius mulai memasak sup ayam.

Setelah mencampur ayam dengan bumbu-bumbu dan memasukkannya ke dalam panci selama dua jam, Sumi terus berjaga di dapur, tidak selangkahpun melangkah pergi sambil menatap sup ayam yang berada dalam panci, seperti takut kalau ayam di dalam panci akan hidup kembali dan melarikan diri saja!

……

Saat Pani bangun, hari sudah senja, ia berjalan keluar kamar setelah selesai mencuci muka dan menukar baju, ia tidak melihat Sumi di ruang tamu, seketika langsung terpikir tentang memasak sup ayam yang ia katakan siang tadi.

Pani terhenti, kepalanya menghadap ke arah dapur.

Setelah berdiri diam sejenak, Pani tidak dapat menghentikan rasa penasarannya, ia merapatkan bibirnya dan berjalan menuju ke dapur.

Setelah sampai di dapur ia masih tidak melihat Sumi.

Akan tetapi dia melihat setumpuk bulu ayam…

Pani menatap setumpuk bulu ayam tersebut dan membayangkan seorang bos besar Nulu yang agung dan elegan mencabuti bulu ayam.

Dalam kepala Pani hanya terpikir kata: lucu!

Sorotan matanya berpindah dari tumpukan bulu ayam ke meja dapur.

Saat melihat panci yang berada di atas meja dapur, saat matanya masih bergerak namun kedua kakinya telah berjalan kesana.

Setelah mendekat, Pani melihat sekilas ke arah luar dapur, tanpa sadar alisnya terangkat kemudian ia memutar kembali kepalanya sambil mengulurkan tangan mengangkat tutup panci.

Saat melihat.

Terdapat sebuah aroma yang susah untuk digambarkan keluar dari panci!

“….” Pani terlihat tidak suka sambil mengerutkan alisnya, ia memundurkan kepalanya dan matanya sedang menatap “Sup ayam” yang berada di dalam panci!

Setelah melihatnya Pani sama sekali tidak berani mempercayai apa yang di lihat oleh matanya!

Jadi!

Apakah itu adalah sepanci sup ayam beracun?

Mengapa begitu hitam?

Hati Pani seperti membengkak, setelah merasa tidak nyaman dan kusut, ternyata rasa penasarannya masih ada.

Dia menaruh tutup panci di satu sisi, mengambil sendok sup dengan hati-hati menyendok setengah sendok sup, ia mengerutkan hidung terlebih dahulu lalu mendekatkan sup tersebut ke hidung dan menghirupnya.

Kemudian.

Dia sangat yakin bahwa dirinya mencium bau gosong!

Hehe!

Memasak sup sampai gosong, kalau bukan “Jenius” apa lagi?

Pani menutup mata kemudian membukanya lagi, ia meniup-niup sup tersebut, merasa menolak juga merasa penasaran akhirnya ia memakan sup tersebut.

Detik saat sup tersebut baru mengalir melewati lidah Pani.

Pani ….. Ada sedikit rasa ingin mati!

Bukan hanya bau gosong yang memenuhi mulut dan juga rasa asin yang bisa membuat orang mati!

Saat itu juga Pani membuang sendok sup di tangannya, ia berjalan ke depan wastafel membuka kran untuk berkumur-kumur!

Ia berkumur beberapa kali.

Pani menatap sepanci sup tersebut.

Diam-diam ia bersumpah!

Apabila nanti ada orang yang berani menyuruhnya untuk meminum sup ayam dalam panci tersebut, maka dia akan menghabisinya!

“Huh-Apa hebatnya seorang pengacara besar? Di depan seorang koki bukankah menjadi seseorang yang tidak berguna!”

Pani mengelap mulutnya sambil bergumam berjalan keluar dari dapur!

……

Pani duduk di ruang tamu sekitar belasan menit dan tidak melihat bayangan Sumi.

Pani bertanya-tanya, ia memiringkan kepalanya dan melihat sekilas ke arah kamarnya, “Jangan-jangan juga sedang beristirahat?”

Tepat saat ia sedang bergumam.

Terdengar suara pintu terbuka dari arah pintu masuk.

Pani merasa aneh dan menoleh kesana, terlihat Sumi sedang berjalan masuk dan tangannya sedang membawa sesuatu.

Sorotan mata keduanya bertemu dan sama-sama terdiam.

Setelah itu.

Sumi dengan sangat cepat menyembunyikan ke belakang barang yang berada di tangannya.

Pani melihat hal tersebut sedikit menyipitkan matanya, dengan bibir tertutup ia menatap Sumi selama dua detik kemudian perlahan-lahan menarik kembali tatapannya.

Dia merasa kenapa Sumi terlihat sedikit sesak? Apakah sangat terburu-buru?

Dan juga apa yang berada dalam tangannya itu? Begitu misterius!

Sumi melihat Pani mengalihkan pandangan darinya, ia diam-diam menghela napas, bahkan tidak menukar sepatunya dengan cepat berjalan menuju ke dapur.

Pani menatapnya dengan diam.

Ketika melihat Sumi seperti sedang menyembunyikan sesuatu di punggungnya, mata Pani menjadi berbinar.

……

Setelah sekitar sepuluh menit, Sumi sudah lebih tenang dan berjalan keluar dari dapur menatap Pani dan berkata, “Makan malam sudah siap, sudah bisa di makan.”

“….Aku tidak lapar!” Pani berkata.

“…….” Sumi sedikit tercengang, sambil berjalan ke arahnya sambil berkata, “Sekarang sudah hampir jam tujuh, masih tidak lapar? Sini.”

Sumi melangkah maju, tanpa sadar membicarakan tentang kebodohan Pani, ia menariknya berdiri dari kursi sofa, menggandengnya menuju ke ruang makan.

“Aku sungguh tidak lapar!” Pani menolaknya, dia tidak ingin keracunan.

Sumi mengerutkan alis dan menatapnya, “Tidak lapar juga harus makan sedikit! Aku….memasak sup ayam!”

Justru karena kamu telah memasak sup ayam, dia baru “Tidak lapar”.

Pani menatapnya, menunjukkan ekspresi tidak senang dan tidak dapat berkata-kata!

Sumi menutup bibir tipisnya, ia menarik Pani untuk duduk di kursi samping meja makan dengan lembut menepuk-nepuk kepalanya dan berkata dengan suara lembut, “Aku pergi mengambil sayur, kamu tunggu ya.”

“…..Aku sekarang sungguh tidak lapar, atau tunggu aku sudah lapar baru makan?” Wajah kecil Pani berkedut, berkata kepada Sumi sambil menatap punggungnya yang lebar.

“Kalau begitu minum sedikit sup ayam dulu.” Sumi berkata.

Pani menutupi wajahnya!

……

Sumi terlebih dahulu meletakkan beberapa piring lauk ke atas meja makan, kemudian baru langsung menaruh panci sup ke tengah meja makan.

Pani menatap sekilas panci tersebut, hatinya merasa sangat kacau!

Semuanya sudah siap.

Sumi duduk di hadapan Pani, ia melihat sekilas lauk-lauk yang berada di atas meja dan matanya terlihat berbinar, ia mengeluarkan sedikit suara batuk dan berkata, “Selain sup ayam adalah buatanku sendiri, yang lainnya aku membelinya dari luar….Ya, aku tadi keluar untuk membeli lauk-lauk ini!”

Pani menatapnya sekilas dan tidak ingin berbicara.

Sumi berhenti sejenak kemudian mengangkat mangkok kosong, “Minumlah sedikit sup!”

“Aku tidak….”

Saat kata “Tidak” keluar dari mulut, Pani melihat Sumi sudah membuka tutup panci.

Sudut mata Pani tidak sengaja melihat ke arah panci, saat itu juga ia menjadi tercengang!

Sup ayam itu…..

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu