Hanya Kamu Hidupku - Bab 186 Paman Ketiga Menjemputmu Pulang Rumah

Ahmad melihat begitu, hati mulai gelisah.

Sedikit menutup mata, Perasaan dan hati Ahmad penuh dengan masalah sehingga melampiaskannya dengan minum anggur merah.

Setiap orang di meja makan melihat reaksi William, sesama saling melihat sebentar. sejenak tidak ada yang berani mengajak William untuk bicara dan bersulang, takut ditolak.

Tidak lama kemudian, Bintang dan Venus kembali ke ruang makan.

Bintang di belakang Venus, memasuki ruang makan melihat William, tatapan heran, dan tidak bisa menutupi perasaaan kaget.

William mengangkat alis melihat Bintang, raut wajah yang bijak dan tidak ada perubahan.

"Bintang. " Mars sakit hati melihat Bintang.

Bintang menggigit bibir, memalingkan pandangan dari William, melihat Mars.

"Cepat duduk. " Mars berkata.

Bintang menganggukkan kepala, pandangan mata dari Ellen sebelah Vima selama 2 detik, setelah itu perlahan menutupi matana, berjalan menuju posisi sebelah kanan Vima.

Venus terlihat seperti ada masalah, sepasang mata meihat ke lantai, mencari tempat terdekat untuk duduk.

"Bintang, Pak Dilsen kamu juga pernah ketemu, cepat bersulang dengan Pak Dilsen. " Ahmad tidak pasrah melihat Bintang.

Bintang justru melihat Ellen terlebih dahulu, setelah itu baru berdiri, mengangkat gelas anggur merahnya, melihat ke arah William, berperilaku sopan, "Paman ketiga, aku bersulang untukmu."

Paman ketiga,,,,

Semua orang mendengar panggilan Bintang terhadap William, masing-masing memiliki perubahan ekspresi.

Sedangkan yang awalnya masih menundukkan kepala Ellen dengan perlahan mengangkat kepalanya, melihat ke arah William.

William melihat ekspresi Ellen terbeku seketika, pandangan yang dalam melihat ke arah Bintang, Alis mata kanan sedikit terangkat, mengangkat gelas anggur.

Melihat begitu.

Bintang menahan nafas, langsung menghabiskan segelas anggur merah.

"Paman ketiga, menghormatimu. " Bintang mengangkat gelas anggur merah yang kosong, suara sebentar saja sudah serak, berkata terhadap William.

Mars mengerutkan keningnya, didalam hati sangat khawatir.

Anak ini kenapa minumnya begitu cepat ?!

William benaran sesuka hati, sedikit mencicipi setelah itu meletakkannya di meja.

Melihat William minum, Ahmad baru terasa lega,

Ellen menatapi William, pandangan mata penuh dengan perasaan.

William melihat Ellen, bibirnya yang tipis menampakkan senyumannya.

"Ah."

Tiba-tiba, Ellen berseru dengan suara pelan,

Sudut mulut William menurun, memandang Ellen.

Ellen digenggam Vima sehingga tangannya gemetar, menghadapi pandangan penasaran dari semua orang, wajahnya berusaha mengontrol supaya terlihat biasa, dan berkata, "Sumpit, sumpitnya hampir jatuh."

Mendengar begitu, semua orang berpaling dari arahnya.

William menahan emosi, matanya memandang Vima seperti adanya masalah dengan menegangkan wajah, sekilas mendapatkan sesuatu.

Ellen tidak berani melihat William lagi, dengan pelan menggigit bibirnya, sambil hati-hati melihat ke arah Vima.

Vima melepaskan ekspresi ramah, terlihat sedikit dingin.

Dia dengan pelan menghirup nafas, lalu berkata kepada Ellen, "Makanlah."

Ellen melihat ekspresinya yang dingin, didalam hati merasa sedih.

"Ellen."

Tiba-tiba, Bintang sekali lagi berdiri dari posisi.

Ellen kaget, merasa heran melihat Bintang.

Venus yang daritadi menundukkan kepala juga ikut mengangkat kepalanya, pandangan ada sedikit rasa sedih, melihat pria yang berwajah sedikit merah.

"Tujuan acara malam ini adalah menyambut kedatanganmu. aku bersulang untukmu. Selamat kamu dan mama bisa saling mengenal, Selamat datang kamu menjadi bagian dari keluarga kami. " Bintang dengan serak berkata, lingkaran mata sudah memerah.

Melihat Ellen sebentar dengan perasaan sakit, Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, sekali lagi menghabiskan anggur merahnya.

Tangan Venus yang ditaruh di kaki, sedikit demi sedikit jari tangannya digumpal dalam genggaman.

Renji melihat reaksi Bintang, langsung terdiam, merasa mengerti apa yang terjadi.

Tidak lama yang lalu, dia pernah bercerita dengannya, Dia telah perempuan yang disukai.

Jangan-jangan...

Renji dengan pelan menghirup nafas, merasa kaget melihat Ellen.

Ini, bukannya berlebihan ?!

"Bintang, Mengapa kamu harus minum begitu terburu-buru ? Kamu besok masih perlu ke sekolah loh ?

Mars merasa tenggorokan seperti tersesak, setelah berkata dengan cepat menyuruh Bibi Li menyediakan air madu.

Bintang mengangkat tangannya membersihkan noda anggur merah disudut mulut, membawa rasa sakit melihat Ellen,

Ellen merasa susah, melihat Vima.

Vima mengerutkan keningnya, dan melepaskan tangan Ellen.

Dan Ellen berdiri di posisinya.

Wiliam Dilsen melihat begitu, kening dikerut dengan erat, pandangan dalam melihat Ellen.

"Bintang, Ellen tidak pandai minum alkohol, beri dia teh sebagai pengganti alkohol gimana ?" Vima membuka mulut, melihat Bintang sambil berkata.

Bintang mengangguk kepala.

Ellen merasa lega, menerima teh dari Vima, menunduk dan meminumnya, setelah itu diletakkan di meja, melihat ke arah Bintang, "Terimakasih."

Bintang mengepalkan genggamannya, dengan terpaksa tersenyum, lalu duduk.

Dikarenakan adanya Bintang yang mengarahkan, yang lain juga mulai berurutan untuk bersulang dengan Ellen mengungkapkan rasa senang atas kehadirannya.

Ellen secara sedikit demi sedikit meminum air teh, juga terasa kenyang.

Selain sedikit basa basi ketika permulaan makan malam, dan situasi penyambutan kehadiran Ellen ada sedikit ramai, setelah itu makan malam terasa sangat diam.

Tidak tahu apakah dikarenakan adanya seseorang yang duduk di tempat !

....

Setelah selesai makan malam.

Semua orang berpindah tempat menuju ruang tamu.

Ahmad, Raijin dan Pluto bertiga memulai percakapan dengan William.

William dengan ekspresi yang biasa-biasa saja, ketika bertanya ke dia, dia juga hanya akan menjawabnya dengan singkat.

tetapi auranya terlalu dingin, hanya mengangkat sudut mulutnya, juga memberikan rasa dia seperti sedang tersenyum buram.

Jadi Ahmad mereka mencari topik pembicaraan juga sangat susah, dan sangat canggung.

Vima masih tetap menggandeng tangan Ellen duduk disebelahnya, seperti takut dia akan melarikan diri, satu tangan dengan erat menggandeng tangan Ellen.

Dikarenakan Vima mengekspresikan rasa tidak suka terhadap William, beserta penjagaan ketat terhadapnya, membuat Ellen merasa sangat depresi.

Merkuri mengajak Venus ngobrol, Renji duduk di sebelah, sedikit mengikuti percakapan, kadang menoleh melihat Ellen sebentar.

Sedangkan Mars menemani Bintang.

Bintang di meja makan telah banyak meminum anggur merah,

Sekarang wajah anak muda yang merah, dan mata penuh dengan rasa mabuk.

Tetapi tata duduknya tegak, kedua tangan rapi meletakkannya di atas lutut, bibir yang tipis ditutup dengan rapat, berusaha mengekspresikan bahwa dia tidak mabuk.

Mars melihatnya dengan rasa sakit hati dan emosi.

Ingin memukulnya, tetapi, tidak tega.

Asalkan suasana ruang tamu begitu.

William meskipun sedang berbicara dengan Ahmad, tetapi sudut mata tetap melihat Ellen.

Ellen meskipun digandeng Vima, tetapi hati tetap di William.

Venus dan Merkuri sedang mengobrol, tetapi kedua matanya selalu berputar ke arah Bintang.

Bintang seolah-olah mendengar omelan dari Mars, tetapi hati berpikir ke Ellen.

Situasi, bagaikan misteri tersembunyi.

"Bintang, Bintang, kamu ingin muntah ya ?"

Mars merasa khawaatir dan berkata, membuat semua orang memandangnya,

Ellen melihat Bintang, terlihat wajahnya yang memerah, seperti sudah mau muntah tetapi masih di tahan, sambil mengerutkan alismata.

"Bintang... "

Venus barusan berdiri, Bintang secara tiba-tiba berdiri, menuju arah toilet di ruang tamu.

Mars terdiam sejenak, mengikutinya.

"Tante Muda, aku pergi saja."

Venus menjawab, setelah itu langsung menuju arah toilet.

Mars duduk tanpa tenang, sepasang mata penuh dengan khawatir.

Ellen menundukkan kepalanya, merasakan pandangan dari depan, bulu mata sedikit gemetar, lalu melihat ke arah situ.

Dua mata berpapasan, Hati Ellen tersentuh, dua pipinya memerah.

William melihat begitu, pandangan menggelap.

Lalu melihat Pluto dan berkata, "Pak Rinoa, aku masih ada urusan, mau pamit dulu."

"Kamu kerjaan banyak, aku tidak menahan lama, kalau begitu, aku antar kamu keluar saja. " Pluto berdiri.

"Kalau ingin antar, sekalian saja. " Ahmad juga berdiri.

Pluto dan Ahmad sudah berdiri, yang lain juga ikut berdiri,

Tentunya, semua orang tidak termasuk Vima.

Tangan Ellen digenggam oleh Vima, ingin berdiri juga tidak bisa,

Tetapi takut William pergi sendiri.

Jadi didalam hati Ellen sangat panik, melihat William dengan mata yang memerah, melihat dia terlihat sangat kasihan dan polos.

William didalam hati menghembus nafas.

Gadis bodoh ini.

Kalau dia mau pergi, tidak mungkin akan tinggalkan dia sendiri disini.

William menyipitkan matanya, lurus memandang Ellen dan berkata, "Masih tidak mau berdiri, baru mengenali saudara kandung, langsung tidak mau mengenaliku ini sebagai paman ya ?"

Pluto mengerutkan keningnya, lalu senyum berkata dengan Ellen, "Ellen, jangan bengong lagi, mari kita sama-sama mengantar paman ketigamu."

"Maksud Pak Rinoa, apakah melarang Ellen untuk pulang bersamaku ?" William langsung menjawabnya, dengan nada datar.

Tetapi didengar oleh Pluto tidak merasa begitu.

Pernafasan menjadi lambat, ada sedikit tidak mengerti maksud William.

William tidak melihat orang lain, hanya memandang Ellen, "ayo, pulang."

"... Ehm. " Ellen menganggukkan kepala, ingin berdiri, tetapi barusan menggerakkan badan, langsung ditarik oleh Vima.

Ellen seketika wajah pucat, memohon dan melihat Vima.

Mendengar kata-kata William, Pluto langsung mengerti maksudnya.

Ternyata keluarga Dilsen, belum menyetujui Ellen untuk pindah kesini.

Wiliam Dilsen hari ini tiba-tiba datang, kemungkinan ingin secara langsung menjemputnya pulang.

Setelah berpikir, Pluto dengan pelan mengerutkan kening, memandang ke arah Vima, "Vima, aku tahu kamu tidak rela berpisah dengan putri kita, tetapi rumah kita jaraknya tidak jauh, lain kali aku akan sering menemanimu menjenguk Ellen. Hari ini waktu sudah sore, biarkan Ellen pulang dulu. Besok masih perlu sekolah. jangan menghambat anak untuk belajar.

Wajah Vima semakin tegang, genggamannya lebih erat sehingga membiru.

"mama." Ellen melihat mata Vima yang memerah, hati terasa sakit.

"Kakak ipar, apa yang sedang kamu lakukan?" Merkuri secara tidak sengaja melihat tangan Vima sedang menggenggam tangan Ellen, terlihat tangan Ellen sudah digenggam sampai membiru, kaget langsung menuju dia, menggenggam lengan Vima, "kakak ipar, cepat lepaskan, kamu lihat tangan Ellen sudah digenggam seperti apa."

William melihat tangan Ellen sudah membiru, Mata langsung berubah menjadi dingin, menegangkan mulut melihat Vima.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu