Hanya Kamu Hidupku - Bab 237 Orang Yang Paling Penting Dan Yang Paling Dicintai

Empat tahun yang lalu, Boromir telah satu tahun meninggalkan Kota Rong, keluarga Nie akhirnya dapat bernafas lega di Kota Rong.

Kesehatan Nurima tidak membaik, ia memaksa ingin menjemput Ellen kembali ke kediaman Nie, dia sampai berdiskusi dengan Dorvo untuk menjemput Ellen di Kuil .

Nurima mabuk pesawat, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk pergi ke Kuil dengan Dorvo menjemput Ellen.

Dorvo tidak dapat menolak keinginan neneknya, dia hanya bisa merencanakan perjalanan bersama dokter mengemudi menuju Kuil .

Dikarenakan Pak Supir Suno tidak terlalu familiar dengan jalanan dari Kota Rong menuju Kuil , mereka berputar-putar sehingga rute yang awalnya dipilih karena terbilang paling menghemat waktu, menjadi rute yang paling memakan waktu, waktu perjalanan menuju tempat Ellen termakan di tempat peristirahatan. Pak Suno memacu kendaraan menuju tempat peristirahatan, ketika itu mereka sudah melakukan perjalanan satu hari satu malam dari Kota Rong.

Dari tempat persitirahatan sampai Kuil masih membutuhkan perjalanan selama satu jam.

Tubuh nenek merasa tidak nyaman, dia sudah munnah beberapa kali, sampai di tempat peristirahatan itu, tidak tahu ada reaksi apa, tiba-tiba muntahnya semakin parah.

Dorvo khawatir nenek tidak akan sanggup, ditambah dokter mengingatkan, nenek sekarang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, harus bersitirahat.

Di GPS juga menunjukan di sekitaran sini ada tempat peristirahatan. Oleh karena itu Dorvo menyuruh Pak Suno untuk pergi menuju tempat peristirahatan, mereka berencana untuk beristirahat sejenak, menunggu kondisi nenek membaik, baru melanjutkan perjalanan menuju Kuil .

Tempat peristirahatan tersebut cukup terpencil, kedai kecil disebelahnya sepi seperti tidak ada kehidupan, tidak ada asap api yang menyala.

Ketika tiba di dalam kedai kecil tersebut, tampak beberapa orang di dalam kedai kecil yang beroperasi tersebut, ketika melihat Dorvo muncul, mereka menampilkan ekspresi wajah yang aneh.

Dorvo memanggul nenek, beberapa orang tersebut juga tidak menyambut.

Ketika ditanya apakah ada air panas, beberapa orang tersebut tidak menjawab, mereka hanya menatapi Dorvo dan lainnya.

Dorvo menyuruh asistennya untuk pergi ke toko yang berada di dalam tempat pengisian bahan bakar untuk melihat apakah ada air panas.

Asistennya pergi masuk kedalam toko, setelah dua tiga menit dia lalu keluar, malah terlihat tidak normal, dengan ekspresi khawatir memperhatikan Dorvo berbicara.

Dorvo menjadi waspada, sepertinya ada hal aneh yang tersembunyi disini, tidak ingin ada masalah, dia segera pergi membawa nenek pergi.

Tapi kali ini, beberapa orang yang sebelumnya duduk di dalam kedai tiba-tiba keluar, mengelilingi Dorvo, mereka tidak bersuara, tapi gerak-gerik mereka, menunjukan tidak memperbolehkan Dorvo dan lainnya pergi meninggalkan kedai.

Asisten Dorvo bernegoisasi, beberapa orang tersebut tidak menghiraukannya, mereka semakin bersikap tidak mengizinkan Dorvo dan lainnya untuk pergi.

Tidak lama, dari dalam toko muncul beberapa orang.

Diantara mereka ada dua orang memakai penutup kepala hitam, hanya menampilkan mata, hidung, dan mulut.

Salah satu diantara orang yang berpenutup kepala hitam, sepertinya adalah kepala geng ini, ia berjalan keluar dari toko, menatap Dorvo dan yang lainnya.

Dari awal hingga akhir orang itu tidak membuka mulutnya, ketika hampir berjalan sampai ke depan Dorvo dan lainnya orang itu menunjukan isyarat melalu matanya, lalu membawa orang-orang yang keluar dari toko bergabung bersamanya.

Berada di luar, ditambah dengan membawa neneknya, tidak mungkin Dorvo tidak melakukan persiapan sebelumnya, orang-orang yang pergi bersamanya juga bukan orang biasa yang lemah.

Ketika orang-orang tersebut meninggalkan toko saling mengoper kode melalui tatapan, jelas mereka sedang mengirimkan sinyal bahaya.

Dorvo dan lainnya tidak mungkin tidak menyadarinya.

Oleh karena itu mereka sudah bersiap-siap dari awal.

Sebelum orang itu menembak, mereka menghindar secara terpisah, Dorvo melindungi nenek, orang-orang lainnya masing-masing bereaksi dengan cepat, ketika mereka kembali mengeluarkan tembakan, mereka mengambil pistol ditangan mereka, menyerang balik.

Mungkin karena melihat Dorvo dan lainnya bukanlah orang biasa, juga terlihat bukanlah lawan mereka, mereka panik ketakutan, mereka lari berhamburan meninggalkan tempat pengisian bahan bakar.

Tujuan Dorvo kali ini pergi ke Kuil hanya untuk menjemput Ellen, tidak ingin menambah masalah, oleh karena itu dia tidak terus mengejar mereka.

Ketika Dorvo bersiap untuk membawa nenek yang ketakutan meninggalkan tempat pengisian bahan bakar, asistennya yang sebelumnya masuk kedalam toko memberi tahu Dorvo, sepertinya ada orang di dalam.

Dorvo sebenarnya tidak ingin ikut campur dengan dengan urusan orang lain, tapi asistennya berkata, barusan dia masuk dan menyadari ada bom waktu di dalam.

Dorvo berubah pikiran menyuruh asistennya untuk masuk memeriksa, didalam ruang penyimpanan dia menemukan Ellen, yang ditutup matanya seperti telah dilecehkan, kemudian membawanya keluar.

Ketika asistennya membawa Ellen yang kritis keluar dari dalam toko, membuat Nurima terkejut, karena darah yang keluar dari luka di kakinya sudah sampai menembus celananya.

Nurima saat itu tidak berpikir hal lain, hanya berpikir bahwa Ellen telah “disiksa” oleh orang-orang tersebut, hatinya tergerak belas kasihan, menyuruh asistennya untuk mebawanya pergi, juga menyuruh dokter yang berpergian dengannya untuk memeriksa Ellen.

Tapi ketika seseorang bersiap membawa Ellen meninggalkan tempat pengisian bahan bakar, Dorvo mendengar jelas suara pistol diisi dari dalam kedai kecil di belakangnya.

Di saat bersamaan, Dorvo mengambil pistol dari tengah tangan asistennya, dengan cepat membalikkan badan, sebelum orang itu menembak, da telah mengeluarkan tembakan terlebih dulu.

Dor——

suara tembakan itu, seperti mendarat di jantung Ellen.

Ketika Ellen membuka mata melihat kebelakang, ia melihat tubuh pria kecil itu terkapar diatas tanah menggengam pistol.

Dorvo saat itu, tepat ditengah alis orang tersebut, dan peluru menembus kepala orang tersebut.

Dalam ketidak jelasan, Ellen mendengar Dorvo memberi instruksi asistennya untuk membuang orang tersebut ke dalam toko.

Asistenya bergerak cepat, dia mengambil pistol dari tangan orang tersebut, lalu menyeret orang tersebut kedepan pintu masuk toko, kemudian melemparnya kedalam.

Ellen menatap lekat ke arah toko tersebut, satu tangannya menggenggam erat tangan lelakinya.

Dalam waktu singkat, Ellen membuat keputusan, hadiah ulang tahun ke delapan belas yang diberikan orang tersebut di lehernya, dilepaskan olehnya, dia meminta asisten Dorvo untuk menaruhnya disebelah tubuh orang tersebut.

Saat itu, Ellen sungguh bertekad, ingin meninggkalkan masa lalunya.

“Untunglah kakakku demi mudah menjaga nenek, membawa dokter untuk berpergian besama, jadi untuk sementara bisa menyelamatkan Tino dan Nino."

Setelah Ellen selesai berbicara, matanya sudah memerah, dan William selama proses Ellen mengingat, mengambil selimut dari samping tubuhnya kemudian membungkus dia, dan merentangkan tangannya erat-erat melintasi selimut.

“Awalnya kakakku pergi ke Kuil untuk mencariku, oleh karena itu sejak meninggalkan tempat pengisian bahan bakar, langsung menuju ke Kuil , tapi tidak sampai dua puluh menit, orang itu kembali mengejar. Beberapa kendala, walaupun sudah menyingkirkan orang-orang tersebut, Pak Suno menyetir kearah yang berlawanan dari Kuil , semakin lama semakin jauh.

Ditambah lagi dalam perjalanan, Pak Suno menyetir dengan kencang, mobil berguncang keras, perutku sakit, lalu pingsan, nenek juga karena tidak enak badan, tidak sadarkan diri."

“Ketika aku terbangun lagi, aku sudah berada di rumah sakit sebuah daerah kecil di bawah yurisdiksi Kuil . Dan nenekku ada di sisiku. Aku pikir, mungkin itu takdir. Siapa yang mengira bahwa cucu perempuan yang dicari nenek adalah orang yang diselamatkan di pompa bensin.

Ellen menaruh kepalanya di dada William, menangis, “Nenek gelisah ingin pergi ke Kuil mencariku, tapi nenek masih tidak percaya denganku, dia menyanyakan namaku, juga kontak keluargaku, dia ingin membantu menghubungi keluargaku. Aku memberitahunya, aku bernama Ellen, aku tidak punya…..keluarga.”

Ellen menggigit bibirnnya, setelah tenang beberapa detik, dia lanjut berbicara, “Nenek saat itu sangat terkejut, karena ia berkata, cucu perempuannya juga bernama Ellen, tambah lagi nama tersebut adalah pemberianya.

Nenek rindu dan ingin tahu soal papaku.

Oleh karena itu dia bertanya siapa nama papaku, aku memberi tahu kepadanya. Ekspresi nenek terkejut, aku sekarang masih mengingatnya dengan fresh.”

William menunduk mencium keningnya, “Setelah menemukanmu, mereka tidak perlu lagi datang ke Kuil . Mereka akan membawamu, pulang kembali ke Kota Rong.”

Ellen menganggukan kepala, hidungnya terasa perih, jantung dan otaknya seolah berhenti, suaranya semakin serak dibanding sebelumnya, “Setelah kembali ke Kota Rong, seluruh kerinduan nenek terhadap Papa tercurah kepadaku. Memberikan segala yang kuingini. Kakakku meskipun tidak banyak berbicara, juga tidak banyak tertawa, sama sepertimu, selalu berekspresi dingin, tapi dia terhadapku, terhadap Tino dan Nino sangat baik.

Oleh karena itu ketika aku mengungkapkan bahwa aku ingin mengubah identitas diri, tidak ingin orang-orang dengan mudah mendapatkan informasi tentang diriku, kakakku tidak berkata banyak, dia melakukan semuanya untukku.

“Saat itu, kamu sangat membenciku bukan?” tanya William.

“Iya. Aku sangat membencimu.”

Ellen menaikan wajah kecil pucatnya, mata merahnya menatapi William, “Membenci sampai begitu teringat tentangmu, seperti tidak bisa bernafas.”

Sudut mata William mengering, dia menegangkan bibir tipisnya menatap Ellen.

“Tapi, jika bukan karena peduli, bukan karena aku menanggapmu sebagai yang terpenting bagiku, yang paling kupercayai, paling….kucintai, aku tidak akan begitu membencimu, tidak akan begitu sakit. Terlebih tidak akan karenamu……”

Ellen tidak melanjutkan perkataannya.

Dengan cepat ia memejamkan mata, menghirup nafas dalam, menyimpan kata-katanya di kerongkongannya, kembali mengangkat kepalanya, menatap William, “Paman Ketiga, aku bukan tidak berperasaan seperti yang kamu pikirkan, aku juga tidak akan karena paksaan orang lain lalu berkompromi dengannya, jika bukan karena didasari oleh rasa suka dan cinta, walaupun saat itu kamu memaksaku dengan keras, aku tidak akan berkompromi denganmu, dan mau bersama denganmu.

Jika bukan karena rasa suka dan cinta, saat itu aku yang berumur delapan belas tahun, juga tidak akan dengan senang hati dalam kondisi seperti itu, masih bertahan untuk mengandung anakmu.

Apa kamu pernah berpikir? Sebenarnya kamu denganku, memiliki rasa yang sama terhadap satu sama lain. Aku tidak berpikir cintamu lebih dalam dari aku mencintaimu.

Selain kamu, aku tidak mungkin mencintai orang lain, setelah berpisah denganmu, aku tidah pernah kepikiran, ingin bersama dengan pria lain selain kamu. Jadi Paman Ketiga, jangan pernah kamu meragukan cintaku terhadapmu.”

“Ellen….”

Nafas William terengah, dengan penuh tenaga memeluk Ellen, dia menunduk mencari bibir Ellen, menciumnya dengan mesra.

Lidahnya dipenuhi air liur yang asin, Ellen tersedak, ia menjulurkan tangannya yang terhimpit diantara dua tubuh mereka, ia memeluk erat pundak lebar William, dengan suara serak berkata, “Paman Ketiga, aku cinta padamu, sangat mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu, Ellen”.

William bergerak penuh emosional, menarik selimut yang menutupi mereka berdua, dia memutar badan menimpa tubuh Ellen, dengan bersemangat mencium Ellen.

Tubuh mereka berdua memanas, jantung mereka berdegup kencang terasa panas.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu