Hanya Kamu Hidupku - Bab 346 Wanita Yang Sedang Hamil Ingatannya Akan Menjadi Turun

“Wu...” Louis memeluk Tino dan Nino, kedua wajahnya menempel di wajah Tino dan Nino, hatinya terkumpul rasa yang sakit yang luar biasa dan juga rasa senang yang luar biasa.

Ellen, Mila, dan juga Lina melihat penampilan Louis seperti ini, hati mereka tentu saja akan muncul rasa sedih.

Louis keluar dari suasana hatinya yang kacau, dia membawa Ellen pergi ke kamarnya.

Setelah masuk, Louis menyuruh Ellen duduk di tepi ranjang, dirinya mencari sesuatu di dalam lemari kamar, akhirnya dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari salah satu lemari.

Dengan tatapan bingung Ellen melihat Louis yang berjalan kemari sambil membawa kotak kecil

“Dekat-dekat ini semakin merasa diri sendiri semakin tua, ingatan pun mulai turun. Aku jelas jngat barangku diletakkan di sini, tapi ditemukan di tempat itu.”

Louis berkata sambil melihat Ellen.

“Tidak hanya kamu yang seperti ini, aku juga pernah seperti ini.” Kata Ellen dengan Anda kecil.

Louis merapatkan bibir, duduk di sebelah Ellen, setelah beberapa saat kemudian, dia menyerahkan kotak itu kepada Ellen, “Kamu tahu keluarga seperti ini pasti ada beberapa barang yang turun menurun dari leluhur. Di dalam kotak ini, juga merupakan barang yang diberikan oleh Ibuku kepadaku saat aku menikah, Ibuku mengatakan barang ini diberikan oleh buyut kepadanya.”

Ellen terbengong, dia melihat Louis dan tidak berani mengambil kotak itu.

Bagaimanapun juga seperti yang dikatakan oleh Louis, barang ini seharusnya diberikan kepada Mila, untuk apa diberikan kepadanya?

Tampaknya tahu apa yang dipikirkan oleh Ellen, Louis berkata, “Zaman sekarang, barang ini sudah bukan barang ajaib, tapi pada saat itu, jika mempunyai barang seperti ini, maka termasuk orang yang mempunyai identitas.”

“Kamu, berikan ke Kakak kedua saja.” Kata Ellen.

Mata Louis sedikit merah, “Untuk apa kuberikan kepadanya? Dia tidak akan mau.”

Ellen mengerutkan alis.

“Aku mempunyai empat anak, anak pertama Demian Dilsen, kedua Mila, ketiga William... Demian Dilsen adalah anak pertamaku, tentu saja aku sangat mencintainya dan menjaganya. Setelah melahirkan Mila, tidak lama kemudian sudah mempunyai William. Anak pertama ada Demian Dilsen, anak terakhir ada William, Mila berada di tengah-tengah, anak yang paling banyak kuabaikan. Setelah itu karena mempunyai... Mila, semakin kuabaikan. Jika ada pertengkaran antara kakak beradik, aku juga selalu menyuruh Mila untuk mundur. Sikap Mila sangat tegas, suka membedakan rasa cinta dan rasa benci. Ketidakpuasannya terhadapku juga tidak pernah disembunyikannya.”

Louis melihat Ellen, “Dia mungkin tidak mengharapkanku lagi. Lagipula, Mila sebelumnya pernah menikah, karena keegoisanku, aku tidak memberikan barang ini kepadanya... sekarang dia malah sendirian, jika memberikan barang ini kepadanya, maka akan menghilangkan makna dan berkah dari barang ini.”

Ellen menundukkan kepala dan melihat kotak.

Barang ini selain barang keturunan dari leluhur, apakah masih ada makna lainnya?

Louis tersenyum pada Ellen, “Buyutku selalu merasa barang ini memiliki aura. Karena barang ini, Buyut perempuan dan Buyut laki-laki bisa saling mencintai seumur hidup. Saat Buyut menyerahkan barang ini kepada Ibuku, Ibuku dan Ayahku juga bahagia seumur hidup.”

“?” Ekspresi Ellen sedikit... canggung.

Khek, khek....

Barang ini... begitu kuat kah!

“Meskipun barang ini di tempatku... auranya telah hilang.”

Louis berkata dengan nada sedih.

Kelopak mata Ellen berkedut, mengulurkan tangan dan memegang tangan Louis.

Louis mengatur suasana hatinya, menatap Ellen, “Tapi, aku tetap percaya, barang ini membawa aura dan berkah. Saat ini, seluruh anggota keluarga Dilsen, hanya kamu dan William menikah, barang ini kuberikan kepadamu sangatlah masuk akal.”

“... Ibu, atau kamu tunggu kakak kedua menikah, kamu baru memberikan barang ini kepadanya.” Kata Ellen.

“Ellen, aku sangat berterima kasih kepadamu telah melahirkan dua cucu yang begitu imut, mengerti kah?” Louis menatapanya.

“...” Ellen sedikit mengedipkan mata, dia mengangguk.

“Sekarang aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa terima kasihku kepadamu, aku...aku hanya memikirkan barang ini. Kamu...jangan tidak suka.”

Louis berkara dengan nada cemas.

Ellen bukan tidak suka!

Ellen berkata. “Ibu, aku tidak bermaksud seperti ini. Aku merasa barang ini seharusnya diturunkan ke anakmu. Jika kamu memberinya kepadaku, tidak... tidak masuk akal.”

“Ellen.” Louis tetap melihat Ellen, “Apakah kamu menyalahkanku sebelumnya memperlakukanmu dengan tidak baik?”

“Tidak, tidak, tidak!” Ellen segera menggoyangkan tangannya.

“Kalau begitu, kamu terima barang ini saja!” Kata Louis.

Ellen terbengong, dia menatap Louis.

Ellen berpikir, mungkin dia sudah bisa mengerti alasan kenapa Louis begitu mendesaknya untuk menerima barang ini!

Memikirkan ini, Ellen menarik napas, kemudian menerima barang itu.

Louis segera menghela napas lega, tapi tatapan yang melihat Ellen tetap muncul sedikit rasa bersalah.

Ellen memegang kotak yang ada di tangannya, dia sedang berpikir, kemudian melihat Louis dan berkata, “Ibu, bolehkah aku berbicara sedikit untuk Kakek dan Paman Ketiga?”

Wajah Louis langsung berubah.

“Aku tahu Kakek dan Paman ketiga membohongimu masalah ini sangat tidak adil bagimu. Jika itu terjadi padaku, aku juga tidak bisa memaafkan mereka, aku juga tidak berharap kamu segera memaafkan Kakek dan Paman ketiga. Aku hanya berharap, kamu bisa memberi kesempatan kepada Kakek dan Paman ketiga untuk memperbaiki kesalahan mereka.” Kata Ellen.

Louis menundukkan kepala, berpikir sejenak, kemudian melihat Ellen dan berkata, “Ellen, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu. Kita adalah kita, orang lain adalah orang lain.”

“Dekat-dekat ini, Kakek terlihat sangat kurus.” Ellen berkata dengan nada kecil sambil menatapnya.

Louis menyipitkan mata.

Ellen menarik napas, “Aku pernah membaca sebuah artikel, judul dari artikelnya adalah pentingnya seorang Ibu dalam keharmonisan sebuah keluarga. Di dalamnya menceritakan, jika seorang Ibu terlihat senang dan bahagia, keluarga itu pasti akan senang dan harmonis. Jika seorang Ibu terlihat tidak senang bahkan marah, maka seluruh anggota keluarga itu pasti tidak akan senang.”

Louis sedikit terbengong, dia melihat Ellen.

Ellen juga melihatnya, tatapannya lembut, “Lihatlah, keluarga ini sekarang, karena kamu marah, Kakek selalu menghela napas setiap hari, kakak yang diluar juga khawatir dengan keluarga yang tidak tenang, bagaimana dengan kakak kedua, mata hitam sudah tidak bisa pisah darinya, paman ketigaku juga terlihat sedih, ditambah lagi dekat-dekat ini pekerjaannya yang sangat banyak, rambutnya pun sudah tumbuh rambut putih.”

Louis mnegerutkan alis, dia sengaja berkata, “Hm, sebelumnya saat dia memilih untuk membohongi Ibunya ini, kenapa dia tidak pernah berpikir jika aku yahu dengan kebenaran ini, apakah aku bisa menerimanya? Dia tidak peduli denganku, kenapa aku harus mempedulikan rambutnya yang sudah tumbuh rambut putih?”

“... bahkan jika kamu tidak peduli Paman Ketiga, kamu juga tidak boleh tidak peduli pada kakak pertama dan Kakak kedua kan?” Kata Ellen.

Louis mengerutkan alis dengan erat, beberapa saat kemudin, dia berkata dengan nada kecil, “Aku tidak melakukan apa-apa!”

Wajah Ellen sedikit bergerak, melihat Louis dan tidak berbicara.

Louis tanpa sadar memelototinya, mengigit gigi, dengan tenaga sedikit kuat menepuk tangannya, “Sekarang sudah ada Tino dan Nino, apa yang bisa kulakukan lagi? Dua anak ini kelihatannya sangat nakal, jika aku tidak membantu kalian menjaga mereka, bagaimana mungkin itu bisa?”

“...” Ellen tidak tahan dan berkata, “Iya, kamu sudah harus banyak membantu kami.”

Louis melihat Ellen, tatapannya muncul senyuman tak berdaya.

Ellen menundukkan kepala, sengaja mengatur tenggorokkannya dengan gerakan berlebih-lebihan, memegang tangan Louis dan berkata, “Dan, setelah tujuh sampai depalan bulan kemudian, di rumah akan bertambah satu anak kecil lagi, saat itu, kamu benar-benar akan sibuk sekali.”

Louis terbengong, melihat Ellen dengan tatapan kaget, “Apa?”

Wajah hingga telinga Ellen menjadi merah, menaikkan bulu mata, menatap Louis dengan tatapan malu, “Di dalam perut sudah tiga bulan.”

Louis kaget, kedua mata langsung jatuh pada perut Ellen, “Kamu, apa yang kamu katakan... kamu hamil?”

“... Uhm.” Ellen mengangguk.

Louis hampir pingsan karena kejutan terus menerus ini!

……

Setelah pulang dari Mansion Sihe ke Vila, kemudian makan malam, Keyhan, Tino dan Nino pergi ke kamar bermain, Ellen berada di kamar, untuk mengamati kontak yang diberikan Louis kepadanya,

Baiklah, aku juga tidak tahu apakah kotak ini mengenal pemilik, bagaimana pun cara Ellen membukannya, tetap saja tidak bisa terbuka.

William berjalan ke kamar, melihat wajah Ellen yang merah, dan sedang membuka kotak itu dengan tenaga kuat.

William mengerutkan alis, berjalan ke sana, “Apa yang sedang kamu lakukan?”

“Paman ketiga, kamu datang pada waktu yang cocok, sini bantu aku buka kotak ini.” Ellen menyerahkan kotak itu kepada William.

William mengambilnya, kemudian melihat Ellen, “Barang apa ini?”

“Barang yang sangat misterius!” Ellen mengedipkan mata ke arah William.

William mengulurkan tangan dan merangkul bahunya, menundukkan kepala dan mencium dahinya, kemudian membawanya duduk di samping tempat tidur, melepaskan bahunya, dan membuka kotak itu.

Hal yang tidak disangka, masalah yang lebih misterius terjadi.

William juga... tidak bisa membukanya!

Ellen membuka bibirnya, kemudian mengambil kotak itu dari tangan William, melirik William dan berkata, “Benarkah barang ini mempunyai aura?”

“Coba buka.”

Setelah berkata, William ingin mencari alat pembuka.

“Jangan!” Ellen segera menghentikannya, “Ibu mengatakan barang ini diberikan oleh Buyut kepada Ibunya, kemudian Ibunya menurunkan barang ini kepadanya. Dan terus berkata barang ini sangat ajaib. Aku berpikir, aku tidak bisa membukanya, mungkin karena aku bukan anak kandung Ibu, barang ini pasti hanya bisa dibuka oleh anak kandung.”

William merapatkan bibir, menatap Ellen, “Ellen.”

“Uhm?”

Ellen mendongak dan melihatnya.

“Apakah kamu pernah mendengar wanita yang sedang hamil ingatannya akan menjadi turun?” Kata William dengan nada polos.

Ellen, “...”

Memejamkan mata, Ellen mendongak dan menelototinya.

William mengusap kepalanya seperti menasehatinya, kemudian berdiri dengan tenang, dan keluar dari kamar.

Ellen sangat marah, “Siapa yang membuat hamil! Dasar!”

……

Setelah Ellen membawa Keyhan, Tino dan Nino pergi ke Mansion Sihe, Louis tetap menyembah Buddha, tapi sudah tidak setiap hari menyembah, dia akan mengatur waktu untuk pergi ke aula Buddha dan berada di dalam selama satu sampai dua jam.

Dan, Louis sudah mulai sering keluar dan masuk Coral Pavillion.

Setiap kali datang, dia selalu memilih waktu dimana Tino dan Nino berada di rumah, setelah datang, dia hanya menghiraukan Keyhan, Tino, Nino dan Ellen, selain empat orang itu, dia tidak menghiraukan siapa-siapa lagi.

Beberapa kali, Gerald berinisiatif berbicara dengan Louis, tapi Louis seperti tidak mendengar, menganggap Gerald tidak ada di sini.

William melihat perkataan Gerald terus diabaikan, dirinya tahu diri dan tidak pergi mendekati Louis.

Lagipula, dia sudah mempunyai Tino, Nino dan anak yang ada di dalam perut Ellen, jika Louis Borming masih marah padanya, tapi melihat tiga anak ini, dia juga tidak akan marah lama, untuk apa William mendekatinya sekarang.

Melihat Louis perlahan-lahan kembali normal, meski tahu rasa marah dan benci di dalam hatinya masih belum hilang, atau selamanya tidak akan mungkin hilang, tapi setidaknya sekarang sudah tidak tertutup oleh rasa benci dan marah.

Jadi, Mila juga bisa pergi dengan tenang, mengambil pekerjaannya yang tertinggal selama ini, dan mulai sibuk.

Dan, kepergian Mila ini membuat beberapa orang mulai datang ke Mansion Sihe lagi.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu