Hanya Kamu Hidupku - Bab 38 Temperamen Buruk Ini Mirip Siapa

Melihat ini, tatapan gelap William menjadi panik.

Sejak kapan Ellen pernah meneteskan air mata di depan publik? Sama sekali belum pernah!

Ethan dan Sumi mengerutkan alis.

Samir sudah tidak peduli dengan tatapan orang itu, dia berkata kepada Ellen yang sedang menjejalkan lobster ke dalam mulut sambil meneteskan air mata, “Ellen , jika tidak suka, jangan makan lagi ya?”

Ellen mengangkat tangan, menggunakan telapak tangan mengusap matanya, tidak mengatakan apapun, dan terus menjejalkan lobster ke dalam mulutnya tanpa henti.

Hati Samir menjadi khawatir.

Meskipun biasanya Samir suka menghibur Ellen , tapi itu juga karena Samir suka padanya, sehingga Samir baru menghiburnya, perbuatan jahil juga ada batasnya, sangat berhati-hati agar tidak menyakitinya.

Jadi melihat penampilan Ellen sekarang, hati Samir sangat tidak nyaman.

“Ellen, jangan makan lagi.” Sumi berkata.

Ellen menggelengkan kepala, menggulurkan tangan dan mengambil piring lobster itu, kemudian memakannya.

William mengepalkan tangan, melihat Ellen dengan tatapan sabar, kemudian berkata dengan nada suara serak, “Jangan makan lagi!”

Ellen menjejelkan lobster terakhir ke dalam mulutnya, kemudian meletakkan piring itu di atas meja, mengambil sepiring nasi yang ada di depannya dan memasukkannya ke dalam mulut.

Samir dan lainnya, “…....” Temperamen buruk ini mirip siapa?

William merapatkan bibir, dengan kuat melemparkan sumpit yang ada di tangannya dan mengambil mangkuk dan sumpit yang ada di tangan Ellen dengan paksa, kemudian meletakkannya di atas meja, mengulurkan tangan dan memeluk Ellen , wajahnya terlihat mendalam dan dingin, dia berdiri dan keluar dari ruang VIP.

Setelah William memeluk Ellen pergi, suasana ruang VIP menjadi diam.

Kemudian, Ethan dan Sumi mengambil gelas wine lagi dan meminumnya seperti orang yang tidak memiliki masalah.

Samir memelototi mereka berdua, apakah mereka itu manusia atau tidak, masalahnya sudah seperti ini, mereka masih bisa minum wine! Dasar!

……

Di jalan aspal, mobil jeep melaju dengan kecepatan cepat, Ellen bersandar di tempat duduk dengan diam, kepalanya sedikit bersandar di bantal mobil, melihat pemandangan luar sana.

Dia sama sekali tidak melihat orang itu.

Dua tangan William memegang setir mobil, wajah ganteng itu terlihat cemberut, dua bibir tipisnya membentuk satu garis lurus, alisnya mendalam, seluruh tubuhnya mengeluarkan hawa kedinginan yang bisa menusuk tulang-tulang.

Dari Paviliun Mingyue ke Coral Pavillion, jika melaju dengan kecepatan normal, maka memerlukan waktu selama empat puluh menit.

Namun, William hanya memerlukan waktu kurang dari dua puluh menit.

Mobil berhenti di depan villa, Ellen yang terus diam, segera melepaskan sabuk pengaman, membuka pintu mobil dan turun, kemudian berjalan ke dalam villa tanpa melihat ke belakang.

William belum melepaskan tangannya dari setir mobil, bisa dilihat, dia memegang setir mobil lagi dengan erat, melihat punggung Ellen dengan tatapan dingin dan gelap tanpa ada sedikitpun cahaya.

……

Pada pukul dua malam, sosok tubuh yang langsing keluar dari kamar lantai dua.

Berjalan ke ruang tamu, kemudian masuk ke dalam dapur.

Kulkas yang ada di dapur terbuka, kemudian, terlihat sebuah tangan yang putih mengulur ke dalam, kebetulan jari-jari tangan yang putih dan lembut menyentuh apel merah dan besar itu, opps, lampu dapur menyala.

Ketakutan hingga melemparkan apel ke tempat semula, kemudian menoleh ke belakang.

Hanya melihat sosok yang tegak berdiri di luar dapur, dan menatapnya dengan tatapan dingin dan acuh tak acuh.

Bulu kuduk Ellen yang awalnya berdiri kembali terbaring, wajah putih perlahan-lahan berubah menjadi merah, dengan rasa segan ingin menutupi wajah.

William tetap mengenakan pakaian sore tadi, kemeja yang berwarna hitam dan celana kain.

Hanya saja sekarang, lengan bajunya dilipat ke atas siku, dari lengan baju yang terlipat bisa melihat dua lengan yang kokoh dan penuh dengan otot.

Tatapan William terus menatap Ellen yang terlihat sangat segan, kemudian berjalan menghampirinya.

Jantung Ellen berdetak kenang, punggungnya langsung bersandar di kulkas, melihat William dengan mengigit bibirnya.

Saat William mendekat, aroma nikotin yang ada di tubuhnya juga tercium.

Bulu mata Ellen gemetar, berapa banyak rokok yang telah dihisapnya…

“Biarkan.”

Hingga ujung kaki mereka berdua bersentuhan, William baru menghentikan langkahnya, matanya menatap Ellen seperti kupu-kupu mengepakkan sayapnya, tanpa berbicara.

Ellen mengerakkan bibirnya, punggungnya bersandar di kulkas, perlahan-lahan memindahkan badan ke samping seperti seekor siput.

Akhirnya menjauhkan diri dari dadanya yang mengeluarkan aroma tembakau yang kuat, Ellen menarik napas panjang, dengan tatapan tidak tega melihat apel besar yang ada di dalam kulkas, kemudian menundukkan kepala dan berjalan keluar.

“Tunggu di ruang tamu.”

Suara pria itu terdengar dari belakang.

Ellen menghentikan langkah kakinya, dengan penasaran menoleh ke belakang.

Hanya melihat William membuka kulkas yang menyimpan bahan-bahan masak, dia mengeluarkan tomat dan telur…

Kedua mata Ellen melintas cahaya terang.

Paman ketiganya, ingin memasak ya!

Ellen sedikit semangat.

Orang lain hanya tahu bahwa kemampuan William sangat bagus di dunia bisnis, memiliki kemampuan yang bisa mengubah masalah tidak mungkin menjadi mungkin, tapi mereka tidak tahu, dia masih memiliki keahlian lainnya yaitu seberapa tidak enaknya makanan, jika sampai di tangannya, maka makanan itu akan menjadi sangat lezat.

Sebelumnya, Ellen hanya bisa makan makanan yang dibuat oleh William saat Bibi Darmi pulang ke kampung.

Biasanya, jika ingin melihat orang itu masuk ke dalam dapur, itu hal yang sangat tidak mungkin!

Memikirkan akan makan makanan yang dibuat olehnya, Ellen sepertinya menahan dengan sangat kuat, sehingga tidak membiarkan dirinya terlihat sangat gembira.

Ellen berpura-pura mengeluarkan suara kecil “Ehn”, kemudian berjalan keluar dari dapur dengan tenang, membelokkan kedua kakinya ke kanan, berjalan ke arah ruang tamu.

Setelah keluar dari dapur, Ellen tidak tahan lagi dan melompat dua kali di atas lantai.

DONG, DONG…

Dari ruang tamu terdengar suara melompat.

William sedikit mengerakkan matanya, sudut bibirnya tersenyum polos.

……

Di dalam ruang tamu, Ellen menyalakan TV, dan memutar channel yang sedang menampilkan siaran ulang yaitu reality show artis.

Siaran reality show artis ini selalu dikejar oleh Ellen .

Bukan film ini terlalu menyenangkan, tapi artis yang mengikuti reality show ini merupakan idol yang disukai oleh Ellen .

Ellen melihat film ini sekitar dua puluh menit, kemudian terdengar suara rendah dan serak William dari dapur, “Ellen, sini.”

“Oke.” Ellen meresponnya, mematikan TV dan berjalan ke arah dapur.

Baru saja sampai di pintu dapur, kebetulan bertabrakan dengan William yang sedang mengambil dua mangkuk mie.

Untungnya, respon William sangat cepat, dia segera mengangkat tinggi mangkuk yang ada di tangannya, sehingga tidak membiarkan Ellen bertabrakan dengan mangkuk mie.

Ellen tanpa sadar menarik napas, kemudian mundur ke belakang.

William menatapnya, dia mengerutkan alis, jarang William tidak menegur Ellen atas kecerobohannya, dia langsung melangkan maju dan berjalan ke arah ruang makan.

Ellen mencibir sambil melihat punggung William , kemudian berjalan masuk ke dalam dapur, mengambil sumpit dan sendok, setelah keluar dari dapur, dia berjalan ke arah ruang makan.

Langkah-langkah Ellen yang sangat cepat, saat mendekati ruang makan, dia sengaja memperlambatkan langkah-langkahnya.

Saat masuk ke dalam ruang makan, Ellen melirik mangkuk mie yang ada di atas meja terlebih dahulu, merapatkan bibir dan berjalan ke sana.

William menatap Ellen dengan tatapan tenang.

Ellen berjalan ke depannya, menyerahkan sepasang sumpit dan sendok kepada William .

William sedikit menyipitkan mata, mengambilnya dan duduk.

Ellen melihat William duduk, dirinya baru duduk di atas kursi.

Mata Ellen terus melihat mangkuk mie itu.

Mie telur tomat, kulit tomat yang dikupas, telur, mie yang ditaburi dengan minyak bawang, kuahnya terlihat sehat dan tidak berminyak, memiliki aroma tomat yang manis dan asam, dan juga ada aroma telur dicampuri bawang.

Ellen memutarkan bola mata, dia sudah tidak tahan lagi dan ingin mencicipi mie itu.

William melihat Ellen dengan tatapan lembut, mengambil sumpit dan mulai makan.

Ellen meliriknya, dia segera mengambil sendok dan minum kuah mie.

Rasa supnya menyelinap melalui lidah dan masuk ke dalam tenggorokan.

Rasa yang lezat ini membuat Ellen merasa sangat puas.

Seperti dugaan, rasa lezatnya sama persis dengan dibayangkan oleh Ellen .

Rasa yang lezat ini membuat bibir Ellen tidak tahan lagi, satu tangan memegang sendok, satu tangannya lagi mengambil sumpit, menundukkan kepala dan makan dengan serius.

Meskipun hanya mie.

Tapi Ellen merasa mie yang dibuat oleh William jauh lebih enak dibandingkan dengan mie luar sana.

Yang membuat Ellen makan mie bisa merasa begitu puas, itu hanya masakan William .

Entah kapan William berhenti makan, sepasang mata dengan diam dan lembut menatap Ellen sambil tersenyum “makan dengan nafsu serigala”, dalam hatinya langsung tidak bisa menahan rasa lembut ini.

……

Pada akhirnya, Ellen menghabiskan semuanya, tanpa menyisakan apapun.

Perut kenyang, saat Ellen menghadapi William , dia baru teringat rasa segan.

Dengan sopan meletakkan tangannya di atas kaki, merapatkan bibirnya, melihat William dengan tatapan tidak nyaman dan hati-hati.

Dibandingkan dengan Ellen yang menghabiskan satu mangkuk mie, William hanya makan sepertiganya.

Mengambil tisu dan mengelap mulut, William perlahan-lahan mendongak dan melihat ke arah Ellen .

Begitu tatapan William kemari, Ellen langsung menarik napas, segera mengalihkan tatapannya.

William menyipitkan mata, dan berkata dengan nada polos, “Besok masih perlu sekolah, kamu pergi istirahat dulu.”

Ellen terbengong, membalikkan pandangannya dan melihat ke arah William .

William merapatkan bibir, wajahnya muram tapi terlihat sangat ganteng, Ellen selalu merasa, William lebih ganteng dibandingkan dengan idol yang disukainya.

Melihat-lihat, Ellen menjadi terpikat.

Hingga sosok bayangan tiba-tiba muncul di atas kepalanya.

Ellen baru sadar kembali.

Namun, sudah terlambat.

Dagunya telah diangkat oleh telapak tangan yang dingin, bibir yang lembut dan hangat menutup bibirnya.

Pupil Ellen melebar dengan cepat, jatungnya berdetak dengan kencang.

Dengan masuk ke bibirnya, kedua tangan Ellen tanpa sadar mengepal dengan erat.

William melihat penampilan Ellen yang lucu, tangannya tanpa sadar mengusap pipinya, perlahan-lahan menyentuh wajahnya dan telinganya.

Ciuman ini berlangsung selama dua puluh menit, kemudian dua pasang bibir baru lepas.

Ellen bernapas dengan bibir terbuka, sepasang mata yang menawan seperti kucing, dengan tatapan rumit melihat William yang sedang membungkuk badan dari sisi meja depan.

Jempol dan ujung jari William memegang dagu Ellen yang sedang gemetar, matanya melintas cahaya gelap, kemudian bibirnya mencium Ellen lagi.

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu