Hanya Kamu Hidupku - Bab 78 Ini Merupakan Perselisihan Keluarga

Dia mengucapkan kata "Hmm" dengan nada suara yang agak tinggi, terdengar mempesona.

Telinga Ellen menjadi merah dia menundukkan kepala dan sembunyi ke dalam pelukannya.

Hati William tiba-tiba menjadi lembut bagaikan bunga kapas.

Kedua lengan memeluk tubuhnya yang kecil, William tidak berhenti mencium ujung telingannya.

Dia merasa sangat puas!

……

Sekitar setengah jam kemudian, Sumi datang membawa seorang guru les beserta barang yang diinginkan William.

Ketika melihat kain kasa di wajah Ellen, Sumi terkejut, dirinya yang selalu bersikap tenang tak menahan diri mengerutkan kening dan bertanya, “Apa yang terjadi?”

Tadi pagi Ellen tidak mengaca, jadi sama sekali tidak sadar bahwa wajahnya membengkak.

Melihat ekspresi Sumi yang kaget dan terkejut, dia hanya menyangka dia kaget karena luka di wajahnya, bukan tentang keseriusan lukanya.

“Nanti baru bicarakan, di mana obatnya?”

William bertanya.

Sumi mengerutkan kening dan menatap Ellen sejenak, lalu menyerahkan obat di tangannya pada William.

“Duduklah.” William menatap Sumi dan guru les lalu berkata.”

Kemudian, dia berdiri dan mengambil segelas air hangat.

Mengambil obat penghilang rasa nyeri dari dalam kantong, membuka dan berdasarkan kertas petunjuk, mengambil dua biji obat, dan menyuap ke mulut Ellen, “Buka mulutmu.”

Mungkin sudah terbiasa William seperti ini, Ellen juga tidak merasa ada sesuatu yang salah.

Dia menyuruhnya buka mulut, dia langsung buka.

William meletakkan obat ke dalam mulut Ellen, lalu memberikan air hangat padanya.

Ellen dengan patuh menundukkan kepala meminum seteguk, dan pelan-pelan mengangkat kepalanya, menelan obatnya.

Menelan ke dalam tenggorokan, dan terasa sedikit pahit.

Ellen menggerutkan kening.

“Minum lagi seteguk.” William berkata.

Ellen menundukkan kepala dan minum.

Melihatnya menelan, William bertanya, “Masih terasa pahit?”

Ellen menatapnya, melihat alisnya berkerut, kata “pahit” yang ingin dia katakan berubah menjadi “tidak pahit.”

William menatapnya dan mengulurkan tangan mengelus kepalanya.

Sumi sudah terbiasa, jadi ketika melihat adegan ini juga tidak merasa ada sesuatu yang salah.

Namun guru les berbeda.

Menatap William dan Ellen bagaikan sedang melihat sesuatu yang aneh.

Bukankah mereka berdua adalah hubungan paman dan keponakan?

Normalkah seperti begini?

Ellen tidak memperhatikan ekspresi di wajah guru les, William mungkin juga tidak memperhatikan, atau mungkin dia sudah memperhatikannya, tapi tidak peduli.

Melihat William meletakkan gelas di atas meja, Sumi berkata, “Aku perkenalkan dulu, ini adalah Dara Arafah, setelah doktoral Universitas G, yang profesional dalam pengajaran, dan memiliki reputasi tinggi di bidang pengajaran.”

Doktoral?

Ellen memandang Dara, dia terlihat sangat muda, sudah menjadi pengajar profesional? Dan sebagai doktor?

William tidak melihat Dara, selesai mendengarkan penjelasan Sumi, dia menatap ke Ellen, “Bagaimana?”

“Apa?” Ellen tertegun menatapnya.

William berkata, “Guru les. Kalau kamu merasa oke, suruh dia tetap tinggal. Kalau merasa tidak puas, minta Paman Sumi carikan yang lain.”

Sumi, “.......”

Dara, “.......” Baguskah mengatakan perkataan seperti ini di depannya?

Ellen merasa segan, melirik wajah Dara yang sedikit bergetar, dia segera berkata, “Guru yang dicari Paman Sumi tentu bagus.”

Lagipula, dia begitu muda sudah mendapat gelar doktor!

Mana mungkin dia berani merasa tidak puas?

“Jadi, dia saja?” William mengangkat alis.

Ellen mengangguk.

William menyipitkan matanya, menatap ke arah Sumi.

Sumi mengerti, memandang Dara dan berkata, “Jarak Ellen ujian sisa seminggu, selama ini, kamu bertanggung jawab untuk mengajarkan PR-nya, untuk mempermudah Ellen belajar, kamu harus tinggal di sini, aku sudah memberitahumu tentang ini sebelumnya, kamu juga mengatakan bisa menerimanya. Lalu mengenai gajinya, satu minggu, empat puluh juta.”

“.......” Empat puluh juta!

Ellen membuka lebar matanya, menatap lurus pada Sumi.

Zaman sekarang begitu mudah menghasilkan uang?

Sekarang, bisakah dia bilang tidak puas?

Sumi merasakan tatapan Ellen yang penuh kejutan, sudut mulutnya terangkat sebuah senyuman, dia mengangkat alis, menatapnya dan berkata, “Gadis muda, tahukah kamu berapa uang yang dapat dihasilkan pamanmu dalam satu menit?”

“Berapa?” Mata Ellen bersinar.

Sumi tersenyum, “Kamu tanya pada Pamanmu.”

Ellen mengedipkan mata besarnya, menatap William dengan penasaran.

Sudut mulut William terangkat sebuah senyuman, “Tidak perlu menghemat uang paman.”

“......” Jadi berapa sebenarnya?

William mengerutkan kening, “Tidak pernah menghitung secara spesifik.”

“Huh.......

Masih harus hitung?

Jadi seharusnya berapa?

“Nona Nie.”

Suara wanita yang lembut.

Ellen mengalihkan perhatian dari berapa banyak uang yang dapat dihasilkan William dalam satu menit ke Dara yang berdiri di depannya.

Dara termasuk penampilan wanita Jiangnan, kecil, lembut, berpengetahuan luas, lemah lembut bagaikan air.

“Dalam seminggu ke depan, semoga kita bekerja sama dengan senang hati!” Dara berkata.

“Tolong bimbingan Guru Dara untuk mengajari aku siswa bodoh ini.” Ellen tersenyum.

“Nona Nie terlalu rendah hati. Dalam perjalanan, aku mendengar Tuan Nulu mengatakan bahwa prestasi akademik Nona Nie selalu adalah yang terbaik di tingkat sekolah menengah. Selain itu, aku mendengar kecerdasan Nona Nie mencapai 180. Oleh karena itu, mengajar murid yang ber-IQ tinggi seperti Nona Nie, aku lumayan stres.” Meskipun Dara berkata seperti ini, namun tatapannya penuh percaya diri.

Ellen tidak tahu apa yang seharusnya dikatakan, jadi tersenyum memegang kepala dan menatap William di sebelahnya.

“Beberapa hari ini kamu menggunakan ruang sDara.” William berkata dengan lembut.

“........ lalu bagaimana dengan dirimu?” Ellen agak kaget.

“Aku pergi ke perusahaan.” William berkata.

Ellen berpikir, mengangguk dan tersenyum berkata, “Boleh juga. Terima kasih Paman ketiga.”

“Bodoh!”

William mengelus kepalanya lagi.

Ellen cemberut, mengulurkan tangan merapikan rambutnya yang berantakan, dan berpikir dalam hati, sepertinya pamannya sangat suka mengelus kepalanya baru-baru ini!

Dara melihat, matanya bersinar lagi.

……

Ellen dan Dara pergi ke ruang sDara lantai atas.

Sumi memandang pria di depannya, berkata, “Kali ini mengabaikan bisnis di Prancis dan bergegas kembali, karena Ellen terluka?”

William menghentikan gerakannya, menyipitkan mata, menatap pada Sumi.

Sumi mengangkat sudut bibirnya, “Bisnis bernilai miliaran, kamu bahkan tidak menginginkannya, dasar manja.”

“Siapa bilang aku tidak menginginkannya?” William berkata dengan lembut.

Sumi mencibir, “Pihak sana meminta kamu harus hadir, kalau tidak kontrak tidak dapat dilanjutkan. Sekarang kamu kembali ke sini, bagaimana melanjutkan kontraknya? Kamu terlalu banyak berpikir, atau terlalu percaya diri?”

“Mereka tidak punya pilihan selain aku.” William berkata.

Sumi merentangkan tangannya.

Dia begini, jelas dia sangat yakin.

Dia bilang kontrak tidak akan hilang, maka pasti tidak akan hilang.

Tidak melanjutkan topik ini, Sumi mengerutkan kening teringat luka di wajah Ellen, dia mengangkat alisnya, bertanya, “Siapa yang menyebabkan luka di wajah Ellen?”

Wajah William menjadi tegang, matanya segera melintasi cahaya redup.

Melihat ini, Sumi menyipitkan matanya, “Jangan-jangan Nona Dilsen keempat lagi yang melakukan ini?”

“Hiks!”

Begitu Sumi selesai berkata, William mendengus dingin.

Sumi mengerti dan mengangguk.

Sekarang tahu bahwa luka di wajah Ellen disebabkan oleh Vania.

Dan Vania adalah adik kandungnya.

Ini...... merupakan perselisihan keluarga, jadi dia tidak nyaman untuk mengatakan apa pun.

Duduk sebentar bersama William, Sumi langsung pergi.

William tidak tidur selama tiga hari berturut-turut, namun dia sama sekali tidak terlihat seperti tidak tidur selama tiga hari, dia masih penuh energi.

Tetapi matanya agak memerah.

William bangkit dan naik ke atas, pergi ke kamar tidur, mandi dan mengganti pakaian, tidak berencana untuk beristirahat, mantel kasmir diletakkan di lengannya yang kuat, dan langsung meninggalkan kamar tidur, siap-siap pergi ke perusahaan.

Baru keluar dari kamar, langsung melihat pintu ruang kerja terbuka dari dalam.

William menghentikan langkahnya dan melihat ke arah ruang sDara.

Dia menyangka akan bertemu Ellen, tanpa terduga menjadi Dara.

Begitu melihat Dara, William tertegun sejenak, sepertinya dia tidak terbiasa dengan kehadiran wanita asing di dalam rumah.

Dara juga tertegun melihat William, kemudian mengangguk padanya.

Wajah William tidak berekspresi, dia menatap ke ruang sDara dengan tatapan dingin, dan berjalan menuju ke bawah.

Dara menatap sosok punggung William yang tegap dan kuat, pipinya terasa panas.

Harus mengakui.

Pria ini benar-benar sangat mempesona.

Ditambah dengan kekayaan dan kekuatan yang dia miliki, ada wanita mana yang dapat menolak pria seperti ini!

Dara berdiri di lantai atas, tertegun melihat William berjalan keluar dari villa dan tidak bisa mengalihkan pandangannya.

……

Sudah hampir jam dua belas, Ellen masih mengerjakan soal-soal ujian di dalam ruang sDara.

Dara sedang duduk di kursi, mengoreksi soal bahasa Inggris yang baru saja dilakukan Ellen.

Dan yang lebih mengejutkan Dara adalah....

Semua soal objektif Ellen tidak ada yang salah.

Dan karangannya juga ditulis dengan sangat baik, sangat unik dan menggunakan banyak kata-kata, sudah melampaui tingkat sekolah menengah.

Meskipun dia ingin mengurangi nilai Ellen, dia juga tidak dapat menemukan alasannya!

Oleh karena itu, nilai Bahasa Inggris yang didapatkan Ellen adalah seratus!

Sambil memegang pena di tangannya, Dara menatap Ellen yang sedang mengerjakan soal di meja sofa, dia berpikir dalam hati, nilai seperti ini, mana mungkin memerlukan guru les!

Tok tok ——

Terdengar suara ketukan pintu yang lembut dari luar.

Ellen menggerakkan bibirnya, melepaskan pena, dan berlari untuk membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, langsung terlihat Darmi tersenyum dan berdiri di luar pintu.

Ellen terkejut dan membuka lebar mulutnya, “Bibi Darmi, kamu telah kembali?”

Awalnya Darmi masih tersenyum, tetapi ketika melihat pipi Ellen yang bengkak, senyuman di sudut mulutnya langsung hilang, lalu mengerutkan kening dan berkata dengan gugup, “Nona, ada apa dengan wajahmu?”

Ellen memegang tangannya dengan penuh kasih sayang dan berkata dengan acuh tak acuh, “Ini kecelakaan.”

“....... Kecelakaan?”

Darmi menarik nafas, “Cepat membungkukkan tubuhmu, biarkan aku melihatnya.”

Darmi agak pendek, sekitar 150an sentimeter.

Ellen lebih tinggi satu kepala darinya.

Mendengar kata-katanya, dia segera membungkukkan tubuhnya, dia mengedipkan mata melihat Darmi penuh khawatir mengecek luka di wajahnya, lalu berkata dengan lembut, “Bibi Darmi, apakah paman yang memanggilmu kembali?”

Darmi mengerutkan kening dan mengangguk, “Ketika aku pergi masih baik-baik saja, belum sampai dua hari......”

Tertegun sejenak, Darmi nenatapnya, “Bagaimana bisa menjadi begini?”

“Ini benar-benar adalah kecelakaan.” Ellen berkata.

Bagaimana mungkin Darmi akan percaya, dia menatapnya dengan aneh, mengulurkan tangan dan memegang tangannya, lalu berkata, "Makan siang telah disiapkan, Tuan juga hampir tiba, turun dan makanlah.”

“....... Apakah Paman ketiga keluar?” Ellen kaget.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu