Hanya Kamu Hidupku - Bab 40 Ellen, Kamu Jahat Ya

Ellen, "..." Dia berencana membeli satu untuknya juga?

Ellen melihat Pani yang mengambil pakaian dan berjalan menuju kamar pas, dia berdiri diam di tempat.

Pani berjalan sebentar dan berbalik ingin berbicara dengan Ellen, saat itu dia baru menemukan bahwa Ellen tidak mengikutinya.

Pani memandang mata Ellen yang gelisah, dan dia sudah tahu apa yang sedang dipikirkan Ellen sekarang.

Pani menjilat bibirnya, lalu berjalan ke depan Ellen, matanya yang jernih dan indah menatap Ellen, lalu berkata dengan lembut, "Beberapa hari lagi adalah ulang tahun ke delapan belasmu, ulang tahunmu sebelumnya, aku tidak pernah memberimu hadiah ulang tahun, tahun ini kamu merayakan ulang tahun ke delapan belas, bagaimana mungkin aku tidak memberimu apa-apa pada hari yang tak terlupakan ini?"

Ellen memegang tangan Pani, "Kamu tidak perlu memberikanku apa-apa, aku mengerti kebaikanmu terhadapku."

Pani tersenyum dan berkata, "Aku yang super pelit ini akhirnya mau membelikanmu sesuatu, jadi kamu jangan menolakku lagi, Ayo kita pergi coba pakaiannya."

"Pani ..."

Ellen masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Pani tidak memberinya kesempatan dan langsung menyeretnya ke kamar pas.

…...

Mereka berdua menggunakan satu kamar pas.

Ellen dan Pani saling berhadapan, ekspresi mereka sedikit canggung.

Meskipun sudah hampir tiga tahun sejak mereka berdua saling kenal, tetapi mereka tidak pernah mengganti baju di depan satu sama lain.

"Atau, aku pergi ke kamar pas sebelah saja." Ellen menyarankan.

"Tidak perlu." Pani berkata.

Hmmm ...

Ellen menjilat bibirnya dan menatap Pani, "Kalau begitu kamu ganti baju dulu."

Pani menyipitkan matanya dan menatap Ellen, lalu berkata: "Ayo sama-sama saja."

Ellen menggigit bibirnya, setelah pikir-pikir, dia mengangguk dan menyetujuinya.

Bagaimana pun, jika dia melihat Pani membuka pakaiannya, lalu Pani melihat dia membuka pakaiannya lagi, suasana itu juga lumayan aneh.

Pendapat mereka sama.

Mereka berdua dengan ragu-ragu dan canggung mulai membuka pakaiannya masing-masing.

Lalu ...

"Aduh mak, Ellen, kamu biasanya kelihatan kurus, tetapi ternyata tempat yang perlu besar tidak diragukan sama sekali."

Pani menutupi dadanya, dia memelototi dada Ellen dengan cemburu dan iri.

Dasar!

Setidaknya 34D!

Wajah Ellen memerah, dia menutupi dadanya dan berbalik.

"... Ellen, pantatmu montok sekali, bentuknya juga bulat, seperti dua roti bulat ..."

“Pani, adakah perkataan yang tidak berani kamu katakan?” Ellen marah, dia berbalik dan memelototi Pani yang sedang melihat pantatnya!

Setiap sel tubuhnya mulai menyesal mengganti pakaian bersamanya di kamar pas yang sama.

Dan, roti bulat apaan itu ...

Dia jelas-jelas masih mengenakan pakaian dalam!

Lagipula, punya dia sendiri juga tidak kecil, ok?

Ellen mengintip ke dada Pani.

Huh, setidaknya 34C!

“Ellen, kamu jahat ya, kamu sedang melihat ke mana?” Pani berteriak.

Ellen, "..." Jelas-jelas Pani yang menatapnya, ok? Yang dimaksud dengan pihak yang bersalah mengajukan gugatan terlebih dahulu, itulah Pani!

…...

Mereka berdua sambil bercanda sambil mengganti pakaian, setelah keluar dari kamar pas dan mengaca di depan cermin, Pani segera memutuskan untuk membelinya!

Bentuk badan Ellen dan Pani hampir sama, tinggi badannya sekitar 164/165 cm dan berat badannya sekitar 90 kg, jadi ukuran pakaian mereka tidak jauh berbeda.

Jika tidak melihat wajah mereka dan hanya melihat dari belakang, orang-orang akan mengira bahwa mereka adalah kembar.

“Rok ini sepertinya dirancang khusus untuk kalian berdua, cantik sekali!” karyawan toko yang berdiri di samping Ellen dan Pani menatap mereka dengan senang, perkataannya terdengar sangat tulus, tidak seperti bertujuan untuk membujuk mereka membeli pakaian tersebut.

Pani melihat Ellen yang ada di cermin, "Aku juga merasa sangat cantik."

Ellen juga sangat setuju.

Kemudian, Pani berkata kepada karyawan tersebut, "Beli dua ini saja."

"Baik." Karyawan tersebut berkata sambil tersenyum, "Aku akan mengambilkan kalian pakaian yang baru dan belum pernah dicoba oleh orang lain."

Pani mengangguk.

Setelah karyawan tersebut pergi, Ellen dan Pani pergi ke kamar pas untuk mengganti pakaiannya, mereka berpakaian rapi keluar dari kamar pas dan mendengar suara manis seorang wanita datang dari suatu tempat di toko, "Bintang, bagaimana pendapatmu tentang rok ini? Apakah aku akan terlihat bagus jika memakainya? "

Mungkin karena suara wanita tersebut terlalu manis, pandangan Ellen dan Pani secara tidak sadar tertarik olehnya, kemudian, mereka tercengang ketika melihatnya.

Mereka melihat Bintang yang berpakaian santai memegang tas wanita yang cantik di tangannya, dia berdiri di samping seorang gadis muda yang bertubuh langsing, wajahnya tersenyum dengan manis, dan matanya dengan lembut dan sabar menatap gadis di sebelahnya, "Apapun yang kamu pakai, kamu tetap terlihat bagus."

Pani merasa sedikit merinding.

Ellen mengangkat alisnya dan melirik rok yang dipegang oleh gadis tersebut, bukankah itu adalah rok yang baru saja dia dan Pani mencoba dan memutuskan untuk membelinya ...

“Kamu jangan menghiburku.” Gadis tersebut menatap Bintang dan berkata, “Aku tidak memiliki sosok tubuh yang begitu baik.”

Bintang tertawa dan berkata, "Aku serius dan juga tidak menghiburmu."

Gadis tersebut menatap Bintang sebentar, lalu sepertinya baru percaya bahwa Bintang tidak menghiburnya, tetapi Bintang benar-benar merasa bahwa apapun yang dia kenakan, dia tetap terlihat cantik, lalu wajahnya sedikit memerah, dia tersenyum dan berkata dengan lembut, "Kalau begitu aku pergi mencobanya dulu."

“Boleh.” Bintang berbalik dan bersiap untuk meminta karyawan toko mengambil pakaiannya, tanpa diduga, dia melihat Ellen dan Pani berdiri di tempat tidak jauh darinya dan menatapnya.

Bintang tercengang, kemudian dia mengangkat alisnya, dan dengan wajah gembira berjalan mendekati Ellen dan Pani.

Ketika berdiri di depan Ellen, Bintang menatap Ellen dengan bahagia dan bercampur dengan kejutan yang tidak disembunyikan, "Ellen, kebetulan banget, apakah kamu juga datang membeli baju?"

Ellen mengangguk, "Ya."

Bintang tersenyum dengan bodoh, matanya yang menatap Ellen seolah-olah dipasang magnet, dan dia bahkan tidak mengedipkan matanya.

Ellen sedikit tidak nyaman, dia mengulurkan tangannya dan menggandeng Pani yang berdiri di sampingnya, lalu berkata, "Bukankah kamu mau pergi bayar tagihannya? Ayo kita pergi."

Pani mengerti maksudnya dan mengangguk, "Ayo pergi."

Ellen mengangguk pada Bintang, "Kalian belanja dulu ya, kami pergi dulu, bye-bye."

Setelah mengucapkan perkataan tersebut, Ellen menggandeng Pani dan ingin pergi.

“Ellen.” Bintang dengan cemas menghentikannya.

Ellen berhenti dan menatapnya dengan ragu, "Ada apa?"

Bintang mengepalkan tinjunya dan menatapnya dengan penuh harapan, "Sekarang waktu sudah hampir siang, mari kita makan bersama."

"Tidak ..."

"Bintang, siapakah mereka?"

Gadis yang langsing dan cantik datang dari belakang Bintang, dia berdiri di samping Bintang, sepasang matanya yang cantik dan murni sedang menatap Ellen dan Pani dengan penasaran.

Bintang tercengang sejenak, lalu dia baru teringat untuk memperkenalkan mereka dan berkata, "Mereka adalah temanku, dia adalah Ellen Nie, dia adalah Pani Wilman."

Setelah mengucapkan perkataan tersebut, Bintang berhenti sejenak, lalu dengan serius memandang Ellen dan berkata, "Dia adalah sepupuku, Venus Rinoa ... sepupu kandungku."

Ellen, "..."

Pani, "..."

Venus, "..."

Sepupuku ya sepupuku saja, untuk apa sebutkan ... sepupu kandungku.

Venus menjilat bibirnya, dan matanya yang seperti berisi air memandang lembut dari wajah Bintang yang tegang, dan akhirnya menoleh ke Ellen, ada kilatan cahaya di matanya, dan dia berkata dengan lembut, "Halo."

Ellen mengangguk padanya, "Halo."

Venus berkata lagi, "Karena kita sudah bertemu, mari kita makan bersama, boleh?"

Setelah Venus mengucapkan perkataan tersebut, tatapan Bintang yang penuh dengan harapan beralih ke Ellen.

"Aku ingin berbelanja dengan Pani sebentar lagi ..."

"Tidak masalah, aku bisa menunggumu." Bintang berkata.

Ellen, "..."

Venus sedikit mengerutkan alisnya, tetapi dia segera tersenyum dan berkata, "Kami juga ingin berbelanja lagi, ayo kita bersama saja, nanti sekalian makan bersama juga."

Mata Ellen sedikit berkedut dan menatap Pani.

Pani mengangkat bahu dengan ringan.

Ellen menghela nafas di dalam hatinya, lalu mengangguk pada Bintang dan Venus, "Baiklah."

Setelah mendengar perkataan Ellen tersebut, ekspresi tegang Bintang langsung lega, alisnya diwarnai dengan sukacita yang cerah, dan dia menatap Ellen terus.

Ekor mata Venus memandang ke wajah Bintang, bulu matanya sedikit bergetar, lalu menggantung ke bawah.

…...

Ellen dengan terpaksa berjalan-jalan sebentar bersama Bintang dan Venus, kemudian mereka pergi ke restoran di lantai lima mal untuk makan siang.

Di restoran Sichuan.

Meja dengan empat kursi, Ellen dan Pani duduk di satu sisi, Bintang dan Venus duduk di sisi lain, dan Ellen duduk berhadapan dengan Bintang.

“Bintang, seleramu agak ringan, bagaimana jika aku pesan ikan lele yang dikukus?” Venus memandang Bintang dengan lembut dan bertanya dengan pelan.

Bintang mengangguk dengan acuh tak acuh, dia menatap Ellen dan berkata, "Pesan saja sesuai kesukaanmu."

Kelopak mata Venus terkulai, lalu dia tersenyum dan memandang Ellen, "Ellen, usia kita semua tidak jauh beda, kamu jangan malu-malu, pesan saja apa yang kamu inginkan, aku traktir kalian hari ini."

“Kak, aku adalah pria, mana mungkin membiarkanmu seorang gadis untuk traktir kami makan.” Bintang mengerutkan alisnya.

“Pria apaan kamu ini, di mata kakak, kamu masih merupakan anak kecil yang suka mengikuti di belakangku.” Venus tertawa dan menatap Bintang dengan penuh kasih sayang.

Telinga Bintang langsung merah, dan dia sedikit cemas, "Kak, aku sudah dewasa sekarang, jadi jangan sebutkan hal-hal masa kecil lagi."

Ketika Bintang mengucapkan perkataan ini, dia melirik Ellen terus.

Dia khawatir bahwa Ellen akan merasa dia tidak dewasa ketika mendengar perkataan Venus.

Ekspresi Ellen biasa-biasa saja, dia menundukkan kepalanya untuk melihat menu dan sepertinya tidak mendengar perkataan Venus.

Bintang mengerutkan alisnya, wajahnya yang tampan tampak sedikit kecewa.

Venus bisa melihatnya, lengkungan di sudut mulutnya sedikit kaku, lalu dia mengalihkan perhatiannya ke menu.

Pani adalah penggemar makanan yang sejati, dia tidak bisa bergerak ketika melihat makanan.

Ketika Venus sedang berbicara dengan Bintang, dia tidak punya waktu untuk mendengarkan apa yang mereka katakan dan berkonsentrasi pada memesan makanan.

Meskipun dia ingin makan banyak makanan, tetapi mengingat bahwa kali ini orang lain yang mentraktirnya, Pani masih menahan diri dan hanya memesan dua hidangan yang paling dia inginkan.

Pada akhir kata, dia berkata kepada Ellen yang tidak memesan hidangan apapun, "Bukankah kamu suka makan udang? Bagaimana kalau aku pesankan udang karang pedas untukmu?"

Dia suka makan udang ...

Bintang sedikit menyipitkan matanya dan mengingat apa yang dikatakan Pani.

Sebelum Ellen sempat menjawab Pani, ponselnya berdering.

Ellen menundukkan kepalanya dan meletakkan tas di belakangnya ke pangkuannya, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya.

Dia melirik nama penelepon yang muncul di layar ponsel, tangannya yang memegang ponsel berhenti sejenak, kemudian dia menjawab panggilan tersebut, "Paman Ketiga ..."

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu