Hanya Kamu Hidupku - Bab 490 Berakar Ke Dalam Tulang

Siswa kelas 12 akan melakuakn ujian bulanan setiap bulan. Ujian bulan april, Pani berada di peringkat 20 pertama, Dia sendiri merasa puas dengan hasil itu.

Kalau dia bisa mempertahankan hasil seperti itu, berjuang dengan tingkat normal waktu ujian masuk perguruan tinggi seharusnya bukan masalah yang sulit.

"Siapa itu Pani?"

Sambil memutarkan pena di tangannya, Pani sedang meneliti hasil ujiannya sendiri. Pada saat itu sebuah suara wanita berdering dari luar kelas.

Semua siswa yang berada di kelas pun berhenti mendiskusikan hasil nilai mereka dan melihat ke arah pintu.

Pada saat melihat pertarungan 'luar biasa' yang masuk ke dalam kelas, tatapan semua orang pun tertuju kepada Pani lagi.

Pani juga melihat ke arah pintu, ekspresinya terlihat sangat tenang, bahkan gerakan memutar penanya masih berlanjut, "Ada masalah?"

"Kamu, keluar!"

Di dekat pintu berdiri sekelompok orang, meskipun mereka tidak membawa pisau, aura mereka terlihat sangat menakutkan.

Pani menatap ke 'ketua' yang berteriak kepadanya dengan alis mengerut.

Pani menjilat bibirnya dan melihat ke sekeliling, semua orang di dalam kelas sedang menatap kepadanya.

Akhirnya Pani hanya bisa meletakkan penanya dan menghampiri mereka.

Pada saat Pani baru saja mendekat, gadis yang berteriak kepada dia tadi langsung mengulurkan tangan, menarik kera baju Pani ke luar kelas dengan jahat.

Semua orang tercengang dengan kaget.

"Hei, apa yang sedang kalian lakukan?"

Ketua kelas bersuara.

"Ke samping sana! Jangan mengurus urusan orang lain, kalau tidak aku akan menghancurkan seluruh keluarga kamu!" Orang-orang itu menjadi semakin marah, bahkan salah satu dari mereka berjalan menghampiri ketua kelas dan memarahinya.

Mata ketua kelas membesar, pada saat dia ingin berkata sesuatu lagi,

Siswa yang duduk semeja dengan dia langsung menahannya dan berbisik, "Kita sekarang kelas 12, sebentar lagi sudah mau ujian nasional, jangan mencari masalah"

Ketua kelas mengerutkan alisnya.

"Sikap Pani biasanya memang sangat arogan. Bisa jadi kali ini dia benar-benar membuat masalah, masalah dia biarkan dia selesaikan sendiri saja, kita jangan ikut campur" Satu siswa menambah.

Ketua kelas menjilat bibirnya dan mengeratkan tinjunya sambil menurunkan tatapannya secara diam-diam.

Gadis itu tertawa dengan tidak senang setelah melihat adegan ini.

Ketua kelas mengigit giginya dengan erat.

............

Orang-orang itu mengelilingi Pani dan menarik dia ke belakang batu besar yang terletak di belakang sekolah, tempat itu sangat jarang dilewati orang.

Pani merapikan seragamnya yang ditarik oleh mereka sebelum melihat ke para gadis yang mengelilingi dia dengan tatapan dingin, "Aku tidak mengenal kalian, kalian lebih bagus memberi aku alasan yang logis mengapa bertingkah seperti ini"

"Kamu berteriak apa? Masih belum mengerti kondisi dirimu ya? Biarkan aku yang memberi tahu kamu, kamu sudah habis!" Gadis yang menarik baju kera Pani tadi memiliki rambut yang berwarna merah.

"Iyakah?" Pani menarik nafas, dia sedang berusaha bersikap sabar.

Pani menatap ke gadis berambut merah itu, "Aku sadar kalau hari ini aku sudah habis. Aku tidak akan membantah, aku hanya ingin tahu alasan mengapa kalian bertingkah seperti ini... Meskipun mau mati, kalain juga harus membiarkan aku mengetahui alasannya"

Gadis berambut merah itu melipat tangannya di depan dada dan berjalan ke hadapan Pani sebelum menamparnya selama beberapa kali.

Pani mengeratkan tinjunya dan melihat ke gadis itu dengan ekspresi yang datar, tetapi sebenarnya dari dalam hati Pani sudah ingin memukul dia selama berkali-kali!

Gadis-gadis ini tampaknya berusia sekitar 15-16 tahun, wajah mereka masih terlihat sedikit kekanakan. Tetapi tingkah laku mereka benar-benar membuat orang ingin mendorong mereka kembali ke perut ibunya!

"Mempertahankan harga diri ya?" Gadis berambut merah itu tertawa dengan penuh penghinaan, dia melihat ke Pani dengan kepala miring, "Kamu ingin tahu mengapa kami memperlakukan kamu seperti ini?"

Pani menatap kepadanya.

"Biarkan aku memberi tahu kamu, karena kami bahagia! Kami senang memperlakukan kamu seperti itu!" Gadis berambut merah tertawa dengan puas dengan gaya seolah-olah dia adalah orang yang berdiri di posisi paling tinggi, bisa melakukan apa pun sesuka hati dia.

Gadis itu merasa dia bisa melukai seseorang yang dia sama sekali tidak mengenal tanpa alasan, hanya karena dia ingin!

Pani berkata, "Kalian membawa aku ke sini itu ingin membuat apa?"

"Menghukum wanita sialan tidak tahu malu seperti kamu tidak boleh menggunakan cara yang biasa. Aku akan memberikan kamu 2 pilihan sekarang" Gadis berambut merah tertawa dengan ringan.

Melihat gadis-gadis lain mengeluarkan ponselnya dan menunjuk kepadanya, tatapan Pani pun menjadi semakin mendingin.

"Coba katakan?"

"Pertama, kamu sendiri melepas pakaianmu. Kedua, kami membantu kamu melepasnya..."

Gadis berambut merah berkata sambil tertawa, setelah itu gadis-gadis lain pun ikut tertawa.

Jantung Pani terasa mendingin.

Dia tidak mengerti, mengapa anak remaja berusia 15-16 tahun bisa bersikap kejam sampai begini?

Kenapa? Kenapa bisa begitu? Apa yang membuat mereka merasa perilaku mereka itu tidak bersalah, bahkan sampai mereka bisa merasa bahwa perilaku mereka adalah sesuatu yang patut dibanggakan dan ditiru?

Mendengar suara teman-temannya, gadis berambut merah itu terlihat semakin senang. Dia mendekati Pani dengan senyuman, "Aku menghitung sampai 3, kami akan membantu kamu memilih kalau kamu tidak mengambil keputusan, 1, 2, 3...."

"Huhu..."

Gadis berambut merah itu membantah dengan tidak nyawan, kedua tangannya secara refleks mendorong tangan Pani yang sedang menekan lehernya.

"Kakak Snow ...."

Gadis yang lain berseru dengan kaget, mereka pun segera menghampiri Pani dengan panik.

"Kemari! Kalau kalian ingin aku langsung membunuhnya, kemari ke sini!"

Pani berkata dan mempererat pegangannya.

Lidah gadis berambut merah sudah keluar setengah, kedua matanya memucat, dia bisa putus nafas kapan-kapan saja.

Melihat situasi ini, semua orang kaget sampai tidak berani bergerak. Mereka merasa takut melihat tatapan Pani yang tidak berisi kesombongan dan penghinaan lagi.

Kedua mata Pani memerah, dia melirik kepada semua orang, "Waktu aku bermain di luar, kalian masih tidak tahu di mana! Mau memprovokasi aku? Kalian masih belum cukup pantas!"

Kata-kata Pani tidak salah. Dia melewati beberapa tahun di Weiran dengan cara seperti ini, dia tidak pernah takut kepada siapa pun dan tidak ada yang berani menganggunya juga.

Gadis-gadis SMP ini menarik Pani keluar dari kelas di depan wajah semua orang, hal ini sudah cukup membuat Pani merasa sangat malu dan marah.

Sementara yang benar-benar membuat Pani marah itu kata-kata gadis berambut merah tadi tentang 'aku bahagia!'

Demi kebahagiaan sendiri kamu mau melepaskan baju orang dan memotretnya? Hukum pasal mana yang mengizinkan hal ini? Pani merasa dirinya sedang berusaha untuk negara, membantu mereka mendidik sekelompok gadis yang tidak tahu diri ini!

Melihat air liur gadis berambut merah mulai mengalir, gadis lainnya pun panik sampai mau menangis.

"Kak, kami akan memanggil dan menghormati kamu sebagai kakak mulai sekarang. Dulu itu salah kami, kami tidak pandai melihat orang, kami minta tolong anda lepaskan Kakak Snow kami!" Salah satu gadis berkata dengan kasihan.

"Kenapa harus begitu? Aku mau membunuhnya, karena aku ingin dan aku senang!" Pani berkata.

"Huhu...."

Salah satu gadis mulai menangis dengan suara besar, "Wajah Kakak Snow sudah menghijau, dia sudah mau mati..."

"Huhu..."

Satu orang menangis, semuanya pun ikut menangis.

Pani melirik semua orang dengan wajah tidak sabar, "Semuanya diam, menangis apaan? Bukannya kalian sangat senang mau melepaskan baju aku tadi? Sekarang nangis apaan? Aku beri tahu kalian, setelah aku membunuh dia, selanjutnya adalah kalian!"

Semua orang menangis dengan suara yang semakin keras dan takut.

Pani melirik ke gadis berambut merah itu, melihat nafasnya benar-benar sudah mau putus, Pani baru menyipitkan matanya dan mendorong dia dengan kuat.

Gadis berambut merah jatuh ke lantai dan bernafas dengan kuat sambil memegang lehernya.

Gadis-gadis lain ingin menghampiri ketua mereka, tetapi mereka merasa takut kepada Pani.

Pani melirik ke mereka dengan dingin, kemudian dia berjongkok ke sisi gadis berambut merah dan mencubit pipinya dengan kuat sebelum berkata sambil mengigit gigi, "Posisi orang itu tidak tetap, seperti kalian dan aku. Pada saat kalian memutuskan untuk memalukan dan memarahi seseorang, apakah kalian pernah berpikir orang itu bisa jadi akan membantah dan mengambil nyawa kecil kalian? Aku menasehati kalian untuk bersikap baik hati kepada semua orang, karena waktu orang lain bersikap jahat kepada kalian, orang-orang yang baik baru akan muncul dan membantu kalian. Kamu harus bersyukur aku tidak mengambil nyawamu hari ini, tetapi kalau mulai hari ini kalian masih berani sembarang bertingkah sesuka hati tanpa batas dan hati nurani, kalian tidak tentu bisa mempertahankan nyawa kecil kalian lagi waktu bertemu dengan aku yang selanjutnya!"

Gadis berambut merah itu melirik ke Pani dengan tubuh gemetaran.

Dia benar-benar mengira Pani akan membunuhnya tadi.

Ketakutan pada saat itu berakar sampai ke dalam tulangnya!

Pani mengerutkan alisnya dan berkata, "Apakah kalian tahu? Karena kalian aku memboros waktu 1 jam. Apakah kalian tahu aku bisa mengerjakan berapa soal dalam waktu 1 jam?"

Pani melirik ke semua orang sebelum tertawa dengan dingin dan berjalan untuk meninggalkan tempat.

"Adik- adik saudara kami yang bernama Pataya yang memberi kami uang dan meminta kami untuk melakukan hal ini!" Gadis berambut merah berkata dengan lemah.

Langkah kaki Pani berhenti, setelah beberapa detik dia baru menoleh kembali ke gadis berambut merah, "Kamu, kamu berkata apa?"

Pada detik tatapannya berpapasan dengan tatapan Pani, suara gadis itu pun mengecil secara refleks, "Dia berkata kamu sangat tidak tahu malu, merebut pacarnya. Jadi dia membenci kamu dan meminta kami untuk menganggu kamu!"

".....Aku tidak tahu malu merebut pacarnya? Pacar dia siapa?" Pani bertanya.

Pantasan gadis ini berkata Pani adalah wanita sialan yang tidak tahu malu! Ternyata begitu!

Gadis itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kami, kami bukan wanita jahat. Kami itu demi mempertegaskan kebenaran...."

"Sudah sudah, jangan berbicara tentang itu kepada aku. Aku merasa lucu!" Pani mengerutkan alisnya dan berjalan pergi dengan wajah dingin yang tegang.

Melihat bayangan belakang Pani, gadis berambut merah itu tiba-tiba merasa sedih dan mulai menangis dengan posisi duduk di atas lantai.

Dia hampir saja mati! Hampir saja!

"Aku sangat takut tadi! Huhu...."

............

Pani kembali ke ruang kelas dengan aman, teman-teman sekelasnya menatap kepadanya dengan tatapan yang rumit.

Pani tidak peduli, sekarang otak dia dipenuhi oleh masalah Pataya memerintah gadis-gadis tadi menganggunya!

Pani benar-benar tidak menyangka Pataya bisa melakukan hal seperti ini, seberapa benci dia kepada Pani?

.........

Sore hari pulang sekolah, Pani melamun sejenak di dalam kelas baru meninggalkan kelas.

Baru saja keluar dari kelas, sebuah suara yang cemas pun segera berdering ke arah Pani.

Waktu melihat orang yang datang, kedua mata Pani yang jernih pun menjadi menyipit.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu