Hanya Kamu Hidupku - Bab 123 Gadis Ini Makin Lama Makin Nakal

Ya, sejak terakhir kali kejadian di KTV, dia yang hampir membuat seseorang mati, Pani menjadi sedikit takut padanya. Wajahnya yang murka, hingga hari ini masih tersimpan dalam pikirannya, Impresinya yang dalam sangat sulit untuk dilupakan !!

Oleh karena itu ada yang bilang bahwa, orang jahat memiliki caranya sendiri menyiksa orang.

"Orang jahat" seperti Pani hanya bisa ditaklukan oleh orang yang lebih"jahat" darinya, Jika tidak dengan temperamennya yang seperti tuan putri, Jika tidak ditakuti, Dia bisa terbang kelangit !

Walau dia tergolong takut, tetapi Pani masih memiliki logikanya. Dia sangat mengerti bahwa barang yang baru saja dia buang ke tempat sampah tidak dapat dilihat olehnya, kalau tidak semuanya akan terbongkar.

Pani memutar matanya dengan cepat, meluruskan pinggangnya dan berkata kepada Sumi,"Aku tidak pernah bilang bahwa aku bersedia untuk bertunangan denganmu. Jangan terus mencariku."

Sumi menyipitkan matanya, dan kilatan cahaya melintas dari dalam matanya, bibirnya bergerak,"Karena kamu belum bersedia, aku harus sering datang, Supaya kamu bisa merasakan kehadiran aku."

Sudut bibir Pani bergerak.

“Lagipula, apakah penting kamu setuju atau tidak?” Sumi perlahan menyebutkan sesuatu kalimat yang membuat Pani gila.

Pani memerah dan menatap mata aprikot Sumi yang bercahaya dengan jengkel."Selama aku tidak mengangguk, aku tidak setuju, tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa memaksa aku!"

Sumi memandang Pani yang penuh emosi, wajahnya datar, namun pandangan kepada Pani menjadi lebih dalam.

Pani dengan cepat melirik tempat sampah di belakangnya, mengerutkan kening pada Sumi,"Kamu pulang saja sekarang! Kamu hari ini sudah menampilkan kehadiran di depan aku yang berlebihan, Membuatku lebih tidak ingin bertunangan denganmu, Jadi lebih baik, kedepan bisa memikirkan untuk lebih sedikit bertemu, mungkin aku bisa lebih baik terhadapmu!"

"Oh," Sumi mencibir.

Pani memutar matanya, dan memalingkan wajahnya darinya karena dia tidaknyaman dengan kalimat tadi.

“Dasar anak yang tidak punya hati nurani!” Sumi menggertakkan giginya.

Mata Pani bergetar, dan berbalik untuk menatapnya.

Sumi menatapnya dengan wajah tegas,"Secepat itu melupakan jasa penyelamat kamu, benar-benar dingin."

"..." Kerongkongan Pani tiba-tiba tersedak.

Bagaimanapun, memang dia yang pada awalnya menyelamatkannya dari KTV, dan dia juga yang membantunya melampiaskan amarah, Memberi orang orang itu pelajaran.

Jika dia mengatakan dia adalah penyelamat hidupnya, Pani merasa tidak keterlaluan.

“Jika kamu tidak segalak itu, Apa aku bisa memperlakukanmu seperti ini?” Pani berbisik.

"aku galak? Kamu bisa keluar dan bertanya, di seluruh Kota Tong tidak ada orang yang punya temperamen lebih baik dariku." Sumi berkata dengan wajah serius.

Pani menatapnya, wajahnya yang kecil bergetar, matanya berkilau menahan tawa.

Beraninya pria tua ini mengatakan dia memiliki temperamen yang baik?

Apa dia tidak punya cermin?

Tentu saja, Sumi melihat Pani yang sedang menahan tawa, bibirnya yang tipis bergetar, dia pun memberi isyarat kepada Pani, "Ayo, aku traktir kamu makan makanan yang lezat."

Mata Pani berbalik, tangannya berada di belakang, dan dia berkata,"Katakan dulu, kita mau makan apa."

“Kamu pilih apapun yang kamu mau!” Sumi tersenyum dengan lebar.

"Kamu yang bilang ya!" Pani mengangkat dagunya dan bersenandung,"Jangan bilang aku nanti membuatmu bangkrut."

“Tidak masalah, Tidak akan membuat calon suamimu menjadi melarat.” Mata Sumi menatap Pani dengan genit.

Wajah Pani menjadi panas, memelototinya dengan tidak sopan.

Dasar lelaki genit, Hanya tau memanfaatkan wanita!

Sumi melirik tong sampah di belakangnya sejenak, berbalik dan berjalan maju,"Ayo, ikuti aku."

Pani memandang punggungnya yang lebar, sambil meremas tangannya menjadi kepalan, akhirnya perlahan-lahan melepaskan genggamannya.

Tanpa melihat ke belakang, Pani dengan cepat mengikuti.

...

Sumi membawa Pani ke restoran Thailand, dia berkata bahwa makanan di restoran ini sangat original.

Setelah makan, kira kira kurang dari pukul delapan malam, Sumi mengantar langsung Pani kembali ke rumah keluarga Wilman.

Mobil Sumi adalah Cayenne, edisi hitam, sama seperti pemiliknya, rendah hati dan dan tenang.

Mobil itu diparkir di depan pintu rumah Wilman, tetapi sebelum Sumi mengatakan apa-apa. Pani sudah tidak sabar untuk melepaskan sabuk pengaman dan mendorong pintu untuk keluar turun.

Alis Sumi berkerut menjadi lipatan, dan sebelum Pani melangkah keluar dari mobil, dia mengulurkan tangan untuk menangkap pergelangan tangannya dan menariknya kembali.

Pada saat yang sama, dia membuka sabuk pengaman di depannya dengan tangannya yang lain, mencondongkan tubuh ke depan, dan mengangkat dagu Pani dengan ibu jari dan telunjuknya, dan menurunkan kepalanya untuk mencium bibirnya sebelum dia bisa bereaksi.

tiba-tiba.

Mata Pani melebar, dan dia menatap ngeri pada wajah yang tiba-tiba mendekat itu.

Sumi tidak melakukannya dengan keterlaluan, dalam bibirnya bergerak beberapa kali dan keluar, melepaskannya, dan kembali duduk di kursinya, dengan suara serak berkata,"Pergilah."

Pani,"..." Seluruh tubuhnya serasa membeku!

Sumi menyipitkan mata, menatap wajahnya yang tertegun, hanya merasakan tenggorokannya kering.

Dengan satu tangan memegang erat di kemudi, Sumi melancarkan tenggorokannya dan berkata,"Jika kamu tidak mau keluar dari mobil, aku tidak akan segan segan ya !"

Pani bereaksi dengan cepat, berbalik, keluar dari mobil dengan tasnya, menundukkan kepalanya dan berjalan cepat seakan akan ada hantu yang mengejarnya di belakang.

Alis Sumi yang dalam, dan matanya memandangi dengan gelap dan dalam punggung Pani.

Dia berpikir Pani akan pulang ke rumahnya tanpa melihat ke belakang,. Namun tidak disangka, Ketika ia berjalan hingga pintu depan, tiba-tiba ia membalikkan badan.

Sumi terkaget.

"Brengsek, ini ciuman pertamaku, dasar orang tua genit, Mati saja kamu!"

Pani seperti seekor macan kecil yang marah. Setelah meraung, dia masih belum puas, dan melemparkan tas sekolahnya dengan benci ke arah mobil Sumi.

Tentu saja, karena jaraknya agak jauh, Walaupun tenaga Pani sebesar apapun tetap tidak akan bisa mengenai mobil Sumi.

Sumi,"..."

Dia pun merasa sedikit konyol dimarahi oleh Pani seperti ini.

Namun ketika ia sudah sadar, Dia sudah tidak melihat bayangan Pani. Tentu saja, tas sekolah yang dibuang ke arahnya pun juga sudah hilang.

Sumi menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, menghirup nafas, dan melepaskannya perlahan.

Mengangkat pandangannya, memandang dirinya sendiri di kaca spion, Sumi menjilat bibir bawahnya yang kering, dan senyum kecil muncul di matanya.

Ciuman pertama?

Hmm.

Jika demikian, walau dibilang pria genit pun sangat layak"!

"Oh..."

Sumi tertawa, dan jari-jarinya yang ramping mengetuk setir beberapa kali, kemudian memandang ke arah rumah Wilman.Dia pun duduk tegak, mengikat sabuk pengamannya, memutar kemudi, dan berbalik keluar meninggalkan kediaman rumah Wilman.

Sekitar satu atau dua menit, mobil berhenti tiba-tiba di sisi jalan lagi.

Sumi yang sedang duduk di mobil, setelah melihat bibirnya di kaca, dia melihat tempat sampah yang terletak tidak jauh dari kaca spion.

Tidak tahu sekarang, Apakah barang yang dibuang gadis itu secara diam diam masih ada disana atau tidak.

Dan bahkan walaupun masih ada disana, Apakah harus menggunakan tangannya, mengambilnya dari tumpukan sampah disana ?

Sumi mengerutkan kening dan melirik tangannya.

Dengan sangat yakin bahwa tangannya bukan untuk melakukan hal seperti ini.

Dia pun mengeluarkan ponselnya dari dashboard dan memanggil nomor Samir.

Samir: (⊙﹏⊙)

...

Coral Pavillion.

Setelah makan malam, Ellen seperti biasa kembali ke kamarnya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

“Ellen.” William memanggilnya.

Ellen menatapnya dengan bingung,"Ada apa Paman?"

William mengulurkan tangan ke arahnya.

Ellen berjalan dan menyerahkan tangannya kepadanya.

William menggenggam erat tangannya, dan menggandengnya ke arah sofa.

Mereka duduk berdekatan di sofa.

Ellen menatapnya dengan bingung.

"Kakek berkata anggota keluarga belum pernah berkumpul sejak Tahun baru, jadi dia berencana untuk mengumpulkan semua orang akhir pekan ini," William berkata,"Maukah kamu pergi?"

"Akhir pekan ini?"

"Iya," William meremas tangan kecil Ellen, dan memandangnya dengan lembut,"Jika kamu tidak ingin ikut, aku bisa memberitahu kakek, tidak perlu dipaksa, ya?"

"aku bukannya tidak ingin ikut. aku juga merasa sudah lama tidak bertemu kakek dan agak merindukannya. Jadi ayo kita pergi akhir pekan ini," kata Ellen.

Bibir William bergetar,"Oke."

Ellen menatapnya,"Paman, apakah ada hal lain?"

William menggelengkan kepalanya dan melepaskan tangannya."Pergilah."

Ellen mengangguk dan tersenyum pada William,"Sampai ketemu besok pagi ya, Paman."

William mengangkat alisnya dan tidak berkata apa-apa.

Ellen berdiri dari sofa, tetapi tidak bergegas pergi.

William menatapnya dengan penasaran,"Kenapa..."

Sebelum William menyelesaikan kata-katanya, aroma wewangian yang segar tertempel di bibirnya.

Karena tertegun, mata dingin Wiliam sedikit melebar, menatap wanita dengan bulu mata hitam panjang yang pemalu dan gugup itu.

"Paman, tidak ada yang lebih penting daripada kamu."

Ellen dengan gemetar memisahkan bibirnya dari dia, Matanya yang basah menatapnya, Mengucapkan hal yang tidak ada ujung dan akhirnya.

Tenggorokan William bergerak, membersihkan tenggorokan yang dalam, matanya yang dingin seakan dibukakan selapis demi selapis dari kegelapan, Mengangkat tangannya dan ingin mengaitkannya ke leher Ellen.

Namun.

Ellen yang tampaknya menebak tindakan ini. Sebelum dia bertindak, Dengan cepat berdiri tegak, berbalik dan berlari kecil ke arah tangga,"Aku mau mengerjakan pekerjaan rumahku, tidak ada yang boleh mengganggu ya."

William hanya bisa mengepalkan tangan, dengan lucu dan kesal, gadis ini makin lama makin nakal!

...

Ellen berlari ke kamarnya, menutup pintu sejenak, ketika berbalik dengan tangan menutupi jantungnya, dia dengan ringan bersandar pada panel pintu dengan mata tertutup, dan menghirup nafas dengan mulutnya.

Dia pun bersandar di pintu selama beberapa menit.

Ketika Ellen membuka matanya dan perlahan-lahan melihat laptop di meja komputer.

Meremas jari-jarinya, Ellen berdiri tegak dan berjalan mendekati meja komputer.

Saat ia duduk di meja komputer, Ellen membuka laptop dan menyalakannya.

Ketika ia menunggu dalam waktu puluhan detik untuk menghidupkan laptop, detak jantung Ellen masih bergemuruh, dan Dengan giginya yang terus menggigiti salah satu ibu jari di tangannya.

Ketika komputer sudah menyala, Ellen dengan cepat meraih dan memegang mouse, membuka mesin pencarian, dan memindahkan mouse ke kotak pencarian.

Ellen menelan ludah dan dengan cepat mengetik empat kata pada keyboard komputer: Rumah Sakit Yihe

Ketika sudah memasuki halaman utama rumah sakit, Ellen membuka kolom janji temu online, mengisi informasi dengan cepat, dan membuat janji temu untuk departemen ginekologi pada hari Sabtu jam 9 pagi.

Melihat layar komputer yang menunjukkan bahwa janji temu sudah berhasil, Ellen merasa ketegangannya seakan akan jantungnya akan keluar dari tenggorokannya.

Dia tertegun menatap layar komputer selama beberapa menit, Ellen menelan ludah, mematikan komputer, dan menutupnya.

Dia pun bangun, pergi ke meja belajar dan duduk.

Dengan otomatis membuka tas sekolah dan mengeluarkan kertas ujian dan diletakkan di atas meja, Dia mengeluarkan pena dari tempat pena dan menunduk bersiap untuk mengerjakannya.

Walaupun, Ellen terus menatap kertas tes itu selama setengah jam, tetapi pena di tangannya tidak pernah turun satu kali pun.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu