Hanya Kamu Hidupku - Bab 559 Manis Tidak

Melihat kondisi tersebut, Sumi merasa tidak enak, ia menatap Pani dan berkata “Ada apa?”

“….Tidak apa-apa.” Pani menelan kembali perkataannya.

Sumi menatap Pani selama dua detik, ia memberikan sup ayam yang enak ke dalam tangannya “Hati-hati panas.”

“…..Ya.”

Pani mengangguk-anggukkan kepala, mengangkat mangkok sup sambil meniup-niupinya, kemudian mendekatkan ke mulutnya dan mencicipinya dengan hati-hati.

Supnya terasa segar, tidak berminyak juga sangat pas di mulut, rasanya sangat enak!

Pani menundukkan kepala meminum sup dengan tenang.

“Bagaimana? Masih oke kan?” Sumi bertanya.

“Ya, sangat enak.” Pani mengangkat kelopak mata melihatnya, dengan wajah jujur berkata “Tidak disangka walaupun pertama kali namun sup buatanmu begitu enak, sungguh hebat.”

Sumi “…..”

Pani kembali menundukkan kepala meminum supnya dan berkata “Rasanya dapat dibandingkan dengan keahlian koki bintang tiga Storias.”

Sumi menarik-narik sudut bibirnya.

Pani telah meminum dua mangkok sup dan ingin pergi mengambil nasi sendiri.

Sumi terkejut “Bukankah kamu tidak lapar?”

“Oh, selera makanku sudah ada setelah meminum dua mangkok sup, jadi tiba-tiba merasa lapar.” Pani mengangkat alis melihatnya “Ada apa, tidak boleh?”

Sumi terdiam, ia mengambil mangkok kecil dari tangan Pani dengan diam membantu dia mengambil nasi “Mana mungkin tidak boleh, aku malah berharap kamu makan lebih banyak!”

Pani mengerucutkan bibirnya “Kamu…pertama kali memasak sup saja sudah langsung berhasil, apakah kamu memiliki jurus rahasia? Beritahu aku.”

“…..” Sumi diam selama beberapa detik lalu berkata “Untuk apa kamu menginginkannya? Kelak apabila kamu ingin minum, aku…setiap hari aku akan memasakannya untukmu.”

“Kamu ingin memasak untukku setiap hari?” Pani menatapnya sambil menahan tawa.

Sumi mengerutkan alis melihat tampangnya tersebut.

“Upss, sudahlah, aku tidak dapat menerimanya.” Pani mengangkat alisnya sambil menjepit sayuran untuk dimakan.

Sumi menatapnya, sorotan matanya terlihat agak kusut, walaupun dia menahannya namun tetap tidak dapat menyembunyikannya dari mata Pani.

Pani makan dan melihatnya sambil tersenyum “Memang seorang bos Nulu, tidak hanya menjadi seorang pengacara besar di pengadilan, juga adalah seorang koki besar yang memiliki keahlian memasak yang hebat, sungguh luar biasa.”

Sumi menutup bibir tipisnya, mengangkat sumpit dan mengambilkan lauk untuknya, suaranya terdengar sedikit tertahan dengan datar berkata “Makan lebih banyak sayuran.”

Pani menyipitkan matanya melirik sup ayam tersebut dan berkata “Kamu juga minumlah sedikit sup ayam buatanmu.”

“….” Sumi terdiam dan melihat ke arah Pani, terdapat keraguan di dalam matanya yang jernih.

Mata Pani berkedip-kedip, ia menurunkan pandangannya.

Saat ini dalam hatinya merasa sedikit canggung.

Berdasarkan kondisi mereka berdua sekarang, dia dapat langsung membongkar kebohongannya yang mengganti sup ayam buatannya, kemudian dengan tidak berperasaan menertawai dan menjatuhkannya, sehingga dapat melihat tampang kasihan dan canggungnya, juga dapat memberikan kegembiraan pada diri sendiri!

Akan tetapi ternyata dia tidak melakukannya seperti itu.

Beberapa kali saat ucapan tersebut sudah hampir keluar dari mulutnya, namun ia menelannya kembali!

Pani diam-diam menarik napas.

Dalam hati ia menasehati dirinya sendiri, dia tidak boleh berbuat demikian, dia melakukan ini hanya untuk dirinya sendiri agar tidak menjadi wanita jahat yang tidak tahu menghargai niat baik orang lain dan tidak tahu berterima kasih.

……

Setelah makan malam Pani meninggalkan meja makan untuk dibereskan oleh Sumi, sedangkan dirinya langsung menuju ke sofa, duduk dan menonton TV.

Sumi tidak keberatan dengan semua ini, ia dengan patuh mengerjakan semua itu walapun dia belum pernah melakukannya sebelumnya, walaupun dia tidak bisa akan tetapi dia tetap berusaha mengerjakannya.

Dengan waktu yang tidak sedikit, Sumi baru selesai membereskannya, dia juga mencuci buah dan memberikannya kepada Pani.

Pani menerima dan langsung memakannya, sama sekali sudah tidak tahu tentang arti dari kata “Sungkan” lagi.

Sumi duduk di sampingnya, lengan panjangnya dengan alami di letakkan di atas sofa di belakang Pani, dengan jelas menatapnya “Manis tidak?”

Pani tidak berkata-kata namun malah meletakkan piring buah ke depannya, yang bermaksud: manis atau tidak kamu cicipi saja sendiri!

Sumi menarik bibirnya, tidak tahu apakah Pani sengaja atau memang kebetulan, saat dia mengulurkan tangan mendorong piring buah ke atas lutut Pani, tangannya tepat berada di atas punggung tangan Pani.

Pani merasa ujung jarinya sedikit mati rasa namun dia tidak memperlihatkan ekspresi lain dan tetap memakan buah.

Sumi menatapnya makan.

Sorotan mata dari samping yang begitu kuat pada wajah Pani membuat orang tidak bisa mengabaikannya.

Tanpa sadar jantung Pani berdetak lebih kencang, memanfaatkan saat ia memasukkan buah ke dalam mulut untuk menghela napas.

“ Panpan.” Tiba-tiba Sumi memanggilnya dengan suara yang sangat lembut.

Punggung Pani terasa kebas, ia menoleh ke arahnya “Ada apa?”

Sumi mengaitkan bibirnya, kemudian tiba-tiba membungkuk sehingga wajah mereka menjadi sangat dekat.

Pani hampir saja berteriak karena tidak tenang, ia segera memundurkan badannya bersandar ke belakang, dengan waspada menatapnya “Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”

“Masih ada sepuluh hari, perjanjian kita akan berakhir.” Sumi menarik sebelah tangan Pani dan menggenggamnya dalam tangannya, ia menatap sepasang mata Pani yang bersinar.

Pani merasa hatinya seperti menonjol, sambil sedikit mengerutkan alisnya dengan suara kecil berkata “Bukankah masih ada sepuluh hari?”

“Ya.” Sumi tersenyum lembut kepadanya “Sepuluh hari kemudian kita kembali ke Kota Tong.”

Alis Pani mengerut diluar kendalinya, dengan sekuat tenaga menarik kembali tangannya dari genggaman Sumi “Tunggu sepuluh hari ini sudah lewat baru dibicarakan lagi.”

Sumi menganggukkan kepala “Sampai saat itu aku akan memberitahu orang tuaku, anak yang kamu kandung adalah anakku, jadi kamu tidak perlu mencemaskan kalau anak ini akan mengalami kesusahan di masa depan.”

Pani terkejut dan mengerutkan keningnya melihat Sumi.

Sumi juga menatapnya “Sekarang Asep mereka seharusnya juga mengira anak yang kamu kandung adalah anakku, dengan begini lebih baik.”

Tangan Pani yang memegangi piring buah menjadi tegang.

Dia tiba-tiba memikirkan beberapa hal dalam kepalanya.

Jangan-jangan saat Ethan dan Samir tinggal beberapa hari di Kota Yu saat itu, tujuan Sumi bersikeras untuk tidur sekamar dengannya adalah agar mereka mengira anak di dalam kandungannya adalah milik Sumi ?

Jika tidak saat Samir dan Ethan sudah pergi, bukankah dia seharusnya malah semakin bersikeras untuk sekamar dengannya?

Mengapa saat mereka sudah pergi dia malah dengan sendirinya pindah ke kamar lain?

Saat ini ponsel berdering sehingga membuyarkan hal-hal yang sedang dipikirkan oleh Pani tersebut.

Mata Pani bergerak melihat ke arah ponsel yang berada di atas meja.

Saat melihat pemberitahuan panggilan yang muncul, wajah Pani meregang.

Ia menatap Sumi sekilas, mengambil ponsel, berdiri dan berjalan ke satu sisi untuk menjawab telepon “ Pak Jamet.”

“Alisa, ini aku!” Jamet berkata.

“ Pak Jamet menelepon di waktu ini, apakah ada urusan?” Pani berkata.

“Tentu saja ada. Alisa, kamu luangkan waktu besok sore, kita ketemuan sebentar, aku ingin memahami perkembangan dan kondisi pekerjaanmu akhir-akhir ini.” Jamet berkata.

Memahami perkembangan dan kondisi pekerjaannya?

Pani merasa canggung.

Akhir-akhir ini mana ada perkembangan pada pekerjaannya, dia bahkan tidak bekerja.

“ Pak Jamet, begini saja, bagaimana kalau aku memberikan laporan kepadamu melalui email?” Pani memberi ide.

“Ada beberapa hal tidak jelas apabila dibicarakan melalui email. Kamu jelaskan saja kepadaku saat pertemuan kita besok sore, dengan begitu aku dapat memahaminya dengan lebih terperinci.”

Jamet diam selama beberapa detik kemudian meneruskan perkataannya “Kamu juga tahu, atasan sangat memperhatikan pekerjaanmu kali ini, setiap hari aku merasa gelisah karena pekerjaanmu ini. Jadi aku merasa perlu untuk mengikuti dan memahami pekerjaanmu, dengan begitu setidaknya aku bisa sedikit memahami kemajuan dan hasil dari pekerjaanmu. Dan juga apabila kamu menemui masalah dalam pekerjaanmu, aku juga bisa memberimu sedikit petunjuk!”

Pani memiringkan kepala menatap Sumi sekilas.

Tidak tahu ia menggunakan alasan apa saat dia meminta boss besar menetapkannya sebagai penerjemah pribadinya, tidak tahu apakah benar ingin dia membantu pekerjaannya atau hanya sebuah alasan saja!

Tetapi tidak peduli apakah dia ada mengatakan yang sebenarnya kepada boss besar atau tidak, tapi dia dapat memastikan satu hal kalau Jamet tidak tahu akan hal ini, dia dan dia yang dahulu mempunyai pemikiran yang sama, sama-sama berpikir bahwa perusahaan hanya sebatas memberikan dia sebuah pekerjaan dengan tanggung jawab yang besar saja.

Bagaimanapun juga Jamet adalah atasannya dan pekerjaannya bersifat sangat penting, dia tidak tenang ingin memahami kondisi pekerjaan adalah suatu hal yang normal dan masuk akal.

Pani tidak ada alasan untuk menolak!

Bagaimanapun juga tidak bisa berterus terang kepada Jamet dengan mengatakan bahwa seseorang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadikan? Akan sangat memalukan!

“Alisa, kamu harus tahu, walaupun tugas kamu kali ini diberikan langsung oleh atasan, akan tetapi sekarang aku juga masih adalah atasanmu! Aku ingin memahami perkembangan pekerjaanmu ini seharusnya tidak berlebihankan?”

“Alisa, kamu tidak mungkin merasa setelah atasan memberikanmu tugas “Khusus” ini, maka kamu dapat mengabaikan aku sebagai atasanmu inikan?” Jamet tidak mendapat jawaban dari Pani maka ia menambahkan perkataannya lagi, kali ini suaranya terdengar marah!

Pani mengerutkan alisnya “ Pak Jamet, aku tidak bermaksud begitu. Karena anda sudah berkata begitu maka aku juga tidak punya alasan lagi untuk menolak. Akan tetapi besok malam aku harus menemani rekan kerjaku menghadiri sebuah pertemuan, jadi aku sudah harus pamit sebelum jam lima sore, apakah anda keberatan?”

Terhadap Jamet, Pani harus bersikap was-was! Harus waspada!

“Kamu melakukannya demi pekerjaan, aku sebagai atasan akan berusaha bekerjasama denganmu, bagaimana mungkin keberatan, kamu tenang saja!” Jamet berkata.

“Baiklah kalau begitu, setelah menentukan tempat aku akan memberitahukannya kepada anda, sampai bertemu besok sore.” Pani berkata.

“Alisa, orang sepertimu bagus dalam segala hal hanya saja terlalu waspada! Tetapi apabila terlalu waspada maka akan sedikit terlihat seperti orang rendah! Akan tetapi aku tidak keberatan apabila kamu yang menentukan tempat untuk bertemu besok!”

Setelah selesai berbicara, Jamet diam beberapa detik kemudian mematikan panggilan teleponnya.

Pani menurunkan ponsel dari telinganya, ia berpikir beberapa detik sambil menggigit bibir bawahnya, kemudian memutar badan ingin berjalan menuju ke kamarnya.

“Tunggu sebentar.”

Sumi berkata.

Pani berhenti dan melihat ke arahnya “Ada masalah?”

Sumi bangkit dari sofa dan berjalan ke depannya, menatap wajah kecilnya yang berubah menjadi serius setelah menerima telepon, dengan suara lembut bertanya “Atasanmu?”

Pani menganggukkan kepala.

“Menyuruhmu untuk melaporkan pekerjaan padanya?” Sumi sedikit menyipitkan matanya.

Pani menatapnya “Apakah kamu mau membantuku menyusun isinya?”

“Tidak usah dipedulikan.” Sumi berkata dengan ketus.

Alis Pani bergerak pelan “Maksudmu menyuruhku tidak usah pergi menemui atasanku dan tidak perlu melaporkan pekerjaan kepadanya?”

“Tidak ada yang perlu dilaporkan.” Sumi memengangi salah satu lengannya, menggandengnya kembali duduk di sofa “Nanti aku akan menelepon Bos Besar Yoto ,biar dia yang mengurusnya.”

Mendengar perkataannya itu Pani menutup bibirnya “Direktur Yoto mengatakan bahwa kamu adalah rekan kerja sama yang sangat penting bagi PT Sukajaya, sangat penting terhadap perkembangan PT Sukajaya kedepannya! Kamu adalah pengacara, kamu bisa melakukan kerjasama apa dengan PT Sukajaya ?”

Sumi menatap Pani sebentar, tiba-tiba dia mengelus hidungnya yang cantik, dengan suara lembut berkata “Meremehkanku?”

Jantung Pani berdetak kencang lagi, wajahnya memerah.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu